Masuknya Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sebagai menteri pertahanan di Kabinet Indonesia Maju mungkin saja membingungkan publik. Tetapi tidak bagi Jusuf Kalla.

Bagi Mantan Wakil Presiden RI tersebut, kejadian seperti itu sangat mungkin terjadi dan wajar saja. Sebab baginya dalam politik itu tak ada teman dan lawan abadi.

JK memberi penjelasan apa yang terjadi saat Pilpres 2019 pada April lalu berbeda dengan kondisi pada saat pengumuman kabinet hari ini. Masuknya oposisi ke dalam koalisi pemerintah memang bisa saja terjadi dan bukan hal yang baru di dalam dinamika politik di Indonesia.

Menurut JK perubahan status dari oposisi ke koalisi sudah terjadi pada saat kontestasi Pilpres 2014 silam. Kala itu, Partai Golkar yang mendukung Prabowo juga bisa beralih mendukung Jokowi.

Terlepas dari itu, seluruh menteri yang membantu Jokowi-Maruf memiliki kemampuan bekerja sesuai dengan bidangnya. Dirinya mendukung dan memberi kesempatan kepada kabinet di bawah pimpinan Jokowi untuk bekerja sebaik-baiknya.

Komposisi kabinet sekarang hanya perlu penyesuaian dan pembelajaran untuk ke depannya. Termasuk meningkatkan kapasitas dan sumber daya manusia dalam menghadapi tantangan.

Masyarakat sendiri pastinya sangat mendukung dan tidak mempermasalahkan Prabowo masuk ke dalam kabinet pemerintahan. Hal itu justru akan membawa kebaikan, karena mengurangi polarisasi masyarakat pasca Pemilu.

Pastinya, kabinet Jokowi kali ini mencerminkan persatuan dan rekonsiliasi politik.