babygani86Avatar border
TS
babygani86
Mengamati Bisnis Klub Sepakbola Indonesia sejak Era tanpa Sokongan APBD
Klub-klub di Indonesia kian serius menggarap aspek bisnis dari sepak bola. Era sepak bola tanpa sokongan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dimulai pada musim kompetisi 2011-2012. Sejak itu, kluh—klub sepak bola nasional mencoba mencari dan mengelola pendapatan secara mandiri. Caranya, melalui kerja sama dengan sponsor, penjualan tiket pertandingan, dan merchandise.

Menghadapi musim kompetisi Liga 1 dan Liga 2 2019—2020 yang dimulai Mei, loyalitas dan fanatisme pendukung klub membuka peluang bagi klub untuk meningkatkan penghasilan. Dua klub papan atas Liga 1, seperti Persija jakarta dan Bali United, bisa menjadi contoh dalam mengelola loyalitas para penggemar.



Persija, misalnya, juara Liga 1 musim 2018-2019 ini belum punya markas atau stadion sendiri dan tidak menetap saat beperan sebagai tuan rumah. Meski pindah—pindah kandang, klub berjuluk Macan Kemayoran itu tetap didukung puluhan ribu jakmania.

Musim lalu, Persija sempat lima kali menggelar partai kandang di Stadion Sultan Agung, Bantul, Yogyakarta. Stadion yang menjadi markas resmi Persiba Bantul itu memiliki kapasitas 35.000 penonton. Salut untuk Jakmania. Rata-rata 4.000 Jakmania hadir saat digelar pertandingan di Bantul. Rata rata 50.000 Jakmania datang ke pertandingan pertandingan Persija per musimnya. Padahal jadwal pertandingan Persija tidak selalu di akhir pekan.

Jakmania memberi sumbangan penghasilan signifikan, selain pemasukan dari sponsor. Musim lalu, Persija beberapa kali main di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) jakarta, dan lebih banyak di Stadion Patriot Bekasi. Harga tiket pun menyesuaikan fasilitas di stadion sehingga mempengaruhi pendapatan klub.

Saat main di Stadion Utama GBK Jakarta, manajemen lebih leluasa mendesain harga tiket. Contohnya, tiket termurah atau kelas ekonomi dijual seharga Rp75.000. Tiket kelas VIP dibanderol dari Rp100.000 hingga Rp150.000, sedangkan tiket VVIP dijual seharga Rp250.0000

Persija juga menyediakan fasilitas Persija Lounge, yakni kelas khusus bagi Jakmania yang ingin menikmati sensasi lain menonton Macan Kemayoran. Persija Lounge dibuka pada Maret tahun lalu dan hanya ada di Stadion Utama GBK. Harga tiket untuk menikmati laga Persija dari Persija Lounge di Stadion Utama GBK Rp500.000 — Rp1 juta, bergantung pada fasilitas yang diminta.

Lounge ini hanya menyediakan 80 tempat duduk. Fasilitas yang di— tawarkan, antara lain buffet atau prasmanan, klinik kesehatan, dan tentunya lokasi yang strategis untuk menonton Persija bertanding. Kadang ada perusahaan yang booking Persija Lounge hanya untuk 10-15 orang.

Kini, sambil menunggu stadion milik Persija selesai dibangun oleh Pemprov DKI, manajemen Persija mulai mendesain tiket terusan. Model penjualan tiket yang lazim dipraktikkan klub—klub sepak bola di kompetisi mapan Eropa itu menuntut konsistensi kompetisi dan kepemilikan stadion sendiri. Tiket terusan premium bisa diaplikasikan di Stadion BMW nanti.



Selain pendapatan dari tiket, manajemen Macan Kemayoran juga serius menggarap pasar merchandise seperti jersey dan pernak-pernik resmi klub. Penjualan utama di jersey main, training, terus masuk ke fashion.

Seperti halnya Persija, runner—up Liga 1 musim lalu, Bali United pun serius menggarap loyalitas penggemarnya. Pada musim lalu, di setiap pertandingan klub berjuluk Serdadu Tridatu ini, hampir 70% Stadion Kapten I Wayan Dipta dipadati penonton. Stadion yang terletak di Gianyar ini berkapasitas 25.000 penonton. Musim lalu rata-rata penonton 17.000 lebih penonton.

Untuk menjual tiket, Bali United bekerja sama dengan salah satu situs belanja daring sebagai sponsor, sehingga para semeton dewata, julukan pendukung bali united, tak perlu antre di stadion. BU juga ada beberapa kelas, ada VVIP, VIP, terus Reguler. Dijualnya secara manual dan ada juga secara online. Harganya dari 50 ribu sampai 350 ribu. 50 ribu untuk reguler, VIP 200 ribu, VVIP 350 ribu.

Bali United juga menawarkan paket tur ke dalam stadion dengan harga Rp100.000 per penguniung. Dalam paket tersebut, penggemar Bali United bisa melihat bagian dalam Stadion Kapten I Wayan Dipta, termasuk ke ruang ganti pemain dan mendapat makan siang atau makan malam di Bali United Cafe.

Meski bukan milik sendiri, klub yang berdiri pada 2015 itu, diberi kebebasan untuk mengelola Stadion Kapten I Wayan Dipta. Sudah disusun rencana mempercantik stadion dan melengkapinya dengan kafe dan toko resmi Bali United. Stadion ini disewa jangka panjang. Hak pengelolaannya sepuluh tahun.



Secara khusus, Bali United membidik penjualan merchandise sebagai salah satu sumber pemasukan klub. Berbagai toko apparel dan suvenir resmi Bali United menjamur di Denpasar dan sekitarnya. Jangan heran juga kalau mudah menemukan bule-bule mengenakan jersey Bali United di pusat—pusat wisata, seperti Kuta dan Ubud. Dalam tiga musim terakhir penjualan merchandise selalu meningkat omzetnya.


Spoiler for Referensi:


kumaniaks
nona212
tien212700
tien212700 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
3.6K
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Soccer & Futsal Room
Soccer & Futsal RoomKASKUS Official
5.6KThread8.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.