Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ZenMan1Avatar border
TS
ZenMan1
Gawat! Industri Makin Suram, Masuk Jurang Deindustrialisasi
Gawat! Industri Makin Suram, Masuk Jurang Deindustrialisasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontribusi sektor industri pengolahan atau manufaktur makin menciut terhadap ekonomi. Kondisi ini sudah terjadi puluhan tahun, kalangan pengusaha menegaskan Indonesia sudah masuk era deindustrialisasi.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani, resah dengan geliat industri manufaktur yang terus melemah, selain kinerja melambat juga kontribusinya menciut terhadap ekonomi. Ia bilang, kemerosotan itu bahkan tak hanya terjadi dalam beberapa bulan terakhir saja tapi sudah menahun. 


"Kalau kita lihat manufaktur kita nggak cuma 2 bulan ini, sudah dari 20 tahun udah turun," ungkap Rosan dikutip Rabu (6/11)


Saat ini, industri manufaktur memang masih memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 19,62% pada triwulan III-2019. Namun capaian tersebut jauh menurun jika dibandingkan dekade sebelumnya.

"Di tahun 2004 sekitar 30%. Turun terus. Makanya sekarang kita sudah terjadi de-industrialisasi dini," bebernya.

Karena itu, menurutnya pemerintah dan stakeholder terkait punya pekerjaan rumah (PR) cukup berat. Dia menegaskan, tidak gampang mendongkrak industrialisasi saat ini. 


Menurutnya, harus ada skala prioritas untuk memilih sektor industri mana yang diutamakan. Hal itu harus memperhatikan potensi dan keunikan khusus yang bisa dikembangkan.

"Enggak bisa semua industri kita kembangkan. Jadi skala prioritas kita apa, keunggulan kita apa, yang mau kita kembangkan raw material-nya apa," tandasnya.

Dengan begitu, jika sudah ditentukan skala prioritas, perlu kebijakan yang sejalan dengan prioritas tersebut. Kebijakan yang diharapkan bisa berupa fiskal maupun moneter.

"Insentifnya ditunjukkan kepada industri itu. Jadi ada kerangkanya. Kalau kita mau kembangkan semua industri nggak gampang," katanya.

Indonesia masih punya keterbatasan baik dari aspek pendanaan maupun sumber daya. Kendati begitu, dengan adanya prioritas, efektivitas dan efisiensi dari potensi yang ada, bisa dioptimalkan.

"Kita harus berani tentukan ini yang harus kita kembangkan dulu. Karena kita rasa materialnya ada. Kita punya kemampuan, market kita ada. Memang harus dipilah-pilah. Kita punya keterbatasan dari resources, dari pendanaan, dari kemampuan, dari SDM. Kita harus pilih," katanya.


Industri Baja Paling Tertekan
Sektor industri barang logam bukan mesin dan peralatannya, yang umumnya bergerak di industri baja paling tertekan dari sektor lainnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat industri manufaktur pada kuartal III-2019 tumbuh melambat. 

"Untuk industri yang paling tertekan kita lihat ada industri barang logam bukan mesin dan peralatannya. Ini industri yang turun perlu mendapat perhatian lebih lanjut," kata Kepala BPS Suhariyanto dikutip, Selasa (5/11).

Industri barang logam bukan mesin dan peralatannya antara lain: barang dari logam siap Pasang untuk konstruksi, barang dari Kawat, konstruksi berat siap pasang dari baja, paku, mur dan baut, alat potong dan perkakas tangan pertukangan, peralatan dapur dan peralatan meja dari logam, barang dari logam aluminium siap pasang untuk konstruksi, senjata dan amunisi dan lainnya.



Khusus industri baja, isu serbuan produk impor yang murah menjadi persoalan klasik yang masih terjadi hingga kini.

Ia mengatakan, industri manufaktur besar dan sedang hanya tumbuh 4,35% di kuartal III-2019. Capaian ini melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu (YoY) sebesar 5,04%.

Dari data BPS, industri manufaktur besar dan sedang dominan mengalami penurunan. Sebut saja, Industri barang logam bukan mesin dan peralatannya mengalami penurunan paling dalam, yakni 22,95% secara tahunan (yoy). Disusul oleh industri karet, barang dari karet dan plastik yang turun 16,63% (yoy).

Kemudian, industri pengolahan tembakau juga turun 12,73% (yoy), begitu juga dengan industri kendaraan bermotor, trailer, dan semi trailer yang turun 12,32% (yoy). Lalu ada industri barang galian bukan logam turun 10,23% (yoy) dan industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia yang turun 0,04% (yoy).

Menurutnya, industri manufaktur melambat lebih disebabkan karena kondisi perekonomian global yang masih penuh tantangan.

"Perekonomian memang tidak mudah, ekonomi global melemah, masih ada perang dagang, harga komoditas fluktuatif, dan itu semua berpengaruh ke manufaktur," katanya.

Meski demikian, masih ada beberapa industri yang mengalami kinerja positif yakni industri percetakan dan reproduksi media rekaman, tumbuh 19,59% (yoy). Disusul oleh industri makanan yang tumbuh 5,13% (yoy). Industri logam dasar berhasil tumbuh 4,09% (yoy) dan industri kertas dan barang dari kertas tumbuh 1,75% (yoy).



sumur

https://www.cnbcindonesia.com/news/2...ustrialisasi/1
jantakam
sebelahblog
4iinch
4iinch dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.7K
27
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.1KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.