Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

RifanNazhifAvatar border
TS
RifanNazhif
Saat Mata Kepala Dikalahkan Mata Jiwa
Saat Mata Kepala Dikalahkan Mata Jiwa


Pagi itu seperti biasa hari berjalan terburu. Di antara sisa jingga fajar, lalu-lalang kendaraan bermotor menghalau orang-orang yang ketinggalan aktifitas. Klakson saling mengaum. Keringat bersicepat dengan gerak.

Di sela kesibukan itu, saya melihat lelaki buta melintasi trotoar. Hal yang biasa dan tak terlalu  menyita perhatian. Si lelaki buta ada yang menuntun. Andai kata dia berjalan sendirian, pun tak membuat saya takjub. Penyandang disabilitas itu  terbiasa bergelut dengan sesaknya kesibukan, bersenjatakan mata jiwa dan mata tongkat.

Saya kemudian menuju perkulakan yang Mart-Mart  karena ingin membeli sesuatu. Seorang gelandangan lusuh berdiri di ambang pintu sambil menadahkan tangan. "Kasihan, Pak. Untuk beli beras," katanya. Saya membayangkan sekaleng lem Aibon. Anak itu merem-melek menikmati sarapan paginya di sudut paling gelap kota ini. Maka, saya mengibaskan tangan tak peduli. Saya  tersenyum geli menyikapi drama pagi yang lebih layak disebut komedi tak lucu.

Saya terlalu sibuk mencari barang kehendak hati, lalu antri di kasir. Di depan saya, si lelaki buta sedang bertransaksi. Saat itulah real drama menghantam hati ini. Kira-kira begini dialog antara si lelaki buta yang sedang meraba-raba koin bersama petugas kasir, “Kembalian koin ini berapa?” tanya lelaki buta itu. Petugas kasir menjawab, “Lima ratus rupiah, Pak.” Lelaki buta mengangguk. “Untuk donasi saja, ya,” katanya mantap.

Deg! Mantap pula menghantam jantung saya. Saya teringat selama ini selalu meributkan sisa uang kembalian seratusan rupiah, hingga merambah media sosial. Tentang bla-bla-bla donasi. Tentang bla-bla-bla kecurigaan penggunaan donasi yang menyimpang. Saya ingat, andainya jemari memiliki ludah, mungkin dia sudah berbusa menggosipkan kecurigaan itu.

Saya tahu, akhirnya dengan malu-malu, Mart-Mart itu terpaksa  menyediakan kembalian receh hingga seratus rupiah (jika dibuang saja tak mungkin diambil anak-anak), juga menghilangkan kata-kata, “Uangnya didonasikan, Pak/Bu?” karena tak ingin ditinggalkan pelanggan.

Tapi di sini saya tak ingin kasak-kusuk dengan “permainan” donasi. Saya ingin berkaca dari seorang buta yang penghasilannya dari profesi pijat (orang buta identik dengan profesi ini) mungkin sepuluh kali dari pendapatan saya per hari (tentu tak lepas dari praktek saling sikut dan saling terjang). Saya hanya malu kepada lelaki buta itu. Dengan segala kekurangannya, dia memiliki kelebihan mata bathin yang terang. Dia hanya menuluskan niat dengan Tuhan.

Tugas pemberi dengan penerima cuma sekadar donasi, sedekah atau apalah namanya. Selanjutnya, nasib donasi itu terserah si penerima mau dikemanakan. Bukanlah tugas pemberi yang harus mengikuti alur benda yang dia berikan. Pahala donasi atau sedekah hanya sebatas prosesi serah terima barang. Ketika barang itu digunakan untuk hura-hura, dosanya hanya jatuh ke penerima, dengan tentu saja tak mengurangi pahala si pemberi.

“Barangnya diplastikin, Pak?” tanya kasir membuat saya tersentak. Lelaki buta itu entah pergi ke mana. Begitu cepat dia menghilang, sementara  dia hanya bermatakan tongkat, berjalan sendirian.

Saya kemudian teringat suatu petuah, “Jangan pernah membiarkan tangan saudaramu yang menadah, berakhir kosong. Kau tak tahu bahwa dari tangan itulah rejekimu mengalir.”

Saya mengambil selembar uang bernilai paling kecil dan paling lusuh dari dompet. Saya melupakan lem Aibon dan memberikannya ke gelandangan itu. Dan sekarang saat menulis curhatan ini, saya terpukul, “Uang dua ribu mau 'membeli' surga? Yang benar aja!”

Sumber ilustrasi : pixabay

-----


Diubah oleh RifanNazhif 17-12-2019 04:15
Tonozz
tata604
lina.wh
lina.wh dan 5 lainnya memberi reputasi
6
1K
12
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Inspirasi
InspirasiKASKUS Official
10.5KThread6.7KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.