ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Pengemis canggih


Apa yang anda pikirkan tentang gelandangan atau pengemis? Pasti ngaak jauh jauh dari miskin dan lusuh. Pemikiran anda tidak sepenuhnya salah sepuluh tahun lalu tapi di jaman ini buang jauh jauh pikiran anda bahwa pengemis itu hidup susah dan berteman dengan kelaparan.

Mungkin memang masih ada pengemis yang hidup susah namun tingkat kebaikan manusia manusia di Indonesia sudah berada di level yang tinggi sehingga cukup untuk membuat seorang pengemis hidup berkecukupan atau malah kaya raya.

Tau kan tentang muklis? Yang saya maksud bukanlah muklis yang biasanya jadi satpam di film abdel & temon ataupun sinetron sinetron lainnya tapi Muklis yang merupakan pengemis kaya yang baru baru ini kedapatan membawa uang 194 juta rupiah.



Uang tersebut dia dapat dari hasil mengemis. Benar sekali, mengemis. Jika anda berpikir pengemis itu miskin sehingga patut dikasihani maka pikirkan kembali hal tersebut. Anda mungkin saja lebih miskin dari pengemis yang anda sumbangi.

Masih ingat RKUHP yang kemarin sempat mengguncang gedung DPR? Tau kan kalau dalam RKUHP yang baru pengemis akan mendapat denda 1 juta rupiah jika mengganggu ketertiban umum? Saat itu saya bertanya tanya darimana gelandangan akan mendapat uang untuk membayar denda tersebut namun akhirnya Muklis memberi saya jawaban.

Nah, beda lagi dari muklis atau gelandangan Indonesia lainnya. Gelandangan di Cina memang tidak memiliki pendapatan sebesar gelandangan Indonesia tapi mereka sudah lebih maju. Maju dalam hal bukan pengurangan jumlah pengemis namun penggunaan teknologi bagi pengemis.



Bagaimana tidak? Pemerintah Cina sudah benar benar menggalakkan transaksi non tunai bahkan untuk pengemis sekalipun. Kini Cina sudah menjual stiker kode QR untuk transaksi digital.

Well, dalam artian positif hal ini memang bagus sehingga tak perlu lagi ribet ribet mambawa lembaran uang atau pusing menghitung kembalian namun dalam artian lain sungguh lucu rasanya bagi pengemis yang memberi kesan lusuh untuk memiliki teknologi tinggi seperti ini.



Pemerintah Cina anehnya mendukung fenomena ini. alasannya karna data dari orang orang yang akan menyumbang kepada pengemis dapat dijual kepada pihak ketiga untuk target pemasangan iklan. Dengan begini pengemis bisa mendapat keuntungan dan pemerintah pun terbantu. Win-Win solution?.

Saya sendiri memiliki asumsi yang kurang positif mengenai gelandangan namun setelah mendengar gelandangan Cina bisa mendapat sekitar 9 juta perminggunya dan gelandangan Indonesia yang bisa satu juta perharinya membuat saya mempertanyakan kembali cita cita saya.

Aneh memang. bukankah akan lebih baik bagi pemerintah untuk mencari cara mengurangi jumlah pengemis daripada mendukung pengemis seperti ini? rasanya seolah olah meminta minta adalah pekerjaan yang diakui disana. Saya sangat berharap agar teknologi seperti ini tidak masuk ke indonesia karna saya tak bisa membayangkan berapa besar penghasilan pengemis indo akan bertambah bila menyumbang pengemis bisa dilakukan dengan cukup scan saja.

Sekali lagi saya hanya ingin mengimbau, jika anda memiliki hati yang baik maka jangan serahkan uang anda pada pengemis ataupun gelandangan. Gunakan saja untuk beramal di kotak amal masjid atau belikan makanan untuk anak yatim di panti. Saya jamin lebih berkah.

Sekian dari saya mari bertemu di thread saya yang lainnya.


Spoiler for sumber:
anasabila
pakolihakbar
sebelahblog
sebelahblog dan 13 lainnya memberi reputasi
14
3.2K
51
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.