Presidential Palace, Astana, Kazakhstan.
ASTANA, KOMPAS.com - Negara bekas Uni Soviet, Kazakhstan memutuskan untuk segera meninggalkan penggunaan aksara cyrillic, dan beralih ke aksara latin.
Keputusan tersebut disampaikan Presiden Nursultan Nazarbayev, Kamis (26/10/2017).
Nazarbayev pun langsung memerintahkan kantor kepresidenan untuk mempersiapkan peralihan aksara resmi negara tersebut.
Perubahan aksara dan tulisan resmi negara ini menjadi yang ketiga kalinya dilakukan Kazakhstan dalam rentang waktu 100 tahun terakhir.
Nazarbayev menyebut perubahan aksara resmi negara itu perlu dilakukan sebagai simbol untuk mempertegas kemerdekaan dan memberi jarak dengan Rusia. Setidaknya secara visual.
Kazakhstan merupakan salah satu negara pecahan dari Uni Soviet. Negara penghasil minyak bumi itu memiliki kedekatan dengan Moskwa sebagai mitra dagang.
Namun, masih ada kekhawatiran akan ambisi Rusia yang ingin mempertahankan pengaruh politik ke seluruh wilayah bekas Uni Soviet itu.
Alasan lain penggunaan huruf latin adalah agar lebih mudah diterapkan dalam kemajuan teknologi, terutama peralatan digital.
Aksara cyrillic aksara latin.(rache1)
Kazakhstan sebelumnya menggunakan aksara Arab dalam tulisannya, hingga pada 1920-an Soviet memperkenalkan aksara latin.
Kemudian pada 1940, mulai digunakan aksara cyrillic yang mengacu pada alfabet Rusia.
Kini, Kazakhstan segera menyusul negara-negara lain, seperti Turki, Azerbaijan, Turkmenistan dan Uzbekistan, yang sudah lebih dulu beralih menggunakan aksara latin.
Seperti dilansir The Guardian, peralihan penggunaan huruf resmi dari aksara cyrillic ke latin akan dilakukan secara bertahap.
KOMPAS.com