c4punk1950...Avatar border
TS
c4punk1950...
Sejarah Radikalisme Di Indonesia




Hi sobat kaskus bagaimana kabar kalian hari ini ? Semoga sehat selalu dan menjadi produktif tidak hanya menjadi masyarakat yang konsumtif, maafkan di thread kali ini bila ada salah kata, karena ini hanya orat oret ngawur yang tidak bermutu. Siapkan kopi dan cemilan sebelum membaca dan saya menanti kritisi tajam yang sangat di perlukan agar terbukanya diskusi di sebuah forum.

Secara general Radikalisme adalah sebuah gerakan perlawanan yang ingin mengubah sistem sosial dan politik yang berlaku pada sebuah negara dengan cara kekerasan, tentu saja aksi ini dinamai dengan makar secara terang-terangan.

Pada dasarnya nih gan, gerakan radikal tidak ada kaitannya dengan agama tertentu. Tapi berkaitan dengan politik, yup namun radikalisme memang ada yang dibalut dengan agama, sosialisme, liberalisme, bahkan supremasi kulit putih. Kelompok gerakan radikal ini akan rela berbuat apa saja termasuk meneror orang yang tak ada sangkut pautnya dengan politik, ini mereka lakukan agar terlihat eksistensinya oleh media.



Perlu kita ketahui agar waspada bahwa penganut radikalisme akan memiliki anggapan dimana semua pihak yang berbeda pandangan dengannya maka akan dianggap bersalah dan tentu saja mereka tak segan untuk membuat chaos.

Untuk di Indonesia sendiri radikalisme berawal dari keran Demokrasi yang terbuka, maka disini mulai tumbuh benih-benih yang menyalahkan ekonomi, politik, dan juga sosial pada saat itu namun terbalut rapih dengan keagamaan yaitu Islam. Motor gerakan yang awalnya adalah ormas-ormas ini mulai mencari panggung, ingin mengubah sistem politik Indonesia ada yang secara halus menginginkan syariat Islam sebagai dasar hukum kuhp, ada juga yang menginginkan lebih yaitu Khilafah sebagai bentuk dari pemerintahan Indonesia.



Namun cikal bakal teror itu sudah ada sejak dulu, banyak pemberontakan ketika negara baru merdeka. Nah, pemberontakan yang diawali dari perbedaan politik hingga muncul idiologi liberalis seperti Angkatan Perang Ratu Adil Kota Bandung pada 23 Januari 1950 yang di pimpin oleh seorang Belanda yaitu Kapten Raymond Westerling tidak banyak yang tahu bahwa antara Westerling dan Kartosuwiryo terlibat kerjasama beliau bersama Kartosuwiryo (pemimpin Darul Islam), dan banyak sejumlah tokoh Negara Pasundan dalam sebuah perundingan di Gedung Pakuan Bandung. Kenapa antara Raymond dan Darul Islam ada kerjasama ? Karena ada kepentingan yang sama untuk membendung idiologi komunis yang mulai berkembang.

Perlu di ingat setelah 1948 ketika PKI Muso bertindak radikal, maka politik di Indonesia terutama untuk daerah Jawa Barat sendiri saat itu ada empat pemerintah, yaitu politisi Jakarta, Negara Pasundan, Darul ­Islam, dan komunis. Saat itu juga para freemansory sedang getolnya menyebarkan ajarannya, kaum agamis baik itu Katolik dan Islam seakan terpinggirkan oleh komunis setelah Uni Soviet terlihat mesra dengan Sukarno maka APRA dan Darul Islam saling kerjasama.

Disinilah akhirnya APRA dipimpin Raymond Westerling dan DI/TII (Darul Islam) serta juga NII ( Negara Islam Indonesia) lewat pemukanya Kartosuwiyo sekitar tahun 1949 memberontak dan berbuat radikal. Namun berhasil di bendung hingga di tahun 1960 an, sang pemimpin DI/ TII pun tertangkap dan mati ditembak oleh aparat sedang kan Westerling menghilang namun jangan di pikir gerakan ini musnah begitu saja.

Bahkan idiologi liberalis yang dibawa oleh Belanda mendapat pasokan senjata dari pihak Amerika Serikat melalui Marshall Plan, merekalah yang mengucurkan dana maupun perlengkap­an militer sejak Agresi Militer I tahun 1947 untuk membendung komunis, sekaligus membiarkan Belanda menguasai kembali Indonesia setelah di kuasai Jepang. Kenapa ?

Saat itu komunis menjadi pemahaman banyak orang termasuk banyak juga founder Republik Indonesia yang ingin menjadikan Indonesia ne­gara komunis dengan berkiblat kepada Uni Soviet yang dipimpin Josef ­Stalin.

Puncaknya terjadi di Madiun, Jawa Timur, pada 18 September 1948, orang-orang komunis yang di­pimpin ­Musso melakukan pemberontakan untuk ”memproklamasikan” negara Soviet Republik Indonesia, inilah aksi Radikalisme yang terjadi ketika Indonesia baru merdeka.

Dimasa sebelum 1960 an memang aksi radikal lebih ke masalah idiologi dan ketidak adilan sosial dan politik hingga adanya pemberontakan PRRI/Permesta dan juga RMS di Maluku.



Kemudian di lanjutkan pada tahun 1965 PKI menjadi sebuah parpol kisah ini tak usah gw sebut detil ya, karena sudah pahamkan apa yang terjadi Yup pembunuhan para Jendral menjadi aksi radikal terbesar dari gerakan sosialisme yang ingin bertindak makar. Akhirnya PKI pun di bumi hanguskan hingga ke akar oleh Suharto dan ia pun diangkat menjadi Presiden.

Pada 1980 an sempat ada lagi namun hilang tak berjejak karena di masa orde baru lawan politik memang harus dibungkam.

Tepatnya di 1984 tragedi berdarah Tanjung Priok yang membawa luka pada umat Islam, dimana awalnya banyak terjadi ceramah-ceramah berbalut politik yang ingin orde baru tumbang, sebenarnya inilah akar dari pembantaian umat Islam tersebut. Salah satu orang yang dakwahnya terlalu keras saat itu adalah Abdul Qadir Djaelani dia adalah aktivis GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia), selain itu ada juga nama besar ulama seperti Mawardi Noer, Ratono, M. Nasir, Oesman al Hamidy dan Syarifin Maloko.



Di Assa'adah sebuah masjid tanjung priok bermula, ketika itu 7 September 1984 seorang Babinsa (Bintara Pembina Desa) bernama Sersan Satu Hermanu yang akan melaksanakan tugasnya terjadi perlawanan, dan sudah di duga keadaan chaos hingga 12 September 1984 menjadi hari kelam ketika tabligh akbar berujung pada kematian. Pangdam V Jakarta Raya Mayjen TNI Try Soetrisno  (yang didampingi Pangkopkamtib Jenderal TNI L.B. Moerdani dan Menteri Penerangan Harmoko) mengatakan peristiwa itu adalah upaya gerakan Islam untuk melakukan makar kepada pemerintah. Namun tak jelas karena Radikal bisa dilakukan juga oleh penguasa, jadi kita harus bisa membaca tak selalu kekerasan di lakukan oleh pihak pemberontak bahkan penguasa bisa melakukan hal yang sama hingga terjadinya korban namun lebih disebut pihak otoriter bukan radikal.

Sudah pasti peristiwa berdarah itu pun membuat masyarakat takut untuk beraktivitas dakwah secara frontal dan secara radikal, intel tersebar dimana-mana saat itu.

Hiingga akhirnya 1998 kejatuhan dari orde baru membuat mereka terlepas dari belenggu. Ada yang membuat gerakan moral ideologi seperti Majelis Mujahidin Indonesai (MMI), Hizbut Tahrir Indonesia sedangkan yang bersikap agak keras ada Laskar Jihad, Front Pembela Islam, dan Front Pemuda Islam Surakarta.



Banyaknya perkumpulan ini sebenarnya awalnya terdiri dari 3 kubu besar di Indonesia yang diadopsi dari timur tengah sana, Salafi-Wahabi, Ikhwanul Muslimin, dan Hizbut Tahrir. Dimana Salafi lebih ke ibadah formal, kemudian Ikhwanul Muslim di Indonesia awalnya bernama Tarbiyah dan ini adalah cikal bakal PKS mereka berdakwah dan ikut berpolitik. Sedangkan HT ingin menegakkan khilafah, banyak simpatisan diluar HT namun ingin menegakkan khalifah juga, seperti FPI dan kelompok-kelompok kecil lainnya ketika melihat ISIS muncul mereka bai'at kepada ISIS namun ketika ISIS hancur ada yang meninggalkan ada yang masih meneruskan misi seperti JI (Jamaah Islamiyah) hingga ke JAD (Jamaah Anshar Daulah).

Kelompok radikal inilah yang sering bikin heboh dengan aksi pengeboman, aksi ala GTA di Sarinah, hingga aksi penusukan Wiranto. Banyak aksi yang bisa dibilang tak masuk akal. Namun itulah pemahaman radikal dibalut agama Islam mereka sudah beranggapan pancasila dan pemerintah itu thaghut.



Kemana pemahaman radikal yang lain apa mereka telah mati, setelah reformasi saat itu PKI pun mulai disorot ketika beredar buku dari kader PDIP bu Ribka Tjiptaning berjudul "Aku Bangga Jadi Anak PKI" namun TNI gerak cepat seakan disana terlihat banyak buku-buku berbau PKI di sidak dan di hancurkan. Radikalisme PKI belum muncul ke permukaan, untuk radikalisme dari agama sudah beberapa kali aksi dari bom bali hingga Surabaya hal ini membuat banyak orang skeptis pada Islam.

Bahkan berita hoax yang menyebut PDIP adalah PKI pun menyebar hingga melebar ke Bapak Jokowi yang pernah juga terkena berita liar tersebut, targetnya jelas chaos inilah gerakan senyap radikal yang menghalalkan segala cara.



Dan saat ini HTI pun akhirnya menjadi batu sandungan bagi pemerintah hingga ormas tersebut akhirnya dibubarkan, bagaimana dengan FPI ? Setelah Prabowo bersama Jokowi nampaknya FPI bisa menarik nafas lega atau sebaliknya. Setidaknya sejarah singkat radikalisme di Indonesia cukup rumit. Mereka sebenarnya hanya bermain politik dan ada kepentingan tertentu namun sayang permainan tersebut sering kali dibalut oleh agama dan sosialis yang akhirnya membuat susah semua masyarakat, bahkan yang beragama Islam sendiri bertanya kok ada yang seperti itu ? Lalu siapa yang salah kalau sudah begini ? Yang jelas saling tunjuk buru-buru cuci tangankah ? Apakah akan ada yang memanfaatkan hal itu dengan bermain play victim ?

Semoga dari kisah ini dapat diambil hikmahnya, maaf bila harus ada yang dikoreksi silahkan di coment serta thread ini ada berkat permintaan sobat kaskus juragan @uang5ratus

Salam hangat lur, gw c4punk see u next thread

emoticon-I Love Indonesia

"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2019
referensi : klik, klik,klikdan klik
Pic : google

emoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Star













Diubah oleh c4punk1950... 25-10-2019 23:39
jasperjaka
ceuhetty
sebelahblog
sebelahblog dan 25 lainnya memberi reputasi
26
10.5K
116
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.