Jika kebanyakan orang menulis dengan menggerakkan jarinya di atas keyboard, maka tidak dengan Josh Barry. Pria asal East Cowes, the Isle of Wight, Inggris ini menemukan ide kreatif yang belum pernah dilakukan oleh jurnalis manapun. Yaitu menulis menggunakan hidung. Tak lazim memang. Tapi begitulah cara Josh menghabiskan sembilan tahun waktunya untuk membuat buku tentang kisah hidupnya yang berjudul Adapted.

Josh lahir dalam keadaan cerebral palsy (gangguan otot dan saraf sejak bayi yang mengakibatkan gangguan mobilitas dan komunikasi). Meski begitu keterbatasan tak membuat dirinya berhenti berkarya. Awalnya Josh menggunakan piranti diksi pengubah suara menjadi teks. Namun hasilnya tidak maksimal karena suara Josh tak terbaca oleh mesin. Lalu ia mencari cara lain yang lebih efektif. “Agar semakin kreatif dan mandiri, saya memutuskan menggunakan hidung,” ujar Josh yang sekarang bekerja sebagai jurnalis lepas dan tengah mengelola sebuah kanal hiburan ini.

Cerebral Palsy yang diderita Josh menimbulkan terlalu banyak gerakan di luar kendali. Sehingga Josh tidak mempunyai kecakapan fisik untuk melakukan apapun dengan baik. Ia juga tak bisa berjalan tanpa bantuan dan kata-katanya sulit dipahami oleh siapapun yang belum terbiasa mendengar Josh berbicara. Untungnya disabilitas yang dialaminya hanya mempengaruhi kondisi Josh secara fisik. Daripada memikirkan hal-hal yang tak bisa ia lakukan, Josh lebih menikmati menemukan tantangan baru pada sesuatu yang masih bisa dilakukannya secara mandiri. Seperti menulis dengan iPadnya.

Sejak memulai menulis buku sembilan tahun lalu, kehidupan Josh berubah drastis. Ia berhasil mendapatkan gelar BA sebelum menyelesaikan MA di Universitas Bournemouth. Kemudian menulis sekaligus memproduksi film dokumenter radio berjudul Following The Money yang menceritakan tentang sejarah agen teater di Inggris.

Semua pencapaiannya bukanlah didapatkan dengan mudah. Josh pun sempat merasa sedikit marah saat dirinya salah mengartikan bagaimana orang lain melihatnya atau saat kemampuannya diremehkan. Ada juga bagian-bagian di mana Josh sangat emosional terutama ketika membahas orang-orang yang berarti baginya. Kini kedewasaan telah merubah sikapnya. “Terkadang rasanya semacam terapi mental sebab saya perlu banyak melapangkan dada,”kata Josh.