yunisajidAvatar border
TS
yunisajid
(Bukan) Menantu Idaman


Bagian 3

PoV Ibu

Aku terkejut mendengar pernyataan Danu melalui telepon sore tadi. Tiba-tiba ia meminta izin untuk menikah. Anak lelaki tumpuan harapanku itu baru setahun ini mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lumayan.

Masih terngiang di telingaku kata-katanya tadi. " Retno gadis baik-baik, Bu. Bukan dari keluarga kaya raya, seperti yang Ibu mau."

Aku memang pernah mengutarakan keinginan bagaimana kriteria menantu idaman. Wanita baik-baik yang mau menerima orang tua dan keluarga besar Danu, bukan hanya Danu seorang. Kalau dia berasal dari keluarga biasa-biasa saja, tentu aku lebih senang. Sungguh mengerikan jika membayangkan punya menantu dari keluarga kaya raya. Pastilah Danu dan aku --sebagai ibunya-- tak akan dipandang. Aku tak mau harga diri kami direndahkan sebagai orang miskin oleh menantu dan besan. Seperti banyak kulihat di tayangan sinetron yang setiap malam kutonton.

Retno, gadis itu berusia 20 tahun. Anak bungsu dari tiga bersaudara. Bagus lah jika ia anak bungsu. Karena Danu tidak harus direpotkan dengan urusan bantu-membantu biaya sekolah adiknya. Namun tetap saja hatiku tak sepenuhnya menerima pernikahan mereka yang menurutku terlalu cepat.

"Danu janji, tidak akan ada yang berkurang jika menikah nanti. Retno akan menemani Ibu, jadi Ibu nggak akan kesepian lagi," bujuk Danu.

Dengan berat hati, kuijinkan juga dia menikah. Segala biaya pernikahan keluar dari kantong Danu sendiri. Aku, mana bisa membantu. Kukatakan padanya, hanya doa dan restu yang bisa kuberikan. Anakku yang patuh itu pun tak pernah protes apalagi menuntut macam-macam.

Hari pernikahan mereka tiba, karena jauhnya jarak dan lemahnya badan, aku tak bisa menghadirinya. Entah harus sedih atau bahagia. Anak lelakiku akan jatuh ke pelukan wanita lain yang sama sekali belum kukenal. Di sisi lain, aku pun bahagia, karena nanti aku bisa setiap hari bersamanya. Danu berjanji, bulan depan akan menjemputku bersama istrinya.

***

"Apa kabar, Bu? Saya Retno," ucap perempuan itu saat menjabat dan mencium tanganku dengan hormat. Badannya kecil, kulit kecoklatan, tidak begitu jelek. Akan tetapi, harusnya Danu bisa mendapatkan istri yang lebih cantik dari dia.

"Kabar baik, Nak. Masuklah, tentu kalian lelah setelah menempuh perjalanan jauh," kujawab seramah mungkin. Senyum Retno mengembang, lumayan manis.

Kutuangkan teh tubruk kesukaan Danu ke dalam cangkir keramik. Tak lupa tahu bacem dan tempe mendoan yang selalu dicarinya saat pulang. Terbersit tanya dalam hati, akankah wanita di hadapanku ini nanti bisa membahagiakan Danu? Bisakah ia mencintai Danu sebesar cintaku padanya?

"Bu, ini ada sedikit oleh-oleh untuk Ibu," tangan Retno menyodorkan sebuah bungkusan.

"Kamu tak perlu repot-repot membawa oleh-oleh segala, Nak. Kalian datang menjemput saja, Ibu sudah senang," jawabku menyenangkan hatinya.

"Nggak apa-apa, Bu. Hanya itu yang bisa Retno berikan," senyum Retno nampak tulus.
Pantas saja Danu memilih gadis ini, setidaknya sejauh ini tak ada sisi negatif yang kulihat darinya.

Kami melanjutkan obrolan hingga menjelang malam. Sambil berharap bisa lebih dekat dengan anggota baru keluarga kami. Aku berusaha mulai mencintainya seperti anak kandungku sendiri, meskipun sulit.

Dia akan menjadi pesaingku mulai saat ini. Aku tak mau Danu lebih mencintai istrinya dibanding ibunya sendiri. Tak ada yang boleh merebut Danu dariku.

***
Diubah oleh yunisajid 11-11-2019 06:54
NadarNadz
081364246972
embunsuci
embunsuci dan 9 lainnya memberi reputasi
10
3.9K
37
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.