Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Saat Soeharto 'Marah' ke Habibie
Saat Soeharto 'Marah' ke Habibie

Saat Soeharto 'Marah' ke Habibie, Sakit Pun Tak Mau Dijenguk, Berawal dari Lengsernya Suami Bu Tien

Saat Soeharto 'Marah' ke Habibie, Sakit Pun Tak Mau Dijenguk, Terjadi Jelang Suami Bu Tien Lengser

TRIBUNJATIM.COM - Pernah terjadi saat Soeharto 'ngambek' atau 'marah' ke BJ Habibie.

Soeharto yang merupakan suami Bu Tien itu sampai tak mau dijenguk saat sakit.

Apa penyebabnya?

Simak kisahnya berikut ini.

Seperti diketahui, Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya di Istana Merdeka, Jakarta, pada 21 Mei 1998.

Pada saat itu juga Soeharto digantikan oleh wakilnya, BJ Habibie, yang langsung disumpah sebagai presiden.

Namun kejadian bersejarah itu tak hanya membekas bagi bangsa Indonesia, begitu juga bagi kehidupan pribadi Habibie.

Hari itu sekaligus menjadi hari terakhir pertemuan kedua tokoh negara tersebut.

Diketahui sebelumnya bahwa Soeharto tidak begitu saja menyerahkan jabatannya kepada Habibie.

Saat Soeharto 'Marah' ke Habibie

Sejumlah pertimbangan dimiliki Soeharto setelah bertemu sejumlah orang pada 20 Mei 1998 malam. Namun, Soeharto tidak bertemu Habibie.

Dilansir dari Intisari (grup TribunJatim.com) dalam buku Memoar Romantika Probosutedjo: Saya dan Mas Harto yang ditulis adik Soeharto, Probosutedjo, Habibie memang sempat menelepon kediaman Soeharto di Jalan Cendana, Jakarta.

Ketika itu, Habibie menyatakan ingin bertemu.

Namun, Menteri Sekretaris Negara Saadilah Mursjid yang menerima telepon Habibie menyatakan bahwa Presiden memang enggan ditemui siapa pun.

Saat Soeharto 'Marah' ke Habibie

Habibie sendiri bermaksud bertemu Soeharto setelah sejumlah menteri berkumpul di rumahnya dan bermaksud mundur dari jabatannya.

Hal ini dikisahkan mantan ketua Mahkamah Konstitusi, Jimly Asshiddiqie yang ada di kediaman Habibie.

"Malamnya saya mendampingi Pak Habibie menerima para menteri yang mengundurkan diri yang dipimpin oleh Menko Pak Ginandjar Kartasasmita," ujar Jimly saat membuka acara Refleksi 20 Tahun Reformasi, Jakarta, pada 21 Mei 2018, sebagaimana dilansir dari Kompas.com.

Setelah para menteri datang dan menyatakan pengunduran diri, Habibie langsung menyuruh ajudannya menelpon ajudan Presiden Soeharto.

Malam itu juga, Habibie meminta waktu untuk bertemu Pak Harto.

Namun, ungkap Jimly Asshiddiqie, telepon itu diserahkan ajudan Pak Harto kepada Menteri Sekretaris Kabinet Saadillah Mursjid.

Saat Soeharto 'Marah' ke Habibie

"Mensekab malam itu langsung bicara ke Pak Habibie intinya 'Bapak tidak perlu bertemu dengan Presiden malam ini. Besok Presiden akan mundur dari jabatan Presiden'," kata Jimly.

Habibie menghormati keputusan dari Soeharto dan bersedia menerima jabatan itu.

'Penolakan' Soeharto Terhadap Habibie

Dalam wawancara di sebuah televisi sebagaimana dilansir Tribunnews.com (grup TribunJatim.com), Habibie menceritakan 'penolakan' Soeharto terhadap dirinya itu.

"Saya penghabisan bicara dengan Pak Harto dilakukan pada bulan Juni, saat ulang tahunnya."

"Saya menjadi presiden tanggal 20 Mei 1998, Pak Harto ulang tahun tanggal 9 Juni," katanya.

Habibie mengenang kisah percakapan melalui telepon yang semua katanya masih dia ingat.

"Saya minta Menhankam Pangab, Pak Wiranto untuk menghubungkan saya dengan Pak Harto, tanggal 9 Juni."

Saat Soeharto 'Marah' ke Habibie

"Saya melalui telepon, saya sampaikan, Pak Harto, saya butuh masukan, Pak Harto lengser, saya mau tahu, data-data yang detail."

"Kalau Anda gubernur digantikan orang lain, ada timbang terima, walau upacara tidak dibacakan, tapi ada bahan-bahannya," katanya.

Habibie menyatakan, dirinya adalah seorang manusia, sehingga dia berharap, tidak diperlakukan seperti itu oleh Soeharto, yang memutus hubungan.

Justru, kata Habibie, Soeharto tegas menjawabnya agar tidak ada hubungan atau pertemuan antara Habibie dan Soeharto.

Habibie bertanya, mengapa demikian? "Merugikan kita," kata Soeharto tegas.

Menurut penafsiran Habibie, merugikan kita itu bukan merugikan Soeharto dan Habibie secara pribadi.

"Bukan merugikan Pak Harto dan Habibie, kita ini kita bangsa Indonesia karena saya kenal Pak Harto," katanya.

Terkait dengan apa ruginya jika dua pemimpin itu bertemu dan menghapus banyak spekulasi yang berkembang.

"Ruginya karena diadu domba, dia kan orang yang sangat bijaksana dan tahu lapangan, lebih tahu dari Habibie," ungkap Habibie.

Seoharto Menolak Dijenguk Meski Sakit

Kemudian salah satu langkah yang dilakukan Habibie selaku presiden yakni mengusut Soeharto terkait tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam pemerintahannya terdahulu.

Suatu kali Soeharto dimintai keterangan oleh Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta setelah sejumlah saksi diperiksa, namun dirinya kemudian terkena serangan stroke dan dirawat di RS Pertamina.

Dalam sakitnya itu, Habibie ingin menjenguk, namun tidak diperbolehkan oleh Tim Dokter Kepresidenan.

“Menurut mereka ada dua kemungkinan jika saya menjenguknya, yaitu Pak Harto senang atau marah, dan keduanya akan mengakibatkan gejolak emosi yang dapat meningkatkan pendarahan otak yang berakibat fatal,” kata Habibie.

Setelah menerima laporan dari Kejaksaan Agung dan Tim Dokter Kepresidenan, Habibie mengajukan agar kasus Soeharto dideponir (ditutup dan tidak dapat dibuka lagi).
sumber

☆☆☆☆☆☆

Ketika orang-orang besar marah, maka marahnya adalah gemuruhnya ombak samudera.
Ketika orang-orang besar diam, maka diamnya adalah keheningan lautan terdalam. Keheningan luar angkasa.

Siapa yang berani bilang mereka tak boleh marah? Siapa yang berani bilang mereka tak boleh menangis?

Semua Presiden yang pernah dan sedang memimpin negeri ini, pernah marah. Semua Presiden yang pernah dan sedang memimpin negeri ini pernah menangis. Sebab mereka adalah manusia biasa.

Dulu ada acara lawak yang menampilkan budayawan Butet Kertaradjasa dan Jarwo Kuat. Butet jadi Suharto, Jarwo jadi Habibie. Mereka memerankan saat Suharto pidato pengunduran dirinya dari jabatan Presiden. Dengan suara yang mirip, Butet berpidato. Dan disisi kirinya, Jarwo Kuat yang jadi Habibie kelihatan senyum-senyum nahan kegirangan sampai badannya goyang-goyang.

Tapi itu mereka, bukan Suharto dan Habibie. Lihatlah wajah mereka di foto-foto yang ditampilkan diatas. Justru yang tegang adalah Habibie. Mungkin dia tak akan pernah mengira akan menjadi Presiden dengan jalan seperti itu. Tapi itulah sejarah. Itulah takdir. Sejarah dan takdir Indonesia. Sejarah dan takdir Habibie.

Maunya Suharto, ketika Suharto lengser, maka Habibie juga harus lengser, karena mereka satu kesatuan sebagai cerminan rezim Orde Baru. Tapi UU memutuskan, jika Presiden berhalangan, maka Wakil Presiden yang menggantikan Presiden. Masalahnya Habibie tidak berhalangan, jadi Habibie berhak menjabat sebagai Presiden menggantikan Suharto yang lebih memilih kata "BERHENTI, DARI JABATAN SEBAGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA".

Suharto juga marah, karena sesudahnya, Habibie mempersulit gerak langkah anak-anak Suharto dalam bisnis yang memang menggurita di semua proyek pemerintah. Itulah sebabnya ada pembangunan jalan tol yang terhenti di sepanjang jalan Kali Malang. Hanya menyisakan tiang-tiang beton kala itu. Belum lagi proyek-proyek lain.

Dan Prabowo yang kena imbasnya. Dia dikucilkan oleh keluarga besar Suharto karena dianggap menjadi pangkal dari masalah penculikan. Justru yang dekat dengan keluarga Suharto saat itu adalah Wiranto. Wiranto dalam sebuah pernyataan di televisi, didampingi seluruh jajaran TNI termasuk SBY kala itu, menyatakan bahwa TNI menjaga marwah kehormatan dan keselamatan mantan Presiden Suharto beserta seluruh keluarganya. Ini dilakukan sebagai bentuk tindakan preventif, berjaga-jaga andai terjadi balas dendam rakyat terhadap Suharto dan keluarganya.

Rumit memang kala itu. Dan kemarahan memang menjadi api yang berkobar-kobar, bukan hanya pada mereka orang-orang besar, tapi juga berkobar didada rakyat, didada mahasiswa, didada aktivis.

Dan Habibie saat itu juga diminta untuk lengser oleh mahasiswa karena dianggap sebagai bagian dari Orde Baru, bagian dari rezim, dan satu paket dengan Suharto.

Dan semua kemarahan itu tinggal menjadi kenangan.

Sukarno marah kepada Suharto.
Suharto marah kepada Habibie.
Habibie marah kepada Prabowo.
Prabowo marah kepada Wiranto.
Mega marah kepada Amien Rais.
Yusril marah kepada Amien Rais.
Gusdur marah kepada Mega dan Amien.
Mega marah kepada SBY.
SBY : Saya prihatin.
Prabowo marah kepada Jokowi.
Jokowi : Bukan urusan saya.

Dan kemarahan itu menjadi turun temurun, tersimpan dalam dada rakyat, masyarakat di setiap Propinsi yang menyaksikan kesewenang-wenangan para wakil rakyat dan pimpinannya mengeruk uang rakyat tanpa rasa bersalah.

Saya Prihatin.

Diubah oleh i.am.legend. 03-11-2019 18:49
sandyarkie
sebelahblog
4iinch
4iinch dan 13 lainnya memberi reputasi
12
4.7K
31
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.1KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.