tir001Avatar border
TS
tir001
Rihanna Sebut Presiden Trump Manusia Paling Sakit Jiwa di Amerika Serikat
Jakarta, CNN Indonesia -- Rihanna tampaknya benar-benar muak dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Dalam wawancara terbaru dengan majalah Vogue, Rihanna mengungkapkan pendapatnya tentang kepemilikan senjata, imigrasi, dan rasisme.

Rihanna berbincang dengan Vogue terkait sejumlah penembakan yang terjadi di Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir, terutama insiden di El Paso dan Dayton.

Rihanna menyebut kekerasan dengan senjata tersebut menghancurkan masyarakat Amerika Serikat.

"Orang-orang dibunuh oleh perang senjata yang mereka beli secara legal. Ini tidak normal. Dan itu tidak akan pernah normal," kata Rihanna.

"Dan faktanya, hal itu diklasifikasikan sebagai sesuatu hal yang berbeda karena warna kulit mereka? Yang benar saja. Itu jelas rasisme," lanjutnya.

"Letakkan seorang lelaki Arab dengan senjata yang sama di Walmart yang sama dan tidak mungkin Trump duduk di sana dan mengatasinya secara terbuka sebagai masalah kesehatan mental," kata Rihanna.

"Manusia paling sakit jiwa di Amerika saat ini tampaknya adalah presiden," kata Rihanna.

Insiden penembakan massal di Walmart di El Paso, Texas terjadi pada Agustus lalu dan menewaskan 20 orang dan terjadi setelah sejumlah insiden serupa di berbagai lokasi di Amerika Serikat.

Tersangka penembakan terhadap 31 orang di supermarket Walmart di El Paso, Texas mengaku jika aksinya itu menargetkan orang Meksiko.

Detektif Adrian Garcia mengatakan pelaku bernama Patrick Crusius mengakui aksi pembunuhan massal tersebut ketika ditangkap oleh pihak kepolisian.

Pelaku diketahui berusia 21 tahun dan telah didakwa dengan pembunuhan berencana dan ditahan tanpa surat jaminan.

Dalam pernyataan tertulis, Crusius mengakui dirinya memasuki Walmart dengan membawa sebuah senjata api jenis AK47dan beberapa majalah. Setelah melakukan aksinya, ia berteriak mengakui jika ia adalah pelakunya.

"Terdakwa menyatakan targetnya adalah orang Meksiko," kata Garcia.

Kandidat presiden dari Partai Demokrat menuduh Trump membuat sentimen nasionalis kulit putih rasis dengan anti-imigran semakin panas. Mereka mengatakan Trump telah menciptakan iklim politik yang kondusif bagi kekerasan berbasis kebencian.

Penduduk di El Paso kemudian meminta kepada Trump untuk menjauh dari mereka, setelah ia berpidato mengutuk kejadian tersebut dan berencana ke sana.

Sebelumnya Presiden meminta kepada masyarakat Amerika Serikat untuk mengutuk kefanatikan namun pidatonya itu bertolak belakang dengan riwayat kicauan Trump yang bernada rasisme.

Sebelum melakukan penyerangan, pelaku diketahui sempat mengunggah pernyataan yang bersifat rasis, yaitu "berusaha melawan invasi kaum hispanik [Amerika Latin] di Texas,"

Para kritikus kemudian merujuk kalimat tersebut dengan yang sering diujar oleh Trump, yaitu ia sering menggambarkan kelompok imigran hispanik sebagai bagian dari "invasi".

Trump juga menyebut orang-orang Meksiko dan Amerika Tengah sebagai penjahat, anggota geng, dan pemerkosa.

Ketidaksukaan Rihanna terhadap Donald Trump bukan kali ini saja diumbar ke publik, sebelumnya pelantun Russian Roulette itu mencabut semua katalog karyanya dari "lisensi identitas politik" sehingga Trump tidak dapat digunakan untuk bahan kampanye.

https://m.cnnindonesia.com/hiburan/2...kit-jiwa-di-as

Kurang ajar nih betina, enak aja ngatain presiden Trump. Menghina Pak Jokowi yg memimpin negara berkembang aja bisa dipenjara, apalagi menghina Presiden Trump, pemimpin negara adidaya. Kita tunggu sampai besok, apakah Rihanna akan ditangkap dan mewek mewek di media atau seperti apa
tukangkredit
triyuki25
jeffrey.maulana
jeffrey.maulana dan 2 lainnya memberi reputasi
3
2K
37
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.6KThread40.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.