Niat Awalnya, Ingin Dipandang Baik

Pertama kali bertamu dan bertemu dengan keluarga Si doi, Bucin ingin membuat kesan yang baik. Dia membawa roti bakar sebagai buah tangan yang menurut Si doi adalah kesukaan ibunya.


Begitu seterusnya, setiap kali datang, Bucin selalu membawa berbagai buah tangan. Mulai dari yang harganya standar hingga yang mahal. Semua itu demi membuat keluarga Doi terkesan.


Doi adalah pacar yang sangat Bucin cintai. Bucin ingin Doi jadi pasangan pengantinnya kelak. Oleh karena itu, Bucin berusaha sebaik mungkin agar rencananya berjalan dengan mulus dan mendapatkan restu.


Suatu hari, Gerek, adiknya Doi merengek minta dibelikan baju baru kepada ibunya Doi. Bucin yang melihat kejadian itu berinisiatif untuk membelikan Gerek baju baru.


Kebetulan, Bucin habis gajian sehingga malam itu juga Bucin dan Doi mengajak Gerek ke mall untuk membeli baju baru. Setelah ayah dan ibunya, kini giliran adiknya yang ingin Bucin buat terkesan. Begitulah kira-kira niat Bucin.


Sejak itu, setiap ada masalah atau kekurangan dana di rumah Doi, Bucin jadi andalan. Bucin merasa senang karena sekarang, seluruh keluarga Doi mau menerimanya sebagai pacar Doi.


Baik kepada Keluarga Pacar, Perhitungan pada Keluarga Sendiri

Sejak berpacaran dengan Doi, Bucin jadi lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah Doi. Setiap ada waktu senggang, Bucin pasti mampir ke rumah Doi.


Sang ibu bertanya kepada Bucin, hendak kemana dia pergi tapi Bucin merasa kesal dengan pertanyaan sederhana itu. Ia merasa, ibunya terlalu kepodan sangat menggangu dirinya.


Ia membentak ibunya. Ibunya tersentak, kaget, kenapa anaknya bisa berubah seperti itu. Tak tahan dengan sikap sang anak yang sering kasar kepadanya dan membantah saat disuruh, ibunya pun berkata dengan lantang padanya,


"Nak, janganlah kau bersikap tak layak kepada ibumu. Ibu yang melahirkan dan membesarkanmu. Saat kecil, kau tak bisa makan sendiri, ibu yang menyuapimu. Lalu, hanya mengucapkan satu kata sederhana, 'ibu' kau sulit mengucapkannya. Ibu yang mengajarimu dengan sabar. Sekarang, kau sudah bisa mencari uang dan makan sendiri. Kau juga sudah bisa membentak ibu!". ucap ibu Bucin dengan isak tangisnya.


Kata-kata dan tangisan ibunya hanya menambah rasa kesal di hati Bucin. Ia pun membanting pintu dengan keras dan tancap gas ke rumah Doi. Di rumah Doi, Bucin menunjukkan sikap yang sangat berbeda.


Tutur katanya begitu santun dihadapan sang calon mertua. Bila ada keperluan rumah tangga yang habis, dengan senang hati, Bucin membelikannya ke warung. Mengisi ulang galon, membawa tabung gas, mengganti lampu, membelikan pulsa listrik dll.


Sementara, jika untuk ibunya. Ia selalu berkata tidak dan beralasan badannya sudah capek akibat bekerja. Lalu, tibalah hari gajian. Ibu si Doi meminta tolong pada Bucin untuk meminjamkannya sejumlah uang.

Padahal, hutang yang sebelumnya saja belum lunas. Namun, Bucin merasa tak enak untuk menagih hutang yang sebelumnya ataupun menolak untuk meminjamkan uang.


Ketika tiba di rumah. Ibu Bucin tahu bahwa Bucin habis gajian. Ia pun mendekatinya dan berkata dengan sangat hati-hati bahwa stok beras dan uang belanja sudah habis.


Mendengar itu, Bucin menjadi kesal dan memarahi ibunya. Ia sebenarnya lebih kesal pada ibu Doi tapi ia tak mungkin bisa marah pada calon mertuanya sehingga ia lampiaskan saja kepada ibunya.

Bucin beralasan, ibunya terlalu banyak makan dan boros sehingga beras dan uang belanja cepat habis. Padahal, ibunya selalu berusaha berhemat dan makan seadanya saja.


Sore itu, tak seperti biasanya, Bucin langsung pulang ke rumah. Biasanya, ia ke rumah Doi dulu. Ternyata, pabrik tempatnya bekerja nyaris bangkrut sehingga banyak karyawan di rumahkan, termsuk dirinya. Hal itu membuat dia down.


Ia bermaksud menikahi Doi tapi mustahil mendapatkan restu jika dirinya pengangguran sehingga ia berusaha mencari pekerjaan baru secepatnya. Di samping itu, ia tetap berpura-pura bahwa dirinya masih bekerja di pabrik.


Tak berselang lama, akhirnya, Bucin mengakui bahwa dirinya sudah menjadi pengangguran. Ia sudah berusaha mencari pekerjaan tapi tak ia dapatkan.


Mendengar pengakuan Bucin, ibu Doi merasa miris bila anaknya menjalin hubungan dengan seorang pria pengangguran. Ia meminta Doi untuk menjauhi Bucin dan Doi terpaksa menuruti permintaan ibunya.


Hati Bucin hancur, sehancur-hancurnya!. Ia mengurung diri di dalam kamar berhari-hari. Hati sang ibu ikut hancur, melihat Putra yang dicintainya menjadi anak yang pendiam dan pemurung.


Seketika, ingatan ibunya akan masa kecil Bucin yang sangat penurut dan sayang kepadanya, hadir di tengah tangisnya. Ibunya teringat kembali bahwa saat Bucin kecil sedih, ia akan merasa lebih baik saat ibunya datang sambil membawa teh hangat dan singkong rebus kesukaannya ditambah sebuah pelukan hangat penuh kasih sayang dari ibunya.


Bucin sudah membulatkan tekadnya untuk merantau ke luar kota. Ia ingin melupakan doi dan mencari pekerjaan serta kehidupan baru. Saat ia tengah membereskan pakaian yang akan dibawa, ibunya mengetuk pintu kamarnya.


Saat Bucin membuka pintu, ia terperangah melihat ibunya membawa sepasang makanan dan minuman yang disukainya dulu, dulu sekali. Entah, kapan terakhir ia memakan dan menikmatinya.


Melihat Bucin yang sepertinya hendak pergi jauh, ibunya menangis terisak. Ia bertanya, tak bisakah Bucin tetap tinggal dan menjadi anaknya. Ego menghalangi Bucin untuk mengakui kesalahan dan kegagalannya.


Namun, pelukan erat di sela tangisan sang ibu membuat hatinya yang sebelumnya membatu menjadi luluh. Bucin menangis dipelukan ibu yang telah melahirkan dan membesarkannya.


Ia menyesali tindakannya selama ini. Ia sadar. Siapapun bisa membuangnya sewaktu-waktu hanya karena dirinya tak dibutuhkan lagi. Namun, tidak demikian dengan ibunya. Sebaliknya, ibunya tetap di sisinya meskipun ia pernah tak membutuhkan ibunya lagi.


Pagi itu, jam 10. Untuk pertama kalinya, Bucin makan singkong rebus dan minum teh manis hangat dengan disuapi ibunya, seperti waktu dulu.

1. Selidiki dulu, apakah gebetan / keluarganya money oriented
2. Memberi secukupnya dan seperlunya saja
3. Jangan bersikap seolah GanSis punya gaji besar dan punya banyak uang
4. Buang keinginan untuk dianggap horang kayah, kecuali memang tajir sejak lahir
5. Utamakan kebutuhan pribadi dan keluarga
6.Cinta tidak selalu tentang Materi