Kata revisi sedang naik daun deh. Seperti yang terlihat pemerintah sibuk banget dengan segala macam revisi. Revisi UU KPK, RUU KUHP, pertanahan, permasyarakatan sampai tentang selangkangan, ternak terkena pasal juga. Gue itu sampe bingung dengan urusan rumah tangga negara ini. Ribet banget. Baguslah bila segala peraturan dan pasal yang jumlahnya bejibun bakal menguntungkan seluruh rakyat secara universal. Jika sebaliknya gimana coba? Ambyaaar dah!

Perdebatan di mana-mana hingga menyulut api. Pro kontra yang pada akhirnya menimbulkan kerusuhan. Imbasnya nyawa melayang, rumah sakit bertambah pengungsinya, belum lagi menyisahkan perih bagi keluarga yang ditinggalkan.

Kalo udah gitu yang didapat apa coba? Rugi sih iya. Fasilitas juga rusak. Duit lagi kan. Apa membuat keputusan mesti serumit itu!? Ya, rumitlah bila satu hadir lainnya gak diikutsertakan dalam pengambilan keputusan. Ujung-ujungnya kan berabe. Sampai-sampai ada penyerahan mandat segala untuk tugas kepemimpinan seperti yang terjadi di tubuh KPK beberapa waktu lalu. Nih bukan info hoax gansis. Baca yang gue quote yah.



Intip di sini untuk info selengkapnya. Terus benar kagak adanya serah terima mandat? Jawabannya batal. Kayaknya KPK hanya kesal gak diikutsertakan dalam revisi Undang-Undang yang notabenenya menurut mereka juga sebagian orang adalah melemahkan mungkin saja bisa membunuh pelan-pelan kinerja KPK. Kok bisa gitu gan? Tanya aja sama pimpinan dan konco-konco di KPK. Gue hanya melihat arahnya ke situ. Klik saja link resmi dari KPK di sini yah bila penasaran dengan sejumlah poin tersebut.

Sebagai warga negara yang baik. Gue punya hak dong berpendapat terkait tentang Revisi Undang-Undang KPK. Secara gue kan paling anti dengan korupsi-korupsian. Gimana coba, itu duit orang. Duit rakyat bro. Ngapain diembat hanya buat menuhin kapasitas elit para koruptor. Mau plesiran ke luar negeri atau punya kebutuhan mewah. Kerja yang bener. Emang yah kuasa duit tuh besar!

Revisi UU KPK apakah melemahkan atau menguatkan salah satu lembaga negara tersebut? Fix, pendapat gue pelan-pelan membunuh gan.

Dengan adanya dewan pengawas dan ditetapkannya anggota KPK sebagai aparatur pemerintah (ASN) otomatis gak bakal bebas dong, gak independen lagi. Dikit-dikit lapor. Mau nyadap kudu lapor lagi, perlu izin lagi. Nunggu izin lama, bisa-bisa koruptornya udah keburu kabur.

Kewenangan pimpinan KPK juga dalam menangani kasus semakin kurang. Belum lagi pasal yang membatasi tempo penyelesaian kasus hanya dua tahun. Intinya dewan pengawas lebih berkuasa dari pimpinan KPK.

Juru bicara KPK Febri Diansyah pun mengatakan terdapat 26 poin dalam RUU KPK yang disahkan pada 17 September 2019 dapat melemahkan KPK. Untuk info poin lebih lengkapnya liat di sini gan (Link resmi KPK).



Para Dewan terhormat gue boleh saran kagak nih. Bila nerbitin atau mengusulkan sesuatu kudu di publiklah. Biar masyarakat tahu dan lihat. Kalian dipilih untuk rakyat, untuk kepentingan rakyat. Kalo gini. Ntar udah sah baru deh jadi bumerang bagi yang kontra. Demo besar-besaran terjadi hingga anak setingkat sekolah menengah ikut bersuara karena geram.

Pahami rakyat. Pahami rakyat. Buatlah undang-undang yang membantu rakyat bukan menyengsarakan. Jangan jadikan KPK yang seyogyanya memberantas koruptor menjadiKoruptor Pegang Kami, Koruptor Program Kami. Fix! Jawaban KPK "Gue kecekik bro"

Menurut gan sista gimana juga?