i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Anies Tak Prioritaskan soal Banjir, DPRD Curigai Besarnya Anggaran Trotoar


Anies Tak Prioritaskan soal Banjir, DPRD Curigai Besarnya Anggaran Trotoar

"...Kok justru program prioritas dia trotoar? sebentar lagi yang banjir nih kenapa tidak konsentrasi bahwa waduk itu memang segera diperbaiki," jelasnya.

Suara.com - DPRD DKI Jakarta mempertanyakan keseriusan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dalam menuntaskan masalah banjir di Jakarta.

Pasalnya, Ketua Komisi D DPRD DKI, Ida Mahmuda menganggap anggaran untuk penanganan banjir dinilai jauh lebih sedikit ketimbang untuk pembangunan trotoar.

Menurut Ida, anggaran Dinas Bina Marga untuk trotoar saja mencapai Rp 1,3 triliun. Nilai tersebut mencapai 30 persen dari total anggaran Dinas Bina Marga DKI.

"Jadi trotoar ini, sekali lagi, untuk dinas itu di Rp 1,2 triliun. Belum Sudin (Suku Dinas), nanti kami tanya Sudin berapa. Ini anggaran yang memang lumayan banyak. Sedangkan di dinas itu (Bina Marga) anggaran totalnya hanya Rp 3 triliun sekian," ujar Ida di gedung DPRD DKI, Senin (11/11/2019).


Ida tidak merincikan soal anggaran untuk penanganan banjir. Namun, menurutnya, penanganan banjir tidak masuk ke program prioritas Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI.

"Memang mereka enggak konsentrasi, saya enggak tahu pak Gubernur programnya apa. Kok justru program prioritas dia trotoar? sebentar lagi yang banjir nih kenapa tidak konsentrasi bahwa waduk itu memang segera diperbaiki," jelasnya.

Ida mengaku nantinya jumlah anggaran untuk trotoar akan lebih membengkak lagi ketika dana untuk Sudin di tiap wilayah diketahui nilainya. Ia mempertanyakan hubungan antara pembanguan trotoar dengan penanganan banjir.

"Berarti kalau digabung sama sudin (anggaran trotoar) berarti kan luar biasa banyak. Apakah pak gubernur (Anies) menjamin bahwa setelah trotoar ini jadi tidak ada banjir?" kata Ida.
Karena itu, Ida mengaku akan mengkaji lebih jauh soal anggaran trotoar ini. Ia juga akan menggandeng para ahli untuk diminta pendapat sebelum mengeluarkan keputusan.

"Kan masyarakat banyak yang kontranya ya dibandingkan pro-nya. Saya masih melihat apakah hari ini mau disetujui atau tidak, kami masih menerima masukan dari para pakar tata kota terkait ini," pungkasnya.
sumber

☆☆☆☆☆☆

Sedikit banyak gw mulai memahami jalan pikiran Anies Baswedan. Ini bukan tentang kebencian. Ini tentang pemahaman.

Biarpun Anies selama ini mengklaim sudah melakukan apapun untuk menghadapi banjir, namun sedikit banyak kita bisa mengukur kinerjanya bahwa masalah banjir adalah masalah usaha, doa, dan pasrah. Itu menurut Anies.

Kenapa Anies seakan tidak begitu sigap mengurus soal banjir? Karena tujuan Anies bukan kesana. Anies tengah membuat Mercusuar. Ya. Dia ingin Jakarta terlihat megah, mampu, berkelas. Maka dari itu Anies hanya memoles wajah Jakarta ditempat yang langsung bersinggungan dengan mata para pelancong. Ibarat sebuah kardus, Anies melukis kardus tersebut agar terlihat indah dipandang mata, sementara isinya yang buruk disembunyikan dari pandangan mata.

Ingat soal drainase vertikal? Orang berpikir nakal bahwa Anies akan membuat saluran air raksasa tegak lurus menembus bumi untuk membuang air banjir dari hulu Jakarta. Ada yang sudah dibuat? Ada katanya. Tapi kita tak pernah tahu dimana. Mungkin ada dalam angan-angan Anies. Kalau drainase vertikal itu maksudnya adalah lubang biopori, jelas gak akan bisa menampung debit air akibat curah hujan yang lebat.

Ingat soal ucapannya mengenai banjir yang dibilangnya event tahunan? Malah ada pelatihan atau simulasi untuk menghadapi banjir.

Waktu kampanyepun, Anies berkata bahwa sunatullah air mengalir itu masuk kedalam tanah, bukan mengalir ke laut. Jadi Anies memang berpegang pada sunatullah itu, makanya dia tidak fokus ke urusan banjir.

Lagi, soal naturalusasi. Anies ingin sungai-sungai di Jakarta dikembalikan ke bentuknya semula. Jadi bukan betonisasi era Jokowi-Ahok-Djarot. Naturalisasi pun dianggap sesuai dengan janjinya tak ada penggusuran. Adanya penggeseran. Akhirnya? Tak ada penggeseran apalagi penggusuran. Tapi tak ada juga naturalisasi apalagi normalisasi. Akhirnya nanti Jakarta seperti apa adanya, bergantung kepada debit air di hulu dan curah hujan. Pasrah dan berdoa.

Ditambah lagi, karena tak ada pembebasan tanah untuk normalisasi sungai, maka tak akan ada pembenahan sungai sampai tahun 2022. Karena untuk menormalisasi sungai butuh 2 tahun dari turunnya angaran. Andai tak ada anggaran tahun 2020, otomatis tak ada normalisasi sampai tahun 2022. Dan itu adalah tahun dimana Anies selesai masa tugasnya.

Tambah satu lagi, anggaran untuk bantuan wilayah penyangga ibukota seperti Depok, Bekasi, Bogor, dipastikan berkurang drastis. Akibatnya kinerja wilayah penyangga untuk membendung air yang mengalir ke ibukota akan terhambat. Selesai sudah.

Dan Anies benar-benar menggantungkan diri pada proyek bendungan yang dikerjakan oleh pemerintah pusat.

Jadi kalau ada yang bertanya, kenapa Anies habis-habisan memoles hanya wilayah-wilayah pusat ibukota? Mengapa hanya mengurusi trotoar, JPO instagramable, atau balapan mobil listrik? Jawabannya ya tadi itu. Anies memang tidak ada kemauan untuk mengurusi hal itu.

Anies menganggap, biarpun berusaha sekuat tenaga, Jakarta tetap akan banjir, karena tanah Jakarta itu lebih rendah dari permukaan air laut. Ini yang jadi pegangan Anies.

Paham ya sekarang. Dan ternyata untuk memahami Anies butuh menggabungkan semua kejadian demi kejadian, ucapan demi ucapan. Ini seperti menggabungkan puzzle yang berantakan.

Jadi warga Jakarta, berdoalah.
Jangan lupa nanti mention Aa Gym.
Itu.


esaka.kedua
sebelahblog
4iinch
4iinch dan 28 lainnya memberi reputasi
25
4.6K
80
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.