Elang.salaminaAvatar border
TS
Elang.salamina
Narasi Hebat Anies Hanyut Bersama Banjir Jakarta
BENCANA banjir yang terjadi di DKI Jakarta awal tahun 2020 patut diakui mengundang luka mendalam bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Tercatat, hingga Jumat (03/01/2019) jumlah korban meninggal dunia mencapai 30 orang. Sementara lebih dari 31.000 orang yang tersebar di 158 kelurahan terpaksa harus diungsikan. Pasalnya, tempat hunian mereka terendam banjir. Sedangkan penyebab korban meninggal dunia, teridentifikasi karena terseret banjir, hipotermia dan tertimbun tanah longsor.

Berdasarkan hasil pantauan BMKG, banjir yang mengepung wilayah ibu kota dan sekitarnya ini akibat curah hujan ekstreem. Bahkan, curah hujan yang terjadi di Bandara Halim Perdanakusuma disebut-sebut tertinggi yaitu mencapai 377 milimeter per hari. Catatan ini mengalahkan rekor curah hujan yang pernah melanda Jakarta pada tahun 2007 silam, yang mencapai 340 milimeter per hari.

Bagi Jakarta, banjir kali ini tentu saja bukan kali pertama terjadi. Pasalnya, banjir bagi ibu kota negara seolah menjadi agenda tahunan. Dari Gubernur ke gubernur, belum ada seorang pun yang berhasil menemukan solusi tepat bagaimana cara mengatasinya, termasuk Anies Baswedan.

Wajar jika akhirnya, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada zaman pemerintahan Presiden Jokowi jilid pertama ini menjadi bahan nyinyiran publik. Karena dianggap tidak mampu menanggulangi datangnya banjir.

Biasanya, sebagaimanapun derasnya arus nyinyir atau kritik yang datang terhadapnya, selalu bisa dipatahkan dengan narasi-narasi yang sanggup membuat masyarakat percaya.

Memang patut diakui, Anies terkenal sebagai pemimpin yang jago merangkai kata-kata, hingga tak sedikit masyarakat mengagumi Anies karena pandainya dia menata kata.

Namun kali ini, dalam menghadapi banjir. Baik itu tentang cara pencegahan serta penanganannya, narasi-narasi atau kata-kata Anies seolah ikut hanyut bersama kepungan banjir yang melanda Jakarta.

Coba saja tengok, perdebatan Anies dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono soal penyebab banjir.

Basuki menilai, sebagai upaya penanganan banjir yang harus dilakukan saat ini adalah normalisasi dan perluasan sungai-sungai besar.

Sebagai contoh, Kali Ciliwung, dimana PUPR telah menormalisasi sepanjang 16 kilometer dari total 33 kilometer. Sayangnya, masih dikatakan Basuki, proses tersebut harus terhenti karena masalah pembebasan lahan.

"Ya, pemda-nya (Pemprov DKI Jakarta, Red) tidak mau bebasin," kata Basuki.

Namun, pernyataan Basuki itu dibantah Anies. Menurutnya, pelebaran sungai bukan kunci utama Jakarta bebas banjir. Banjir disebabkan karena air kiriman terlalu besar.

"Selama air dari hulu tidak bisa kita kendalikan. Selebar apa pun sungainya ya percuma," kata Anies.

Namun, kali ini Bantahan Anies di kalahkan fakta yang ada. Pasalnya, perbedaan terlihat sangat nyata, dimana bantaran 16 kilometer yang telah dinormalisasi di Kampung Melayu, tidak mengalami banjir parah.

Tidak hanya Basuki, Anies juga membantah pernyataan Jokowi yang mengatakan, banjir disebabkan produksi sampah yang tidak dikelola dengan baik.

Anies menyebut soal sampah menjadi penyebab banjir ini justru harus dicek kembali. Sebab di beberapa titik banjir ekstrem yang terjadi di beberapa wilayah justru malah tak menjadi daerah dengan produksi sampah yang cukup tinggi.

Saat bertemu wartawan di Pintu Air Manggarai, Jakarta, Kamis (2/1/2020), Anies bahkan menyebut siap berdebat dan berdiskusi penyebab banjir setelah penanganan selesai.

"Kalau mau debat masalah sebab, nanti setelah ini selesai. Nanti kita siap berdiskusi. Sekarang kita pikirkan warga yang memerlukan (evakuasi)," ucap Anies.

Tantangan Anies ini tentu saja menarik kita tunggu. Namun, perlu diakui bahwa konsep "air hujan masuk kr bumi" sebagaimana pernah dikatakan Anies, boleh dibilang telah gagal total.

Ini kutipan perkataan Anies yang tampak meyakinkan soal air hujan masuk ke tanah ini.

"Tanah kita tak lagi terbuka menangkap air hujan. Tanah kita tertutup oleh aspal, bangunan rumah, dan gedung, sehingga air yang diturunkan dari langit tak masuk ke bumi kita. Kita halangi air itu dari masuk ke bumi, apa dampaknya? Manusia merasakan dari tahun ke tahun hadirnya limpahan air yang kita sebut dengan banjir. Karena itu, mulai tahun ini, kita memulai gerakan untuk mengembalikan air hujan ke dalam bumi," kata Anies pada November 2018.

Menurut hemat penulis, menata kata memang penting. Tapi perlu diingat, bahwa jaman sudah berganti. Kemampuan teknis dengan aksi nyata juga merupakan sesuatu yang harus dimiliki seorang pemimpin di jaman sekarang.

Boleh jadi, publik akan terpikat dengan kata-kata politisi yang berbahasa baik. Kata-kata indah dengan intonasi teratur diimbangi pengendalian emosi yang piawai. Yetapi, saat bencana banjir kemampuan itu dihadapkan kepada dua pilihan mampu mengendalikan atau diseret dan ditenggelamkan.

Figur dengan pencitraan akan tumbang jika tanpa prestasi dan kemampuan mengatasi masalah. Figur yang kerap menggunakan kemahiran berpidato sebagai jimat dalam menapaki karir politik akan terhempas, karena etalase besar politik tidak lagi menganggap hal itu sebagai yang utama.


Referensi : [url]https://amp-kompasS E N S O R.cdn.ampproject.org/v/s/amp.kompas.com/megapolitan/read/2020/01/02/09400721/benarkah-banjir-jakarta-tahun-2020-adalah-yang-terparah?amp_js_v=a2&_gsa=1&usqp=mq331AQCKAE%3D#aoh=15780524829595&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24[/url]

https://m.cnnindonesia.com/nasional/...banjir-jakarta

https://m.detik.com/news/berita/d-48...elah-air-surut

https://m.detik.com/news/berita/d-43...tak-ada-banjir
Diubah oleh Elang.salamina 03-01-2020 12:17
alizazet
sebelahblog
4iinch
4iinch dan 6 lainnya memberi reputasi
7
2.4K
33
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.