1. Kemenangan Anies pada Pilkada DKI 2017 lalu sebenarnya bukan murni kemenangan yang diraih mayoritas begitu saja. Dia hanya menang di putaran 2. Putaran 1 justru pasangan Ahok-Djarot lah yang menang. Anies dan pasangannya Sandi menang di putaran 2 tak lain karena kuatnya sentimen anti Ahok yang memang sangat gencar dibakar oleh pihak2 lawan politik pertahana.

Terutama saat bahan bakarnya dengan mudah didapat yakni menggunakan kasus “penistaan agama”. Anies-Sandi pada akhirnya menang dengan persentase 58% hasil tambahan dari suara pendukung AHY pada waktu itu. 42% pendukung Ahok ini terkenal militan.

Mereka itu melek politik, melek kesejahteraan, anti intoleransi, pro keterbukaan, anti kesemrawutan, sangat menjunjung tinggi kejujuran seperti yang selama ini Ahok selalu gembar-gemborkan. Anies merasa orang-orang ini adalah penghalang kerjanya.

2. Anies ini belum pernah punya pengalaman politik secara matang. Sebagian besar hidupnya dihabiskan sebagai dosen. Beruntungnya dia dulu sempat diangkat menjadi Menteri Pendidikan sehingga namanya mulai mencuat ke publik.

Pengalaman pemerintahan yang kurang membuat dia bekerja lebih menekankan retorika daripada eksekusi. Setiap hal yang sudah terbukti berjalan baik di era Ahok dengan begitu mudahnya diganti dengan program retorika yang tidak jelas hasilnya.




Jangan salah, Anies Baswedan itu sekolah sampai S3 di bidang ilmu politik di Amerika Serikat. Apa yang dia katakan dan lakukan di depan publik itu ada hitung-hitungannya. Karena itu yang membuat dia dibicarakan orang banyak dan namanya jadi trending di berita-berita online ataupun media sosial.

Ahok meninggalkan pekerjaan yang besar pada Anies Baswedan, yaitu merubah image dia di depan publik Jakarta. Semua tahu bahwan kinerja Ahok selama menjadi gubernur DKI Jakarta bagus sekali, agar ingatan publik Jakarta tidak kuat mengenai Ahok makanya dia suka membuat pernyataan yang menyalahkan gubernur DKI Jakarta sebelumnya yaitu Ahok, agar semua tertuju kepadanya.
Apa saja kebijakannya yang anti kebijakan Ahok, diantaranya

Naturalisasi sungai

Untuk mengatasi banjir di sekitar Jakarta, Ahok dan Jokowi bersama-sama selama menjabat jadi gubernur, melakukan normalisasi sungai dengan cara melebarkan dan menguras sampah dan membuat codetan dan kanal.

Apa yang Anies lakukan, dia mengubah total cara pengendalian banjir menjadi naturalisasi, yang dimana, saya yakin dia juga tidak mengerti konsepnya, yang penting beda aja.

Yang banyak orang sayangkan adalah, kan Anies Baswedan ini sebagai akademisi dengan pendidikan yang cukup tinggi, mengapa sampai melakukan hal itu semua hanya demi ambisi politiknya.



Sebenarnya dia gengsi ngakui kehebatan ahok. Dia sadar kalau dia tidak memiliki kemampuan leadership selevel ahok. Kecuali dalam hal merangkai kata, dalam hal apapun Anies kalah jauh dibanding ahok perihal kepemimpinan.



Karena hanya dengan rasa benci itulah Anies bisa tetap eksis. Dia harus memelihara itu, agar dukungan Jamaah Petamburan tetap terjaga. Anies tak boleh sama dengan Ahok. Dia harus melakukan sesuatu yang berbeda.

Itu sebabnya normalisasi sungai-sungai di DKI misalnya dihentikan, diganti dengan apa yang dia sebut naturalisasi. Celakanya, Anies sendiri bingung apa sebenarnya yang dimaksudkannya dengan naturalisasi. Bahlul.



Itulah yang dinamakan politik… Ketika Ahok menggunakan metode 2+2 = 4, maka Anis akan merubahnya menjadi (3x3) - (2x2) - 1 . Metode yang terlihat beda dan lebih rumit, padahal hasilnya sama saja…

Kemasan harus dibuat beda, dan terkadang lebih susah dipahami, dan hasilnya kadang-kadang (seringnya) tidak sesuai harapan karena pelaksana di lapangan ga paham apa yang dimaksud…

Dengan proses yang lebih panjang maka akan memakan waktu dan biaya yang lebih besar. Di situlah bedanya…

Dia hanya berpikir bagaimana membuat kemasan yang berbeda, makanya banyak hal penting yang malah terlewatkan



Rasanya bukan anti, dia hanya dipaksa harus mengeluarkan kebijakan2nya sendiri agar tidak nampak seperti copy paste dr gubernur terdahulu.
Jadi sebenarnya dia seperti tersandera dibawah bayang2 gubernur sebelumnya yang kinerjanya memang luar biasa. Kalau dia ga bs sebaik Ahok, habislah dia.



Saya jawab dengan mungkin, karena ini opini.
mungkin Anies Sadar, Ahok sangat bagus prestasinya waktu menjadi gubernur. Dia tidak mau dianggap meniru kerja ahok, karena dia takut terlihat bahwa dia tidak lebih baik dari ahok. maka dari itu Anies memakai program baru/



Biar terlihat beda, biar terpilih lagi, pada hal dia lebih jauh dibawah capabilitas dan leadershipnya dibanding Ahok.

sumber

Ini yang