Kambing Berkaki Lima Bikin Geger Warga, Pemilik: Ini Keajaiban Buat Saya

"Ya kondisi kambingnya sih sepertinya sehat. Cuma kakinya ada lima. Di depan 2, di belakang 2, sama di tengah 1. Ini keajaiban lah buat saya, kata Mursin.

SuaraBanten.id - Peristiwa langka terjadi di Kampung Suka Karya, RT 7, RW 3, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Banten. Pasalnya, di desa tersebut telah lahir anak kambing berkaki lima.

Saking membikin heboh, warga pun berduyun menghampiri rumah Mursin dan Inah untuk melihat langsung peliharaan sang pemilik.

Suryadi (45), salah satu warga mengaku kaget dengan lahirnya anak kambing tak wajar itu. Sebab, menurutnya, peristiwa itu baru pertama kali terjadi di kampungnya.

"Ini baru pertama kali di kampung ini. Ya itu kekuasaan Allah lah, saya juga enggak tahu,” ujar Suryadi seperti dikutip Bantennews.co.id--jaringan--Suara.com, Sabtu (7/12/2019).

Sementara pemilik kambing, Mursin mengungkapkan, kambingnya itu terlahir pada malam Jumat sekitar pukul 22.00 WIB. Dia pun tak menyangka setelah bertahun-tahun berternak kambing, baru kali ini lahir yang berkaki lima.

"Ya kondisi kambingnya sih sepertinya sehat. Cuma kakinya ada lima. Di depan 2, di belakang 2, sama di tengah 1. Ini keajaiban lah buat saya,” kata Mursin.

Mursin sempat ingin menghilangkan kaki tambahannya itu agar menjadi normal, namun dia ragu lantaran ditakutkan dirinya dan keluarga bakal mendapatkan musibah.

"Tadinya mau dipotong kaki anak kambing saya yang satu, tapi tidak jadi, karena takut ada musibah buat saya dan keluarga. Saya kira baru kali ini ada anak kambing kakinya lima di desa saya, kaget i begitu lihat, soalnya tidak ada mimpi atau tanda-tanda," ucapnya.

Dia berharap, lahirnya anak kambing yang berkaki lima bisa memberikan rezeki kepada keluarganya.

"Mudah-mudahan anak kambing saya selamat, panjang umur, Allah akan turunkan rezeki untuk saya dan keluarga lewat anak kambing saya, biar mulus sampai besar, barangkali aja anak kambing langka ada manfaatnya, sepertinya anak kambing bakal mulus sampai besar, sebab badannya bagus," katanya.
sumber

☆☆☆☆☆

Tipikal kebanyakan masyarakat Indonesia ya seperti ini. Anak hewan lahir dengan cacat tubuh justru dianggap keberkahan. Giliran anak manusia lahir dengan tubuh cacat dianggap aib yang memalukan sampai harus meninggalkan dia dan ibunya tanpa kabar karena malu. Waras?

Seharusnya para pemuka agama bisa menghilangkan stereotip seperti ini di masyarakat. Jangan terlalu jauh bicara surga neraka dahulu. Atau terlalu sibuk dengan urusan politik berbalut agama. Melakukan pembiaran di otak masyarakat seperti ini adalah sebuah kesalahan besar.

Sudah menjadi rahasia umum, ketika ada sebuah 'keanehan' menurut mereka, maka mereka bergegas mensyiarkan kabar tersebut. Tak lama kemudian keramaianpun muncul. Parkir dadakan. Tukang makanan dadakan. Kotak amal dadakan. Dan yang lebih mengerikan lagi adalah doa-doa yang dipanjatkan didepan keanehan tersebut. Dan yang berdoa? Tak usahlah kita pertegas dari cara mereka berpakaian. Nanti dianggap penistaan agama.

Ada yang bilang sebelum mendapati anak hewan peliharaannya cacat, mereka mendapatkan mimpi. Dinarasikan bahwa mimpi itu didatangi seseorang berjenggot dengan senyum sumringah. Apakah itu ayah Naen? Apakah dia bilang kalau si empunya hewan peliharaan tak bisa melihat keajaiban itu karena matanya ketutup tai? Kalau iya, jelas itu ayah Naen.

Perilaku masyarakat seperti ini anehnya tidak sejalan dengan tempat dimana doktrin agama tumbuh subur. Dimana narasi-narasi keakuan yang menganggap bahwa wilayahnya adalah wilayah yang kental dengan agama. Tapi nyatanya tetap saja hal-hal yang biasa bagi dunia kedokteran dipandang sebagai sesuatu yang luar biasa. Apapun dihubung-hubungkan. Dari hewan, buah, sampai awan. Dan hal itu terus saja berulang-ulang.

Lantas apakah ini artinya pendidikan agama menjadi sesuatu yang gagal? Oh, tak akan mau para pemuka agama dianggap gagal. Pasti mereka akan bilang, itu cuma kepercayaan di masyarakat. Iya kepercayaan musyrik! Dan situ semua melakukan pembiaran. Padahal masalah itu bukan masalah ringan. Masyarakat seperti ini justru lebih mudah didoktrin dengan asupan-asupan jahat berbalut agama.

Cacat koq ajaib. Otak situ yang ajaib!