Beliau sempat mewarnai blantika pejabat Negara Indonesia, memberikan gaya kepemimpinan yang sangat berbeda dari pada jajaran para menteri.
Beliau yang tak pernah malu tampil apa adanya, selalu maju di barisan terdepan membela hak-hak nelayan sesuai dengan tupoksi-nya sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.

Dia, ibu Susi Pudjiastuti, wanita sekuat Gatotkaca, berhati lembut dan piawai melakukan olahraga air. Kini dengan legowo mengundurkan diri dari jabatan Menteri Kelautan dan Perikanan pada susunan kabinet jilid dua yang diberi nama Kabinet Indonesia Maju. Digantikan oleh Bapak Edhy Prabowo

Namun, bukan kisah itu yang akan ane angkat dalam trit ini, tetapi untuk kepedulian beliau dalam mengatasi soal sampah plastik. Saking pedulinya, beliau bahkan memberi statementyang cukup mencengangkan.

Mengutip perkataan Ibu Susi di detikNews tertanggal 21/07/2019.
"Pak Jokowi sudah canangkan dari 2014 kita usir illegal fishing, dan sekarang kita jaga dari plastik. Illegal fishing kita tenggelamkan. Pencuri ikan kita tangkap. Sekarang pencuri ikan pergi, datanglah plastik. Pembuang sampah plastik di lautan harus ditenggelamkan!"

Kepedulian beliau terhadap sampah plastik yang sangat merugikan biota laut memang bukan hal yang di sengaja. "Kita malu menjadi penyumbang sampah plastik nomor 2 di dunia, padahal kita penyumbang ikan nomor 4 di dunia. Bangsa Indonesia ini bagaimana? Malu tidak? Katanya bangsa besar, buang sampah nomor 2 di dunia. Tidak boleh," ujar beliau.


Sikap itu ditunjukkan ibu Susi lantaran, menurutnya, laut Indonesia akan 'dihuni' lebih banyak plastik daripada ikan pada tahun 2040 mendatang. Wow, sebuah ramalan yang pasti terjadi jika tak ada tindakan kesadaran untuk mengantisipasi bahaya sampah plastik ini.

Bisa saja kelak, jika masalah pencemaran sampah di laut ini menjadi tidak terkendali, maka bisa saja para nelayan kita hanya bisa menjaring sampah bukan ikan lagi atau dampak lainnya bisa saja ikan yang kita konsumsi akan membawa bibit virus plastik yang membahayakan kesehatan.

Jadi, meski produksi ikan melimpah, jika kuantitas konsumen berkurang, maka yang kasihan justru para nelayan. Untung bagus kalau ikan yang ditangkap bernilai jual tinggi hingga bisa di-ekspor ke mancanegara, tetapi jika membawa bibit penyakit? Adakah negara lain yang berminat? Tentu saja tidak!


Ayo bersama-sama ikut menerapkan cinta lingkungan bersih dan sehat. Walaupun, ibu Susi sudah tak lagi menjabat, tetapi ingatlah selalu akan kata-kata iconicbeliau yang ane yakin pasti sangat berkesan dan tidak akan dilupakan begitu saja. Keberanian beliau menenggelamkan sejumlah kapal asing ilegal yang masuk dalam perairan wilayah Indonesia patut diacungi jempol dan di-apresiasi hingga kapan pun.

Kata iconic, "tenggelamkan!" akankah ikut tenggelam seiring menghilangnya Ibu Susi dari barisan menteri di Kabinet Indonesia Maju? Sekadar renungan, semoga segala kebaikan beliau akan selalu terpatri di hati rakyat Indonesia.




Buat kita semua. Sadari sedari dini, mulai sekarang tak ada kata terlambat bila ingin berubah. Waspadalah dengan bahaya sampah plastik yang mengintai negara kita, kalau bukan sekarang kapan lagi? Jangan sampai terjadi lagi hewan laut yang tidak berdosa ikut mencicipi sampah plastik yang ikut terbawa arus hingga ke laut luas.



Sekian trit ane yang ala kadarnya ini, jangan sampai kita ikut tenggelam dalam lautan kesedihan karena wanita panutan kita, ibu Susi Pudjiastuti tak lagi menjabat menteri kelautan dan perikanan. Tetap semangat dan berkarya, jadikan Indonesia sebagai negeri yang bebas dari bahaya sampah plastik.