MyRyuReyAvatar border
TS
MyRyuRey
PEWARIS TERAKHIR
PEWARIS TERAKHIR - 1

Hi semua..salam kenal.. Gw mau cerita kisah yang beberapa minggu hadir dimimpi gw, seolah gw ngejalanin hidup orang lain dan jujur ini bikin gw bingung dan ada sedikit rasa takut, terutama kalo kekamar mandiemoticon-Ngakak

sebelumnya gw minta maaf kalo yang gw tulis ini kalimatnya berantakan soalnya ini pertama kali gw nulis cerita, maaf juga kalau mungkin menurut kalian gak serem


Namaku Kirani. Sudah 3tahun ini aku menjalin hubungan dengan seorang lelaki baik hati, namanya mas Riski, dia seorang arsitek muda pewaris perusahaan property ternama dikotaku, wajahnya tampan, dan yang pasti dia sangat mencintaiku.

Sore cerah ini, aku mengajak mas Riski dan adiknya Bayu kerumah kawan lamaku didesa untuk mengunjungi makam bapakku.
Perjalan cukup jauh, kami harus menaiki bis disambung angkot. Setelah sampai, sayang sekali ternyata kawanku sudah pindah, tidak jauh hanya beberapa gang dari rumah lamanya, bersyukur ada petani yang menawarkan diri untuk mengantar kami kebetulan beliau melewati rumah temanku juga, sekitar 15 menit berjalan kaki menuju sebuah rumah dengan kios kecil dekat turunan dijembatan sungai. Rumahnya terlihat kecil dengan halaman yang lumayan luas, di kiri rumah ada jembatan dengan sungai dibawahnya dan disebelah kananya rumah penduduk.
Seperti perkampungan lain saja, disebrang rumah ada pos ronda dan kios mie ayam bersebelahan dengan penjual aneka sayur dan lauk matang. Kampung ini makmur, soalnya walaupun masih banyak hutan dan tanah kosong tapi banyak juga rumah yang besar2 dan sangat terawat pastinya. Ya benar sekali, disini banyak villa mewah tempat orang orang kaya menghabiskan masa liburnya.

Sore itu kami sampai, kawanku terkejut dengan kedatangan kami, selepas kukenalkan tidak lama mereka mulai akrab, tapi tidak begitu dengan suaminya, tak kusangka temanku menikah denganya. Aku kenal suaminya adalah anak orang terpandang didesa ini, namanya mas Anto. Mas anto sepertinya tidak suka dengan kedatangan kami.

Selepas mandi sore aku duduk dikursi depan warung temanku ini, nostalgia ku mulai terbayang kembali, dulu akupun pernah tinggal disini, saat itu usiaku masih sangat kecil ketika tiba tiba bapak memaksa ibu untuk membawaku dengan alasan agar nanti dapat menyekolahkan ku jauh kekota, tinggal bersama tanteku. Sebulan sekali kami mengunjungi bapak, sampai setahun kemudian kami mendapat kabar kepergian bapak, ibu bilang bapak meninggal karna kecelakaan diladang, sejak itu kami hanya berkunjung ke desa ini setahun sekali saja, setiap ulang tahun bapa. Sejak 9tahun lalu tepatnya sejak ibu meninggal aku tidak pernah sekalipun menginjakan kaki didesa ini, kali ini selain mau kemakam bapak entah mengapa aku sangat rindu dengan suasana kampung halamanku ini.

Malam pertama disana, kulihat mas Riski dan Bayu bercanda dengan Adam, anak temanku, usianya baru 3tahun. Ternyata disini cukup ramai, di sebrang warung ini banyak warga dipos ronda dan lalu lalang pembeli mie ayam dan laukpauk, warung temanku sendiri dia penjual sembako dan segala macam jajanan kecil. O iya nama temanku ini Pian, dia 2 bersaudara dengan kakaknya Mila, bapaku dan bapaknya dulu kerja di satu majikan sebagai tukang kebun, sejak kecil kami bertiga slalu bermain bersama, sekarang Pian sudah menikah dan sudah memiliki 1 orang anak laki2.

"Kamu kesini ga kasih kabar ke aku loh ni, jadi aku ga bisa siapin macem macem deh", ucap Pian sungkan.
"Sengaja, aku mau kasih kamu surprise, hahaha", jawabku.
"Maaf ya Pian, kayaknya suamimu kurang suka ya kalau aku nginep disini" kataku tertunduk.
"Jangan dipikirin dia emang gitu orangnya ga suka kalau ada tamu masuk rumah, lagian toh ini rumahku bukan rumah dia" jawabnya ketus.
"Loh ini rumahmu? Bukanya mas Anto itu orang kaya ya?" tanyaku heran.
"Ya dia dulu kaya tapi beberapa tahun sebelum menikah denganku ibunya kecelakaan dan lumpuh, sejak itu hartanya terkuras untuk biaya berobat ibunya, bisa dibilang sebenernya dia itu beruntung nikah sama aku, walaupun bapak cuma tukang kebun toh ternyata alm bapakku menyimpan banyak uang yang diwariskan untuku, kehidupanku jauh lebih baik dari mas Anto, kalau bukan karna bapak menyuruhku menikah dengannya mungkin sekarang mas Anto udah jadi gembel" kata2 pian seolah menunjukan betapa bencinya dia terhadap suaminya.
"Wariskan? Berarti bapak mu?..ya Allah Pian aku minta maaf ya, aku jadi ngingetin kamu ke beliau" kataku canggung.
"Gapapa ko Ran. Lagian kamu juga kan ga tau klo bapak udah ga ada", katanya sambil menghela nafas panjang.
"Sekarang aku sendiri Ran, bapak meninggal seminggu sebelum pernikahan ku, dan beberapa minggu setelah pernikahanku Mila pergi menyusul bapak", lanjutnya.
" Entah apa alasanya Mila nekat menabrakan dirinya kekereta yg sedang melaju" Pian mulai menangis.
"Banyak yang bilang kalau slama ini mungkin Mila menyukai mas Anto, tapi waktu bapak nyuruh mas Anto menikahi salah seorang dari kami, mas Anto milih aku, sejak saat itu Mila mulai berubah menjadi lebih pendiam, semua salah ku, seharusnya aku menolak pernikahan ini, Mila lah yang lebih pantas menikah dengan mas Anto" tangis Pian tersedu.
Ya Tuhan. Tak kusangka hidup Pian setragis ini, dia harus kehilangan 2 orang yang paling dia sayang disaat yang hampir bersamaan.
"Maaf Pian, seharusnya saat itu aku ada disini", kataku menenangkanya.
"Gapapa Ran, mungkin udah jalan hidupku kaya gini" kata pian sambil menyeka airmatanya dan mencoba untuk tersenyum..
"Oia tumben banget kamu kesini, kangen ya sama akuuu" ledek Pian, kurasa dia sedang menghibur dirinya sendiri.
"Iya aku kangen banget sama kamu. Sekalian mau liat makam bapak, aku mau kabarin kebapak rencananya tahun depan aku akan menikah dengan mas Riski" jawabku malu2.
"Waaah sama mas ganteng itu toh.. Selamat ya" katanya sambil memeluku, kami banyak cerita, begitu cerianya Pian seolah tak terlihat lagi sedih diwajahnya. Sesaat setelah ngobrol panjang dia berlalu masuk kedalam rumah meninggalkanku dgn kekagumanku atas desa ini.

Sejak pertama, kuperhatikan rumah ini, rumah sederhana halaman besar dengan motor butut, didalam hanya terdapat 4 ruang, ruang depan sekaligus toko, ruang tengah agak luas tapi hanya ada sedikit barang, hanya ada meja dan tv, 1 kamar tidur dan dapur, selama kami menginap aku, Pian dan anaknya tidur dikamar sedangkan para laki2 tidur diruang tengah beralaskan tikar, kamar mandi? Terpisah dari rumah, jadi dibagian samping agak kebelakang rumah ada tanah kosong agak luas. Iya agak terbuka, hanya bagian untuk mandi saja yang tertutup, disekitar sumur ada bak dan ember, sepertinya dia mencuci di samping sumur, tidak jauh dr sumur ada pohon lamtoro (petaicina) dibawahnya berjejer 5 buah gentong besar terbuat dari tanah liat lengkap dengan tutupnya yang terbuat dari kayu, bawahnya agak berlumut seolah sudah sangat lama berada disana. Belakang pohon lamtoro ditutup bilik bambu agak tinggi, dibaliknya lg hanya tanah kosong dan beberapa pohon besar.

Entah kenapa sejak terbangun badanku begitu sakit, yang kuingat semalam aku memimpikan bapak memeluku, seolah beliau tahu kalau aku akan mengunjunginya.
Aku membangunkan Bayu dan Riski untuk segera bersiap kemakam bapak. Pagi itu Pian menyajikan nasi goreng sebagai sarapan, beberapa kali kulihat mas Anto melirik kesal kearah kami, dan kemudian pergi keluar dengan motor bututnya, selesai makan kami pun berangkat menuju makam bapak. Sambil ngobrol Pian menemani kami berjalan menyusuri jalan kampung yang masih asri, banyak sawah dan hutan.
"Rumah ini bagus, rumah siapa ini?" tanya Riski saat melewati rumah besar berwarna putih bersih dengan pilar besar didepanya.
"Ooh itu dulu rumah keluarga tuan Suratno, tempat bapak ku dan bapaknya Rani dulu kerja. Tapi udah lama dijual sekarang pemiliknya orang kota, aku ga tau namanya hihihi" jawab Pian santai.
Sekilas teringat dulu bapak dan pak de Alif selalu bekerja dengan giat dirumah itu, terkadang kami ikut bermain dikebun tuan saat bapak dan pak de bekerja.
"Hei kamu Rani ya.." tanya seorang laki2 tua, tergesa mendekatiku dengan tongkat ditanganya, kucoba mengingat wajahnya sepertinya aku kenal tapi aku lupa.
"Hei ko cuma melongo..itu kamu disapa, pasti lupa ya? dia itu eyang Sugi" ucap Pian mengingatkanku.
Astaga ternyata itu eyang Sugi, bagaimana bisa aku lupa, beliau adalah tetangga kami dulu, bapak pernah cerita saat bapak kecil kakek dan nenekku meninggal, eyang inilah yang kadang membantu bapak agar bisa hidup mandiri dan menikah dengan ibu. Beliau mengajak kami mampir kerumahnya, sesampai dirumahnya ternyata ada bu'de Suri, anak eyang yang dulu sering mengasuh Pian saat pakde alif kerja, ya Pian memang piatu sejak bayi. Ditemani teh hangat dan singkong goreng kami mengobrol, ternyata suami bude Suri sekarang menggarap ladang milik Pian, senang rasanya bisa mengobrol dengan mereka lagi.
lama ngobrol tak terasa hari mulai sore, kami pamit pulang, kami sepakat kemakam bapak dihari berikutnya saja.
Diperjalanan pulang kulihat mas Riski sering melamun seolah ada yang sedang difikirkanya, ada sedikit risau dihatiku, apakah dia ilfeel begitu tau trnyata keluarga ku termasuk keluarga termiskin didesa ini?.


Diubah oleh MyRyuRey 20-10-2019 07:14
tata604
lina.wh
someshitness
someshitness dan 20 lainnya memberi reputasi
21
8.7K
73
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.