i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Anies Tidak Hadiri Festival Djadoel, Panitia: Beliau Sibuk, Mungkin Besok



Anies Tidak Hadiri Festival Djadoel, Panitia: Beliau Sibuk, Mungkin Besok

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tidak hadir di acara Festival Djadoel di Kramat Jati, Jakarta Timur. Ketua Pelaksana Festival Djadoel Iwan Setiawan memahami Anies tak bisa datang lantaran kesibukannya sebagai gubernur.

"Ya usaha mengundang mah sudah, wajar kami ngundang. Nggak direspons ya nggak apa-apa. Kami maklumi saja dia (Anies) sibuk. Kami nggak ada pemikiran jelek ke beliau," kata Iwan di Lapangan Bola Bulak Rantai, Condet, Kramat Jati, Jakarta Timur, Sabtu (2/11/2019).

Iwan mengungkapkan panitia telah melayangkan undangan kepada Anies. "Sudah ngundang, disposisi ke kepala dinas. Kepala dinas kan mengundurkan diri. Wali Kota juga kami undang. Kalau Wali Kota kan perhatian, dia tidak mewakili gubernur, tapi dia memang perhatian ke Festival Djadoel," ujar dia.

Alasan Anies tidak hadir? "Sibuk. Kami doain, kasihan dia, dia orang baik kena batunya ke anak buahnya," jawab Iwan.

Iwan mengatakan kegiatan yang digelar hari ini hingga besok itu diharapkan bisa dihadiri Anies. Menurutnya, masyarakat Condet akan sangat senang jika yang datang adalah gubernur langsung selain Wali Kota Jakarta Timur Muhammad Anwar dan camat serta para lurah.

"Besok saya harapkan Pak Anies hadir. Saya pengin kegiatan saya didatengin Pak Anies. Berharap, orang Condet kan kangen. Beliau kita pilih, pengin beliau hadir di sini," katanya.

Iwan menyebut kegiatan pelestarian kebudayaan seperti Festival Djadoel merupakan program pemerintah. Dia dan komunitas Condet menjadi salah satu yang mendukung program pemerintah untuk peduli terhadap budaya Betawi.

"Sebenarnya kan ini program pemerintah, kami Komunitas Condet ini peduli dengan budaya. Kita bersinergilah, bapak keluarkan SK, kami sambut. Beberapa kali acara saya nggak didatangi Gubernur, saya nggak ada masalah, saya tetap semangat. Tapi kalau Pak Gubernur ada waktu, hadirlah. Tengok-tengoklah di sini, kami senang," katanya.

Diketahui, Festival Djadoel menampakkan kawasan Condet, Jakarta Timur, zaman dulu yang tampak asri. Pohon-pohon rindang yang berjejer di sepanjang Jalan Condet Raya membuat kawasan tersebut terlihat adem.

Potret kawasan Condet zaman dulu bisa kita lihat di Festival Djadoel, yang digelar pertama kali di kawasan Kramat Jati, Jakarta Timur (Jaktim), hari ini. Selain foto Jalan Raya Condet zaman dulu, ada juga foto rumah-rumah.

Beberapa kegiatan digelar untuk meramaikan Festival Djadoel tersebut, salah satunya jalan santai. Selain pameran foto, di Festival Djadoel juga digelar bazar. Wahana permainan anak juga tersedia di acara tersebut. (bar/aan)
sumber

☆☆☆☆☆☆☆

Dicuekin!

Mohon maaf, sebenarnya apa sih urgensi dengan diadakannya festival, bazaar, dan lain-lain itu?
Minggu ini jalan A ditutup, minggu besok jalan B ditutup, minggu depannya, jalan C giliran ditutup.
Alasannya : Ada bazaar.

Yang lebih besar lagi, jadi kalender tahunan. Jalan F ditutup buat festival Anu. Jalan K ditutup untuk festival Itu. Lamanya? 2 hari.

Lalu apa saja yang ada disana? Para PKL. Pengusaha kecil mainan. Penjual makanan. Khusus untuk festival ada panggung. Pendukungnya? Dealer motor! Isi acaranya? Dangdut, dan macam-macam seni budaya betawi.

Yang ngadain? EO apalah. Dibawahnya? Ormas! Dan gak jauh-jauh dari ormas F**, For****. Lalu dispanduknya dipasanglah lambang Koramil, Lambang Polres, lambang Pemda DKI agar kelihatan sudah ada ijin resmi.

Tak peduli 2 hari itu kiri kanan jalan para pelaku usaha tutup dengan kerugian sekian ratus juta. Yang penting fulus pindah ke kantong panitia.
Darimana? Sewa tempat. Jalanan umum disulap jadi lapak-lapak dadakan. Biaya sewa? Jangan kaget. Pedagang kecil dadakan yang ikutan jualan sambil berdiri menempati pinggir jalan, asal berdirinya dalam area radius jalan tempat event digelar, bisa ditarik uang lapak 250rb. Luasnya? Tak lebih dari 100cm persegi. Ini memberdayakan siapa? Bahkan para anggota ormas wara-wiri minta makanan minuman seenaknya aja kepada para pedagang makanan dan minuman. Berulangkali dengan orang berbeda.

Itulah ironi Jakarta.

Ini sama kasusnya dengan orang nikahan tapi menutup jalan umum. Masyarakat dirugikan. Tapi apa mereka yang melakukan peduli? Masa bodo.

Sama tidak dengan acara-acara keagamaan bertajuk Majelis R, Majelis H, Majelis Apalah. Jalanan ditutup dari siang hingga larut malam. Para ukhti wara-wiri sampai larut malam hingga jam 2. Ada yang ngobrol diatas motor, jalan-jalan berdua, tertawa-tawa. Apa ilmu yang ceramah itu sampai kepada mereka?

Dzalim! Tapi mereka tak peduli. Kedzaliman itu bukan milik mereka. Kedzaliman itu andai ada pihak yang melarang. Melarang kegiatan penutupan jalan untuk bazaar, festival, acara majelis, sampai nikahan.

Itulah Jakarta.
Ketika sekumpulan orang mengklaim punya hak, sementara hak orang lain dilanggar.
Atas nama keberpihakan.
knoopy
sebelahblog
4iinch
4iinch dan 24 lainnya memberi reputasi
23
3.2K
49
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.