Baru-baru ini hubungan bilateral antara Amerika Serikat dan Iran terus menjadi sorotan publik. Pasalnya militer AS, atas perintah Presiden Donald Trump, telah membunuh Komandan Pasukan Elit Quds Iran, Mayjen Qasem Soleimani pada Jumat (3/1) lalu.

Serangan itu berbuntut panjang. Selain soal melayangnya nyawa Soleimani, tensi geopolitik antara kedua negara pun memanas, bahkan dikhawatirkan memicu Perang Dunia III. Bahkan kekinian kepala Trump ikut "dihargai", yakni mencapai Rp1,1 triliun.

Namun ada fakta mengejutkan di balik serangkaian kejadian tersebut. Rupanya serangan itu tak pernah diinformasikan kepada House of Representatives alias DPR AS.

Fakta ini disampaikan oleh Juru Bicara DPR AS, Nancy Pelosi. Menurut Pelosi, informasi soal serangan itu baru disampaikan 48 jam setelah kejadian.

Oleh karena itu, Pelosi menyebut akan ada diskusi mendalam soal langkah militer Trump. Termasuk membatasi kuasa sang presiden untuk membawa AS ke dalam peperangan dengan Iran.

"Sebagai Anggota Kongres, kewajiban utama kami adalah memastikan keselamatan warga Amerika," kata Pelosi, dikutip dari Times of Israel, Senin (6/1). "Atas dasar itulah, kami mengecam keras tindakan yang diambil tanpa konsultasi kepada Kongres dan tanpa menghormati hak Kongres sesuai konstitusi yang berlaku."

Namun rupanya kecaman Pelosi itu hanya ditanggapi sambil lalu oleh Trump, bahkan responsnya terkesan "menantang". Pasalnya Trump menyebut pihaknya tak memerlukan persetujuan siapapun untuk tindakan militer yang telah dilakukannya.

Trump lantas memberikan usul yang cukup menggelitik. Pasalnya sang presiden justru meminta Kongres untuk mencari informasi terbaru soal serangan militer dari akun Twitter resminya.

"Postingan di media (sosial seperti Twitter) akan menjadi pemberitahuan resmi untuk Kongres AS, bahwa apakah Iran menyerang balik AS, maka AS akan mengambil langkah tegas dengan cepat dan sepenuhnya menyerang balik, dan mungkin dengan cara yang tidak proporsional," cuit Trump di Twitter.

"Pemberitahuan resmi tak diperlukan namun (izin) harus tetap diberikan."

Absurd nih Trump. Ane pikir cuma sekutu AS (seperti Inggris) aja yang gak update dengan kebijakan yang dilakukan Trump soal serangan ke Iran ini, ternyata lebih epic lagi DPR-nya AS juga gak tahu, dan disuruh update hal-hal yang dilakukan Trump via Twitter. Very nais

Ane paham banget nih kondisi Iran sekarang. Untungnya berbagai pemimpin dunia mampu menahan diri dan gak grusak-grusuk dalam merespon tragedi yang menewaskan Soleimani. Karena mau gimana pun dalam kondisi kayak begini perlu banget sikap mature dari pemimpin dunia agar WW3 gak pecah. Kalau WW3 pecah bisa diyakini semua pihak bakal rugi. Bahkan yang non-blok pun akan dapat dampak yang cukup signifikan juga. Paling minimal banget urusan perdagangan internasional terhambat jikalau WW3 pecah. Dampaknya bisa ke nilai rupiah yang melemah. Gak menutup kemungkinan bakal banyak orang yang kesulitan dalam hal ekonomi kalau nilai rupiah melemah. Efeknya tahu dong ya kalau orang susah banyak? Chaos seperti yang udah-udah. We have to learn from the pass.

Semoga kondisi ini segera selesai, walaupun bakal susah juga sih karena Iran udah janji bakal balas serangan ke AS. Sekarang ini tugas PBB agar mampu menjembatani hubungan keduanya.

Ohiya, buat orang-orang di medsos pada excited sama WW3, coba lihat dampak WW1 dan 2 dulu. Gak ada positifnya. Smh.