Museum Tsunami Aceh


Museum Tsunami Aceh terletak di jalan Sultan Iskandar Muda, Suka Ramai, Banda Aceh. Lokasinya dekat sekali dengan Mesjid Raya Baiturrahman. Bisa dalam sekali jalan berkunjung ke dua tempat. Belum sempurna rasanya saat berliburan ke Aceh tanpa mengunjungi dua tempat tersebut. Ane malah pengen liburan lagi ke museum. Hihi, lucu ya tinggal di Aceh, tapi baru sekali ke Museum Tsunami.



Monumen Tsunami ini dibangun tahun 2008 dan dibuka untuk umum pada tahun 2009. Bangunan itu dibangun sebagai pusat pendidikan bencana sekaligus tempat penampungan warga jika sewaktu-waktu terjadi tsunami lagi.

Dulu ane datang tahun 2013 belum dikenakan tarif masuk alias gratis. Sekarang sudah dikenakan tarif 2000 rupiah untuk anak-anak, dewasa 3000 rupiah dan 10. 000 rupiah untuk turis. Nah, murah kan? Museum ini bisa dikunjungi setiap hari pukul 09.00-16.00.

26 Desember 2004, 15 tahun sudah bencana mengerikan itu berlalu. Tsunami menyimpan trauma mendalam bagi masyarakat Aceh. Harta, nyawa dan bahkan banyak dari mereka yang yatim piatu dalam sekejap. Merinding jika ane mengingat kejadian itu.

Meskipun tidak pernah melihat langsung gelombangnya, tidak pernah meneguk keruh air asinnya, tidak kebingungan mencari cara untuk menyelamatkan diri dari hantaman ombak. Namun, trauma itu juga terasa. Karena ane juga sempat mengungsi beberapa hari, kampung yang ane tinggali lumayan dekat dengan laut, tapi banyak tambak di sana sini hingga yang berkunjung ke rumah hanya air keruh yang mengalir tenang.

Oke, ane rasa tidak perlu banyak bercerita tentang ini. Gak sanggup!

Langsung saja simak fakta-fakta unik tentang Museum Tsunami yang ada di Aceh.

1. Dirancang oleh arsitek tanah air


Bangunan megah dan bersejarah ini dirancang oleh Ridwan Kamil yang saat itu masih menjadi dosen arsitek di ITB. Nah, keren kan, Pak Ridwan? Rancangannya mirip-mirip arsitek luar negeri gitu.

Saat itu ia memenangkan sayembara tingkat internasional yang diadakan oleh BRR NAD-NIAS (Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi) Nanggroe Aceh Darussalam bersama ikatan arsitek Indonesia.

Rancangan itu dilakukan Ridwan Kamil sebelum ia menjabat sebagai wali kota Bandung.

Desain dasar Museum Tsunami ini berbentuk Rumoh adat Aceh yaitu 'Rumoh panggong (rumah panggung).' Hal ini dapat dilihat dari lantai pertama bangunan itu berbentuk rumah panggung.

2. Mengabiskan dana milyaran rupiah


Saat memenangkan sayembara, Ridwan Kamil diberikan dana 100 juta. Dan keseluruhan dana yang dikeluarkan untuk pembangunan Museum Tsunami Aceh adalah 140 milyar.

3. Sisi bangunan yang memiliki dua makna.

Jika diperhatikan dari atas, atap bangunan ini mirip gelombang tsunami yang meluluhlantakkan hampir seluruh kota Banda Aceh kecuali mesjid Baiturrahman. Nah, kalau dilihat dari samping bangunan ini mirip kapal penyelamat korban tsunami.


4. Aura lain yang dapat dirasa saat memasuki gedung

Saat memasuki bangunan ini, alam pikiran seolah tersetting untuk ikut merasakan kesedihan yang dirasakan para korban.

Ada beberapa lukisan dalam sebuah ruangan yang sangat menyentuh. Lukisan tentang orang tua yang ingin menyelamatkan anaknya, tapi gelombang terus menerjang hingga terlepas dari genggaman, terseret arus ombak. Siapa pun yang melukis itu, ane mengapresiasi luar biasa. Lukisan seolah hidup dan mampu meneteskan air mata bagi yang melihat.




Di sebuah ruangan juga ada tempat khusus yang menanyangkan ulang video gelombang tsunami. Bagaimana mayat-mayat berserakan. Puing-puing bangunan bertebaran di segala sisi. Jerit tangis para korban yang mampu membuat setiap penonton ikut menangis.

5. Ada nama-nama para korban Tsunami

Di ruang The Light of God (cahaya Tuhan) kamu bisa melihat ribuan nama korban tsunami. Sedih banget, ane membayangkan jika keluarga para korban melihat nama anak atau orang tua mereka di sana. Allah ..., kuatkan mereka.

Sekian thread ane kali ini, semoga bermanfaat

Sumber : KlikHere

Gambar :Klik