Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Fery.WAvatar border
TS
Fery.W
Menjomblo Berpotensi Memicu Resesi Ekonomi
Menjomblo Berpotensi Memicu Resesi Ekonomi
Belakangan resesi seks akibat pilihan hidup menjomblo sedang melanda Amerika Serikat, sebagian negara-negara Eropa, dan Jepang. Kini fenomena itu mulai menjalar ke negara Asia lainnya, Korea Selatan (Korsel).

Resesi seks itu terjadi salah satunya akibat tak memiliki pasangan, alias Jomblo. Tentu saja ini jomblo by choice, mereka lebih memilih jomblo di banding memiliki pasangan dengan alasan-alasan tertentu.

Di Korsel kini muncul kelompok feminis yang menamakan dirinya 4B atau Four Nos, yang merupakan kepanjangan dari No dating, No sex, No marriage and No child rearing.

Ya intinya mereka menyatakan dirinya tak mau terlibat dalam hubungan apapun kecuali urusan profesional dan pertemanan semata, kencan saja tak mau, apalagi menikah atau berhubungan sex dan memiliki anak.

Fenomena ini memang sedang happening di berbagai belahan dunia, yang memicu apa yang di sebut oleh Kate Julian sebagai resesi seks, pendapatnya ini merupakan hasil penelitian bersama antara koran New York Times  dengan situs Sex and Relationship.

Hasil dari penelitian menunjukan, bahwa para milenial di AS semakin jarang berhubungan seks.

Padahal hubungan seks itu fungsi utamanya adalah untuk reproduksi. Selain tentu saja sebagai sarana rekreasi juga, karena sensasinya.

Hubungan seks normalnya dilakukan oleh dua orang yang berbeda jenis kelamin, Pria dan Wanita atau Betina dan Jantan.

Nah tahu kah puan-puan dan tuan-tuan, bahwa frekuensi berhubungan seks yang sangat jarang efeknya bisa membawa dunia ke dalam jurang resesi ekonomi global, bisa?

Ya bisa lah! Tak perlu menjadi seorang ekonom untuk dapat menghubungkan aktivitas seksual yang jarang dengan resesi ekonomi.

Perekonomian itu pada dasarnya digerakkan oleh aktivitas manusia, setiap langkah manusia itu akan berimplikasi pada nilai ekonomisnya. Mulai dari dilahirkan sampai kematian menjelang, nyaris tak pernah terlepas dari nilai ekonomi.

Nah, semakin besar jumlah populasi semakin besar pula size ekonominya. Semakin sedikit populasinya, semakin mini pula ukuran ekonomi suatu wilayah.

Populasi manusia itu berkorelasi erat dengan hubungan seks. Sejauh ini manusia bisa ber-reproduksi ya melalui hubungan sex, ada sih yang melalui pembuahan in vitro, atau bayi tabung tapi kan sangat jarang.

Jadi semakin jarang orang berhubungan seks semakin kecil pula kemungkinan untuk ber-reproduksi, yang akhirnya membuat populasi akan semakin menurun. Dan ujungnya ekonomi menjadi turun.

Nah sinyalemen yang terjadi di Amerika Serikat ini kemudian ditulis oleh seorang kolumnis ekonomi CNBC.com, Jake Novak menyatakan, bahwa penyebab turunnya aktivitas seks para milenial AS ini seperti fenomena telur dan ayam.

Entah karena tekanan ekonomi sehingga aktivitas seksual menjadi turun, atau rendahnya aktivitas seksual menjadi penyebab turunnya perekonomian AS. Keduanya seperti dua keping mata uang, satu sama lain tak bisa dipisahkan.

Saat ini di kalangan Milenial AS jika seorang pria atau wanita berniat ingin memiliki pasangan tetap dan kemudian menikah, mereka lebih berorientasi pada potensi ekonomi pasangannya.

Nah oleh sebab itu, jika pria atau wanita ingin menarik di depan pasangannya mereka harus berusaha sangat keras agar secara ekonomi berkecukupan.

Hal ini berdampak terhadap aktivitas seksual yang kemudian menjadi terlupakan karena mereka lebih konsentrasi bekerja.

Jika pun mereka berhubungan seks dalam koridor hubungan jangka pendek for the sake of biologis need, mereka cenderung memakai alat kontrasepsi, sehingga fungsi reproduksi menjadi tak tercukupi.

Atau yang lebih ekstrem dengan menggunakan teknologi yang sekarang berkembang dengan memakai aktivitas seksual artificial sebagai sarananya, situs-situs porno banyak sekali bertebaran di dunia maya hingga robot seks pun tersedia.

Ujungnya, aktivitas seksual untuk reproduksi menjadi sangat minimal yang kemudian berakibat menurunnya populasi.
Hal inilah, menurut Novak, bisa berujung pada resesi ekonomi.

Sebagai informasi tambahan, resesi dapat diartikan sebagai kemerosotan. Dalam ekonomi, resesi berarti sebuah kondisi di mana Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami pertumbuhan negatif selama dua kuartal atau lebih secara berturut-turut.

Kolumnis CNCB juga punya fakta lain melalui penelitiannya yang dilakukan baru-baru ini. Novak, berdasarkan penelitiannya itu, menemukan bahwa turunnya frekuensi aktivitas seks dan perkimpoian disebabkan oleh teknologi dan beberapa hal-hal baru yang ditawarkan oleh teknologi itu sendiri.

"Teknologi yang menyebabkan orang dewasa muda lebih senang menyendiri ketimbang berhubungan dengan manusia lainnya secara langsung ... Semuanya, mulai dari pornografi online hingga video game canggih, hingga media sosial digunakan oleh banyak remaja sebagai pengganti kontak dengan manusia nyata, terutama untuk pria," tulis Novak dalam kolomnya seperti dilansir CNBC.com

Menurunnya hubungan seks dan perkimpoian secara bersamaan, memberikan indikasi bahwa para milenial kemungkinan akan menunda aspek-aspek kedewasaan lainnya seperti memiliki rumah dan kendaraan.

Akhirnya, roda perekonomian mulai terganggu karena pasar properti dan pasar otomotif menjadi menurun.

Dengan kondisi seperti ini maka akan melemahkan sisi permintaan ekonomi secara keseluruhan, yang kemudian membuat sisi produksi akan menurun sejurus dengan permintaan yang melemah.

Menurut studi yang dilakukan firma Manajemen dan Keuangan Deloitte, kekayaan bersih penduduk AS yang berusia 18 hingga 35 tahun telah anjlok sebesar 34 persen sejak 1996.

Selain di AS, penurunan aktivitas seksual juga terjadi di salah satu motor pertumbuhan ekonomi dunia, China dan Jepang--bahkan kedua negara ini mengalami hal tersebut lebih dulu.

Secara demografis Jepang merupakan aging country, jumlah penduduk tuanya jauh melebihi penduduk muda. Hal ini bisa terjadi karena milenial Jepang juga mengalami resesi seks seperti yang dilaporkan CBS News.

Jaringan media AS tersebut menemukan dalam penelitiannya, 1 orang dari setiap 10 penduduk jepang berusia 30-an belum pernah melakukan hubungan sex. Angka ini cukup tinggi bagi negara maju seperti Jepang.

Alasan yang ditemukan pun nyaris serupa dengan yang terjadi di AS. Kombinasi antara instabilitas ekonomi dan teknologi menjadi penyebabnya.

Hal ini membuat pemerintah Jepang lumayan panik, karena jika kondisinya terus seperti ini, dalam 100 tahun ke depan jumlahnya hanya akan tinggal setengahnya dari jumlah penduduk Jepang saat ini sebesar 124,5 juta Jiwa.

Selama satu dekade terakhir jepang terus mengalami penurunan jumlah penduduk salah satunya akibat akivitas seksual penduduknya yang terus menurun sehingga jumlah kematian lebih besar dari kelahiran.

Menurut data Kementerian Dalam Negeri Jepang sepanjang tahun 2018 tercatat sebanyak 1, 36 juta jiwa penduduk Jepang meninggal, sedangkan kelahiran baru hanya mencapai 921 ribu saja.

Serupa dengan Jepang dan AS, sebagian besar negara Uni Eropa dan Australia pun mengalami hal yang sama sebut saja misalnya Belanda, Finlandia, Inggris hingga Australia. 

Fenomena ini akan berdampak serius terhadap pertumbuhan ekonomi global kedepannya. Kombinasi antara kondisi ekonomi yang terus menurun dan dipicu oleh teknologi yang terus berkembang membuat aktivitas seksual menjadi menurun.

Reproduksi menjadi hal menakutkan bagi sebagian orang di negara-negara tersebut. Berbeda dengan Indonesia yang proses reproduksi nya terus tumbuh positif.

Berdasarkan proyeksi penduduk 2015-2045 hasil Survei Penduduk Antar Sensus (Supas) 2015, jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 269,6 juta jiwa pada 2020. Angka tersebut terdiri atas 135,34 juta jiwa laki-laki dan 134,27 jiwa perempuan.

Berdasarkan proyeksi penduduk 2015-2045 hasil Survei Penduduk Antar Sensus (Supas) 2015, jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 269,6 juta jiwa pada 2020. Angka tersebut terdiri atas 135,34 juta jiwa laki-laki dan 134,27 jiwa perempuan.

Artinya Aktivitas seksual di negeri ini masih dalam kondisi normal, bahkan mungkin bagi masyarakat Indonesia yang sudah menikah hubungan seks merupakan hiburan di tengah kepenatan kehidupan.

Teknologi juga terlihat tak berpengaruh banyak terhadap aktivitas yang mengasyikan ini.

Berbeda dengan Amerika Serikat dan beberapa negara dunia lainnya karena teknologi merupakan tantangan tersendiri dalam kehidupan seks dan percintaan penduduknya.

Hidup menjomblo menjadi salah satu pilihan favorit mereka karena hidup menjadi lebih sederhana dan praktis, namun tanpa mereka sadari, pilihan mereka jika terjadi secara masif bisa menyeret perekonomian negaranya ke jurang resesi...apakah benar demikian, will see lah.



Sumber.
cnbc.com
theatlantic.com
https://www.cnbcindonesia.com/lifest...-hantui-korsel
Gambar by solopos.com
Diubah oleh Fery.W 19-12-2019 02:15
knoopy
sebelahblog
4iinch
4iinch dan 9 lainnya memberi reputasi
10
1.7K
24
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.3KThread41.9KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.