Ini tulisan pertama saya, karena saya juga udah ga tau harus cerita kemana lagi.
Ini berdasarkan pengalaman pribadi saya sebagai penjudi aktif selama 2 3 tahun terakhir.
Semua berawal dari iseng iseng. Hingga terakhir kekalahan yang saya alami bisa terhitung hampir 130 juta an totalnya keseluruhan.
Pengalaman ini real saya rasakan. Saya sampai pada titik terendah dalam hidup saya. Semua berubah drastis, awalnya saya msh bahagia dan sangat nyaman dengan kehidupan normal saya. Hingga pada akhirnya saya mulai tidak bisa mengontrol diri setelah tercebur dalam dunia Judi Online.
Awal Kemenangan besar itu memang terlihat begitu mudah. Hingga tiba saat kehancuran itu dimulai.
Saya hanya bertaruh pada perjudian Sepakbola. Kemenangan terbesar yang saya raih mungkin sekitar 20 juta. Setelah itu, saya mencoba melipat lagi dengan memasang taruhan sedikit sedikit di berbagai partai.  Dan, yaaa kehancuran dimulai. Semua taruhan, apa pun itu jenis nya, saya sepertinya sudah ditakdirkan untuk kalah terus. Setiap hari. Semua seperti tersistematis.
Saya ibarat musuh yang harus d kalahkan Oleh bandar judi Bola Online.
Pada partai yang saya sebenarnya yakin sekali bisa menang. Semua keaadaan pertandingan berubah setelah saya pasang taruhan. Logika saya di terbalikkan.
Oke, saya mulai hanya mengamati saja, tidak bet. Saya tandai beberapa partai yang saya sudah prediksi. Hasilnya, pada saat saya tidak bet (bertaruh) prediksi saya benar. Kondisi ini membuat saya semakin emosional dan semakin tidak terkontrol.
Oke, Next Match saya pasti bisa balik keadaan. Itu yang saya fikirkan.
Di pertandingan berikutnya, disitu saya memasang taruhan untuk tim yang memang benar benar diunggulkan dan mendominasi selama pertandingan. Taruhan saya bukan lagi berkisar ratusan ribu, tapi minimal 1 juta.
Dan pada Saat taruhan saya diterima, ya kembali disitu semua berubah drastis. Hasilnya tetap kekalahan lagi.

Sampai Seluruh tabungan saya habis. Hasil keringat saya selama ini habis.
Ya, semua itu merubah kepribadian saya jadi emosional, dan tertutup.
Saya ga tau apa yang harus saya katakan kepada orang tua saya, teman teman saya, dan orang orang yang saya sayangi.
Dan saya juga ngerasa bahwa apa yang selama ini saya lakukan emang sangat sia sia. Saya udah ga ada gunanya lagi. Saya hanya jadi benalu yang menyusahkan Orang Tua dan teman teman saya.
Walau untuk perjudian, saya tidak pernah memakai Uang orang lain. Tapi saya tetap merasa sangat bersalah. Karena harusnya uang yang saya punya, rezeki yang dititipkan Allah kepada saya harusnya bisa lebih bermanfaat kalau saya berbagi dengan orang orang.

Semua sudah terlambat memang. Saya hanya berharap saya masih kuat untuk mengontrol diri. Karena sebenarnya jauh di dalam hati saya, saya merasa sangat tidak berguna. Beberapa kali sempat terlintas untuk mengakhiri hidup. Karena saya berfikir, ya saya memang ga ada gunanya lagi. Saya hanya menyusahkan orang lain. Saya ga bisa memberi manfaat untuk orang lain.

Yang membuat saya bertahan, karena saya masih ada keyakinan kalau semua akan dapat kembali normal. Walau keyakinan itu memang sangat kecil. Tapi setidaknya itu yang membuat saya masih bertahan hidup.
Sekarang, saya hanya bisa memulai lagi. Memulai dengan berhubungan baik dengan Allah SWT. Karena hanya Dia yang saya harapkan bisa menolong saya.

Saya Sadar saya sombong. Saya Angkuh, Arogan. Pada saat Dia kasi rezeki yang begitu mudah nya datang kepada saya, saya merasa bahwa ini adalah berkat usaha dan kerja keras saya.
Penghambaan saya kepada Tuhan itu tidak ada. Paling hanya sebatas melepaskan kewajiban atau rutinitas saja.
Namun di saat kondisi seperti ini, saya malah mencoba untuk memohon kepadaNya. Saya benar benar makhluk yang paling tidak tahu malu. Saya sadar. Tapi nyatanya kepada siapa lagi saya bisa minta pertolongan.
"Tuhan, masih kah layak hambamu ini meminta kepadamu? Masihkan aku ini tergolong hambamu? "
Sering terlintas dalam benak saya.
Hari hari saya, saya mencoba untuk mengintrospeksi diri. Memperbaiki ibadah saya. Berdoa, dan terus berdoa. Semoga Allah masih bisa memberi pengampunan dan mendengar doa doa saya.