i.am.legend.
TS
i.am.legend.
Upaya Anies Merawat Massa 212 Jelang Pilpres 2024


Upaya Anies Merawat Massa 212 Jelang Pilpres 2024

Jakarta, CNN Indonesia -- Lautan massa Reuni 212 menggemakan teriakan "presiden, presiden!" ketika Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan naik ke panggung utama gelaran akbar Reuni Mujahid 212 di Monas, Jakarta, Senin (2/12) pagi.

Anies merespons teriakan massa dengan melepas senyum merekah dengan pakaian dinas Pemprov DKI yang masih melekat di tubuhnya.

Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati menilai kehadiran Anies di acara Reuni 212 sebagai upaya merawat basis massa Alumni 212 untuk kepentingan menyongsong Pilpres 2024 mendatang.

Kepentingan politik jangka panjang merupakan sebuah keniscayaan bagi setiap politikus untuk meningkatkan elektabilitas, tak terkecuali bagi Anies. Apalagi, kata Wasis, Anies sendiri tak pernah absen dalam mengikuti acara reuni alumni 212 sejak 2017.

"Saya pikir Anies sedang berupaya untuk mengumpulkan suara dan merawat dukungan dari massa 212 untuk re-elektabilitas pada Pilgub DKI 2022 dan Pilpres 2024," kata Wasis kepada CNNIndonesia.com, Senin (2/12).

Wasis menganggap hubungan antara alumni 212 dan Anies sudah menyatu dan tak bisa dilepaskan satu sama lain. Ia mengatakan hubungannya sudah menjadi entitas yang bersifat saling membutuhkan.

"Sudah saling simbiosis mutualisme, saling membutuhkan keduanya dalam kancah politik tanah air saat ini," kata dia.




Anies, kata Wasis, membutuhkan massa Alumni 212 sebagai entitas instrumen politik untuk meningkatkan daya tawar ke parpol guna kepentingan Pilgub 2022 maupun Pilpres 2024 mendatang.

Begitu sebaliknya, Alumni 212 pasti membutuhkan Anies sebagai 'pelindung' politis agar pelbagai kegiatan yang digelar di Ibu Kota Jakarta bisa terselenggara dengan baik. Terlebih lagi, Imam Besar FPI Muhammad Rizieq Shihab yang selama ini menjadi pelindung massa Alumni 212 urung kembali ke Indonesia dari Arab Saudi.

"Anies dan Rizieq adalah dua tokoh sentral dalam eksistensi kelompok 212 ini dalam kancah perpolitikan di Indonesia. Bila sekarang Rizieq tidak bisa berbuat banyak, maka Anies lah yang jadi tumpuan politisnya," kata dia.



Wasis menganggap signifikansi kekuatan Alumni 212 masih diperhitungkan di kancah perpolitikan lokal DKI Jakarta saat ini. Hal itu terlihat dari pelbagai kegiatan yang diselenggarakan pasti ramai oleh massa maupun tokoh politik.

Meski demikian, Ia menyatakan pertaruhan signifikasi kekuatan massa alumni 212 sebagai kekuatan politik masih membutuhkan pembuktian pada gelaran Pilgub DKI tahun 2022 mendatang.

"Saya pikir signifikasinya kelompok 212 ini akan terletak pada peluang Anies pada PilGub 2022. Siginifikansinya akan terlihat pada 2021, kalau sekarang itu lebih pada seremonial dan respons isu saja misal penolakan Ahok jadi Komisaris Utama Pertamina," kata dia.

Keseriusan Anies menggalang dukungan jelang Pilpres 2024, kata Wasis, dapat terlihat dari pidato politiknya di acara Reuni 212 lebih banyak menyinggung masalah nasional ketimbang persoalan lokal di DKI Jakarta.

Anies dalam sambutannya di Reuni 212 diketahui menyinggung isu keadilan dan persatuan. Dia mengatakan banyak yang khawatir mengenai aktivitas Reuni 212. Namun demikian, kata Anies, Reuni Akbar 212 berjalan dengan damai.

Wasis menyatakan bahwa pidato dan kritikan itu ini bisa jadi sinyal Anies bersiap untuk melenggang ke panggung politik nasional tahun 2024 mendatang.

"Itu sudah terbaca dari sekian kritikan Anies terhadap pemerintahan Jokowi dalam setiap sesi acara yang melibatkannya sebagai pembicara. Artinya, Anies ingin mendapat dukungan dari setiap panggung publik," kata dia

Pengamat politik dari Universitas Paramadina Arif Sutanto memandang Anies Baswedan sedang memainkan peran ganda dengan mendekati kelompok alumni 212.

Anies, pada satu sisi turut memainkan peran sebagai broker politik yang bisa memediasi kepentingan aktor-aktor di dalam maupun di luar kekuasaan.

"Tapi di sisi lain, Anies juga berusaha memperluas kesempatan politiknya dengan cara membangun lebih dekat hubungan dengan kalangan konservatif," kata Arif.

Melihat hal itu, Arif menilai peran Anies saat ini sangat diuntungkan. Meski begitu, Arif khawatir bila Anies hanya sekadar memanfaatkan alumni 212 demi mendapatkan sasaran kekuasaan yang lebih besar ke depannya.

"Mereka tidak sungguh-sungguh memperjuangkan substansi tuntutan mereka (seperti pemulangan Rizieq atau penolakan Ahok), melainkan itu hanyalah sasaran antara untuk mendapatkan kue kekuasaan lebih besar," kata dia.

Anies belakangan sempat dilirik NasDem sebagai salah satu kandidat tokoh yang diperhitungkan maju ke gelanggang Pilpres 2024. PKS pun membuka kemungkinan mengusung Anies 2024. Namun Anies telah beberapa kali mengatakan saat ini dirinya ingin fokus membenahi Jakarta ketimbang memikirkan urusan politik tingkat nasional. (rzr/gil)
sumber

☆☆☆☆☆

---------------

Dibawa santai aja bacanya. Anggap buat bahan diskusi. Jadikan BP sebagai forum diskusi dan debat dengan opini yang jelas, bukan cuma forum copy paste.

---------------

Diantara tiga jenis simbiosis, mungkin benar jika antara kelompok 212 dengan Anies Baswedan diibaratkan sebagai hubungan simbiosis mutualisme. Hubungan yang saling menguntungkan. Sayangnya belum ada literatur mengenai hubungan simbiosis mutualisme antara parasit dengan parasit. Jika ada sebuah tumbuhan benalu yang dihinggapi parasit, itu bukan hubungan simbiosis mutualisme, karena parasit itu merugikan benalu, dan benalu itu merugikan inang yang dihinggapinya. Anggap saja parasit itu kelompok 212, benalu itu Anies, dan inangnya adalah Propinsi DKI Jakarta. Tetap kita harus memakai perumpamaan simbiosis mutualisme antara kelompok 212 dengan Anies, tanpa menyertakan DKI Jakarta sebagai victim.

Kita ketahui bersama, Anies maju Pilkada DKI Jakarta ditengah tarik menarik kepentingan dimana Ahok dianggap sebagai enemy. Big enemy!
Musuh bersama mereka yang gerah dengan sepak terjang Ahok yang tanpa kompromi.

Dan yang paling berjasa dalam hal ini adalah JK. JK-lah yang mengusulkan agar Anies maju Pilkada. Anies sendiri tak mau maju sebagai orang kedua. Alhasil Uno yang digadang-gadang sebagai calon Gubernur akhirnya dengan berat hati mau menerima keputusan ini. Entah dengan deal-deal apa saat itu. Logikanya, jika tanpa deal, tak mungkin Uno mau menerima keputusan tersebut mengingat donatur terbesar Pilkada DKI Jakarta 2017 adalah Uno sendiri. Anies hanya menumpang gerbong belakangan. Nyatanya itu terjawab ketika Uno maju menjadi cawapres mendampingi Prabowo. Mungkin itulah deal terbesar saat itu. Gambling politik.

Lalu siapakah arsitek yang membidani hubungan antara 212 dengan Anies? Siapa lagi kalau bukan ESF. Dialah yang membuka peluang isu SARA makin besar dan melukai kejujuran sebuah pilkada yang berkelas, beretika, dan beradab.

Sepeninggal Prabowo yang sekarang berkongsi dengan Jokowi, tentunya Anies harus berpikir ulang jika ingin tetap maju di Pilkada DKI Jakarta 2022, apalagi ingin maju di Pilpres 2024. Anies harus punya kendaraan politik. Dan kendaraan politik dari parlemen terjawab belakangan ini dengan munculnya Nasdem secara tiba-tiba yang merangkul Anies dan tanpa sungkan berbicara soal peluang berkongsi di Pilpres 2024. Sementara PKS sendiri sebagaimana kita ketahui adalah partai setengah matang yang berkali-kali menawarkan segudang kadernya buat maju pilpres tapi tak laku di pasaran! Pastinya mereka membutuhkan tumpangan untuk menyelamatkan eksistensi partai. Apalagi sekarang PKS dihantam perpecahan yang dibilang tidak main-main karena banyak tokoh utama PKS ikut gerbong partai baru yang bernama partai Gelora yang dibidani oleh mantan presiden partai Anis Matta dan mantan kader utama PKS yaitu Fahri Hamzah.

Dan kembali kepada Anies, lidah memang tak bertulang. Setelah dulu dia menganggap FPI sebagai ormas intoleran, tiba-tiba saja dia berbalik 180 derajat. Kini dia akrab bak saudara seayah dan seibu. Anies sedang mempertaruhkan masa depan politiknya. Jika isu di Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 masih bisa dijadikan modal Anies untuk maju lagi di Pilkada DKI Jakarta 2022, atau Pilpres 2024, otomatis Anies akan melenggang dengan senyum lebar. Tapi jika ternyata praktek-praktek di Pilkada DKI Jakarta 2017 tidak bisa diharapkan lagi, Anies akan jatuh. Bukan jatuh biasa, tapi terjerembab dengan muka menghantam batu dan kepala terbentur dinding.

Satu yang utama. Jika Anies ingin memainkan kembali orkestra seperti tahun 2017, dia dan kelompok 212, dan tentunya arsiteknya, harus mempunyai sosok yang dikorbankan. Jika tahun 2017 Ahok dijadikan tumbal, maka harus ada orang yang sekelas Ahok untuk dijadikan play victim bagi kelompok 212 yang selalu menjual nama ummat dan Ulama.

Terakhir, nantinya orang yang akan berhadapan dengan Anies adalah orang yang mensupport paling besar di Pilkada DKI Jakarta 2017. Orang itu adalah Prabowo. Dan artinya untuk kedua kalinya Prabowo berhadapan dengan orang yang pernah didukungnya.

Bicara politik adalah bicara kepentingan. Hari ini kawan, besok menjadi lawan. Tak ada yang benar-benar abadi.

Tapi seseorang yang sudah menjadi banci, sampai kapanpun akan tetap dianggap banci. Dan tipikal banci itu kebanyakan omong, menata kata agar semua mata memandang, meskipun dia tak tahu, orang memandangnya dengan jijik.
Diubah oleh i.am.legend. 02-12-2019 15:14
sebelahblog4iinchumigami
umigami dan 37 lainnya memberi reputasi
38
6.6K
130
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.2KThread39.7KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.