babygani86Avatar border
TS
babygani86
Acikoci Menyelamatkan desa Pinus dari Banjir parah
Desa Pinus kebanjiran. Itu dimulai dengan tetesan air asin dari gunung. Tetesan itu semakin hari semakin banyak. Sekarang, sudah menjadi sungai besar yang melintasi desa. Bahkan, melanda rumah-rumah di desa. Desa Pinus kebanjiran parah.

”Kita tak mungkin tinggal di desa ini lagi," kata para kurcaci penghuni Desa Pinus.

”Sawah, ladang, tambak ikan, dan peternakan kita kebanjiran. Panen kita gagal. Ikan—ikan di tambak terbawa banjir. Ternak juga terlepas dan entah di mana,” keluh para kurcaci.

Kurcaci Kepala Desa lalu mengadakan rapat dengan warganya.

"Adakah warga desa yang bisa menghentikan banjir?" tanya Kurcaci Kepala Desa. ”Siapa yang bias menyelamatkan Desa Pinus ini?" Di antara para kurcaci warga desa, ada satu kurcaci yang berpakaian kedodoran. Ia membawa ransel besar di punggungnya.



Ia adalah kurcaci pengelana bernama Acikoci. Sebetulnya acikoci hanya ingin singgah sebentar di desa itu. Namun karena warga Desa Pinus sangat ramah, Acikoci menjadi betah tinggal di tempat itu.

Selama satu bulan tinggal di desa itu, banyak warga Desa Pinus membantu Acikoci. Ia diberi tempat tinggal, makanan, juga pakaian. Hari itu, sebetulnya Acikoci akan pamit untuk melanjutkan perjalanan. Itu sebabnya ia sudah membawa ransel besarnya.

Karena tak ada warga desa yang mengangkat tangan, Acikoci segera mengangkat tangannya.

”Pak Kepala Desa, aku merasa bahagia tinggal di desa ini. Semua warganya baik dan menolongku di saat aku butuh makanan, tempat tinggal, dan pakaian. Mungkin, ini saatnya aku membalas budi baik warga Desa Pinus. Berilah waktu beberapa hari. Aku akan berusaha menyelamatkan desa ini,” kata Acikoci.

Kepala Desa dan warga Desa Pinus sangat gembira karena ada yang bersedia menolong desa mereka. Acikoci segera pergi ke perpustakaan desa kurcaci itu. Walau desa itu kecil, namun perpustakaan mereka cukup besar. Banyak buku tua di rak-rak tinggi yang berderet di perpustakaan itu. Acikoci dengan tekun membaca buku—buku sejarah dan legenda Desa Pinus.

Kurcaci itu sampai tertidur di meja perpustakaan dengan buku-buku tebal bertebaran di sekelilingnya.

Esok harinya, Acikoci tampak gembira. Dari beberapa buku yang dibacanya, ia kini tahu penyebab masalah Desa Pinus. Acikoci lalu pergi ke toko di pusat desa. Ia membeli mainan, buku—buku cerita, dan mainan merakit berbagai benda. Semua benda itu ia masukkan ke dalam ransel besarnya.

Acikoci lalu pergi ke hutan tempat asal sungai berair asin itu mengalir. la menarik napas panjang dan mulai mendaki, mengikuti aliran sungai air asin. Acikoci akhirnya tiba di sebuah hutan yang lebih lebat. Ia turun ke lembah yang sangat dalam, lalu naik lagi ke puncak bukit yang sangat tinggi. Bukit itu begitu tinggi, sehingga dikelilingi awan tebal.

Tanpa kenal lelah, Acikoci terus berjalan. Ia membuka kedua lengannya dan merasa bias menyentuh awan-awan saat berjalan di antara awan yang berarak-arak.

Beberapa saat kemudian, ia tiba di puncak tertinggi bukit itu. Ada raksasa yang duduk di sebuah batu besar. Raksasa itu sedang menangis sedih. Butiran air matanya turun di pipinya, dan terus menetes ke tanah bukit. Butiran air mata besar itu lalu membentuk sungai dan mengalir turun dari gunung.



”Aah, air mata raksasa! Seperti yang sudah aku duga," tawa Acikoci. Ya, ia memang sudah menduga, kalau banjir air asin itu berasal dari air mata raksasa. Ia membaca banyak kisah tentang raksasa Desa Pinus, baik di buku sejarah maupun buku legenda.

”Hai, sahabat! Kenapa kau menangis?"sapa Acikoci.

Raksasa itu berhenti memangis. Ia melihat ke bawah dan terkejut saat melihat Acikoci.

"Sudah puluhan tahun aku sendirian di sini. Kamu adalah kurcaci pertama yang mengunjungiku lagi. Sekarang, manusia maupun kurcaci memakai mobil atau pesawat saat bepergian. Mereka tidak berjalan melawati gunung lagi. Itu sebabnya aku sangat kesepian. Tak ada lagi manusia atau kurcaci yang melihatku, dan menyapaku. Hiks hiks...” Raksasa itu menangis lagi.

”Sudah, jangan menangis, Raksasa. Aku membawa beberapa oleh-oleh untuk menghiburmu."

Acikoci lalu menumpahkan semua isi ranselnya ke tanah. Raksasa itu sangat tertarik dan berhenti menangis. Ia gembira melihat apa yang dibawa Acikoci. Selama beberapa hari, Acikoci dan Raksasa bermain bersama. Mereka membuat menara, pesawat, dan kapal layar dari mainan kayu yang dirakit.

Saat senja tiba, Acikoci membacakan dongeng untuk Raksasa sambil menikmati popcorn bersama. Mereka juga bermain ular tangga dan kartu kwartet.

Raksasa sangat terhibur dan selama berhari-hari itu ia tidak menangis. Sungai air asin di Desa Pinus pun semakin lama semakin surut dan akhirnya kering.

Ketika Acikoci pamit untuk kembali ke desa, Raksasa tidak terlalu memerhatikannya lagi. Ia sudah sibuk membaca dan menyusun rumah—rumahan dari mainan potongan kayu.

Warga Desa Pinus sangat berterimakasih pada Acikoci. Kurcaci pengelana itu kini menjadi pahlawan di Desa Pinus. Warga desa bergotong royong membangun rumah mungil untuk Acikoci sehingga ia punya rumah sendiri.

Kini Acikoci tidak lagi berkelana. Ia menjadi penjaga Desa Pinus. Ketika ada tetesan air asin dari arah gunung, maka Acikoci buru-buru membawa ranselnya. Ransel Acikoci itu penuh berisi buku cerita dan mainan baru untuk Raksasa agar ia tidak kesepian.



Spoiler for Referensi:


ceuhetty
sebelahblog
zafinsyurga
zafinsyurga dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.1K
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.