• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • INDONESIA NEGARA DENGAN URUTAN NO 2 DI DUNIA DALAM HAL (BUANG HAJAD) BAB SEMBARANGAN.

futurexpastAvatar border
TS
futurexpast
INDONESIA NEGARA DENGAN URUTAN NO 2 DI DUNIA DALAM HAL (BUANG HAJAD) BAB SEMBARANGAN.
Intro dulu gan šŸ˜šŸ˜šŸ˜šŸ˜šŸ˜
Sudahkah kalian e'ek hari ini gan, tapi jangan lupa di tempat yang benar.hehehehe


Jutaan Orang Indonesia Masih Berak Sembarangan, Memicu Problem Kesehatan Serius

Menurut Kemenkes dan Unicef, negara ini urutan dua BAB sembarangan terbanyak sedunia, mengalahkan India lho. Urusan tinja ini bisa bikin anak kecil diare dan berujung kematian.



Masih ada 9 persen rumah tangga di Indonesia yang anggota keluarganya masih berak sembarangan per tahun 2017, demikianĀ dilaporkan UNICEF dan WHO. Tapi ini bukan kabar buruk. Laporan itu menyorot bahwa Indonesia setidaknya termasuk negara berprestasi. Sebab dalam 17 tahun terakhir, bangsa ini berhasil bersama-sama membantu 23 persen populasi rumah tangga tidak lagi buang air sembarangan.

Iya, kenyataannya memang demikian. Dengan totalĀ jumlah rumah tangga di IndonesiaĀ pada 2017 sebanyak 79,61 juta, maka 9 persen berarti ada 7,16 juta rumah tangga Indonesia yang berak di tempat selain kakus. Duh, masih banyak banget kan tinjanya. Malah, Menurut Direktur Kesehatan Lingkungan Kemenkes RI Imran Agus Nurali, IndonesiaĀ menempati urutan kedua penyumbang buang air besar sembarangan terbanyak di duniaĀ lho. Satu tingkat di atas India. Bayangkan, kita mengalahkan India untuk perkara berak.

Mengakhiri praktik berak sembarangan (bahasa resminya:Ā open defecation) adalah program sanitasi utama UNICEF yang masuk dalamĀ Sustainable Development GoalsĀ PBB. Misi PBB, per 2030 atau sebelas tahun lagi, seluruh dunia harus tak ada lagi yang eek sembarangan. IniĀ goalĀ yang lumayan berat karena di tahun 2017, masih ada 673 juta orang di seluruh dunia yang berak sembarangan.

Berak sembarangan jadi fokus program sanitasi PBB, khususnya lagi UNICEF, karena tinja yang tidak dilokalisir akan mencemari air minum.Ā UNICEF menyebut, diare dan air minum tidak aman masih menjadi penyebab utama malnutrisi, sakit, dan kematian pada anak. Di Asia Selatan tiap tahunnya ada 177 ribu anak yang meninggal karena diare.

"Air tanah kalau sudah terkotori [tinja] tidak bisa dibersihkan. Dampaknya panjang untuk anak kecil kita," ucap Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, dikutipĀ Kompas.

Kementerian PUPR memang punya tanggung jawab mengatasi problem tinja tidak ada tempatnya. Tahun ini Kementerian PUPR mengusung gerakan '100-0-100', artinya 100 persen akses universal air minum, 0 persen permukiman kumuh, dan 100 persen akses sanitasi layak di permukiman kumuh.

AdaĀ Rp9,2 triliun anggaranĀ untuk membangun infrastrukturnya, termasuk Rp320 miliar khusus untuk sanitasi berbasis masyarakat di 809 lokasi. Untuk mendukung gerakan ini, Kementerian PUPR juga merilis program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku), dalam rangka menghilangkan kawasan kumuh di 34 provinsi di Indonesia.

Selain PUPR, kementerian yang sudah lebih dulu terjun menanggulangi perilaku buang air besar sembarangan adalah Kementerian Kesehatan. Gebrakan Kemenkes cukup moncer, lewat program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan pembuatan dan penggunaan jamban sebagai salah dua programnya.

Ajakan yang dilakukan sejak 2005 tersebut berhasil membebaskan 160 desa dari perilaku BABS di tahun pertamanya berjalan dan melonjak menjadi 500 desa dua tahun kemudian. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, kecenderungan perilaku masyarakat untuk menuju jamban kalau kebelet meningkat menjadi 88,2 persen. Sebagai perbandingan, pada 2013, persentase hanya 81 persen.

Tahun lalu, Provinsi D.I. Yogyakarta mendapatkan penghargaan STBM berkelanjutan Eka Pratama karena seluruh kabupaten dan kotanya telah bebas perilaku BABS. Sedangkan Papua menempati posisi terendah soal perilaku BAB di jamban dengan persentase 55,8 persen, disusul oleh Kalimantan Tengah dan Sumatera Barat sebesar 60 persen

Pemerintah lewat Kemenkes dan PUPR terus memerangi perilaku BABS mengingat ceceran tinja adalah rumah idaman serangga, terkhusus lalat, yang gemar hinggap di lingkungan manusia dan menyebabkan penyakit macam diare, kolera, demam, disentri, hepatitis, sampai malnutrisi. Dari dataĀ WHO tahun 2009, ada 2 miliar kasus diare yang mengakibatkan 1,5 juta orang meninggal setiap tahun. Di negara berkembang seperti Indonesia lebih parah lagi, rata-rata anak 3 kali diare setiap tahun dan menghambat tumbuh kembang (stunting).

Oh iya, selain memerangi perilaku berak sembarangan, saya rasa perlu juga sih dicanangkan perang terhadap perilaku pipis sembarangan. Apalagi pipis sembarang tempat lebih sering dijumpai di kota besar orang berak sembarangan. Jangan sampai kebiasaan memalukan kayak gitu didiamkan. Sebab, orang sudah enggak risih sama poster 'yang kencing di sini cuma anjing'.

Cukup sekian dari ane gan, mohon maaf jika amburadul.

Sumur:https://www.vice.com]
Diubah oleh futurexpast 22-11-2019 12:50
ofiq22
steguh39
sebelahblog
sebelahblog dan 9 lainnya memberi reputasi
8
11.9K
160
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.8KThreadā€¢82.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
Ā© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.