Oke. Karena ini trit jadi Sticky maka ane punya kewajiban berbenah
Post satu akan kita bikin semacam Hall of Fame kaya On the spot. Fakta yang ada di post 1 Insya Allah udah ane crosscheck dan teruji keabsahannya
Nomer 1.
Spoiler for jengg:
Timurlenk
Sang Penakluk keturunan Gengis Khan. Seorang mongol yang sudah dipengaruhi budaya Persia dan masuk Islam. Tidak banyak tokoh yang sekontroversial Timur dalam sejarah. Dia mencintai seni dan suka membangun bangunan megah, tapi juga luar biasa kejam dan tak pandang bulu pada kota yang dia taklukkan. Seorang muslim yang mengalahkan Khight Hospitaller tapi juga mengepung Baghdad dan membunuh 20.000 penduduk. Dia juga pernah mencoba menyerang Ming China dan ada akhirnya anak cucunya menguasai India dalam wujud kisah Jodha Akbar
Oke. Sekarang Trivianya
Pada 1941, Makam Timur digali oleh arkeolog Soviet, Gerasimov. Di makamnya terdapat tulisan yang artinya kira-kira "Siapa yang kurang ajar buka kuburan ane, akan melepaskan seorang penakhluk yang lebih jahat dan kejam dari ane"
Beberapa hari kemudian, Hitler menyerang Soviet.
Tahun 1942, Timur dikembalikan ke makamnya. Beberapa bulan kemudian, Soviet menang di Stalingard.
Seperti kata Alien man di H channel. Kebetulan? saya pikir tidak
makam timur di samarkand
Nomor 2
Spoiler for kudaaa:
Emang cerita soal Presiden pertama ini gak ada matinya. Kali ini soal Bung Karno yang takut naik kuda
Spoiler for a:
Kejadian menarik menimpa Bung Karno ketika tanggal 5 Oktober 1946, Angkatan Perang kita (sekarang TNI) hendak merayakan ulang tahun yang pertama. Dalam salah satu tata cara upacara militer yang sudah direncanakan semegah-megahnya untuk ukuran negara berusia satu tahun, Presiden Republik Indonesia Sukarno, harus melakukan inspeksi pasukan… naik kuda!
Persoalannya adalah… Bung Karno tidak pernah naik kuda. Pergaulan Bung Karno dengan seekor kuda pada masa-masa sebelumnya, tak lebih dari sekadar menepuk-nepuk kuduknya. Demi mengetahui hal itu, Fatmawati, istrinya, ikut cemas. “Jadi, bagaimana caranya,” tanya Fatma. Bung Karno menjawab, “Pertama, aku hendak menghadapi kenyataan bahwa aku orang yang pelagak… Aku akan belajar naik kuda!”
Fatma belum hilang rasa cemasnya, “Kan pawainya besok?” Lalu Bung Karno menjawab, “Ya, aku akan belajar dalam satu hari.”
Akhirnya, seorang perwira kavaleri tekun memberikan pelajaran berkuda kepada presidennya. Dan di akhir sesi latihan, kepada si perwira kavaleri itu, Bung Karno menyampaikan pesan dengan suara pelan… “Untuk pawai besok, berilah saya kuda yang paling lunak, paling tua, paling jinak dan hampir mendekati kematiannya….”
Tak bisa dimungkiri, Bung Karno sebenarnya memendam rasa cemas dan khawatir. Apa jadinya kalau dalam pawai inspeksi pasukan besok si kuda menjadi beringas dan tak terkendali? Bagaimana kalau ia kemudian terpental dari punggung kuda? Apa kata dunia?
Dan… perwira kavaleri itu menjawab, “Tidak Pak. Tidak pantas untuk Bapak. Kuda yang disediakan harus yang muda dan garang. Dia harus memperlihatkan semangat tempur yang menyala-nyala, dan kuda yang terbaik dari seluruh kelompok.”
Bung Karno yang pelagak, tak berkutik dengan jawaban perwira kavaleri. Rasa cemas ia pendam dalam hati…. hingga, tibalah saat-saat yang dinanti. Terompet telah berbunyi, genderang berderam-deram, pasukan berdiri tegap, dan… Presiden menaiki kudanya. Binatang itu berjalan mengikuti irama musik… dan… menjadi liar. Bung Karno sedikit ciut, tapi ketika ia melihat pasukan yang berbaris rapi yang sedang ia inspeksi… muncullah sifat pelagaknya… Sorak-sorai dan teriakan gembira dari rakyat yang berjejal-jejal di lapangan pawai menghidupkan semangat.
Suasana itu membuat Bung Karno tenang dan sadar… hilang rasa cemas, dan muncul teori-teori berkuda yang telah diajarkan si perwira kavaleri kemarin. Maka, dengan sigap Bung Karno segera memainkan pegelangan, menguasai tunggangannya dengan baik. Bung Karno mengendalikan langkah kuda dengan begitu gagah, sehingga kuda berjalan dengan langkah tenang dan teratur seperti yang dikehendaki. Dan… kuda yang bagus itu tidak pernah menyadari bahwa tuannya lebih gentar menghadapi peristiwa itu daripada binatang itu sendiri. -