awesome.techidAvatar border
TS
awesome.techid
Jin Baik Itu Menyelamatkanku!


sumber: ghozaliq.id

"Sial, udah jam segini tapi masih di pos 3. Gara-gara kesiangan naiknya nih. Kalo gini bisa telat sampe atas" Ucap Fiersa yang berjalan seorang diri di gunung Lawu. Gunung ini mungkin sudah tidak asing lagi bagi para pendaki. Gunung yang terletak diantara perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur ini memang dikenal memiliki alam yang indah walaupun perlu tenaga ekstra untuk mendakinya karena tinggi gunung mencapai 3.265 mdpl. 

Fiersa memang orang yang penyendiri. Dia lebih suka melakukan aktivitas sendiri ketimbang bersama teman-temannya. Baginya, melakukan perjalanan sendiri bisa membuatnya lebih tenang. Padahal teman-temannya sudah membujuknya agar pergi bersama-sama. Tapi dirinya kekeuh untuk mendaki sendiri. Yah begitulah Fiersa, kalau sudah punya keinginan susah sekali untuk diubah. Walau keras kepala, Fiersa termasuk orang yang suka mengikuti relawan sosial. Pekerjaan yang tidak ada imbalannya namun membutuhkan tenaga, waktu dan uang untuk melakukannya. Dia juga dikenal ramah pada orang-orang yang berada di sekitarnya. 

Sudah banyak gunung yang dia daki. Mungkin hampir semua gunung di atas 10.000 kaki yang berada di pulau Jawa sudah di dakinya. Termasuk gunung ini yang sudah dia daki ke 7 kalinya. Sebenarnya selain ingin menikmati keindahan alam, pendakian ini dilakukannya untuk melupakan tunanangannya yang meninggalkan dirinya dan lebih laki-laki lain dibanding dirinya.

"Bangs**" Gumamnya setiap dirinya mengingat kenangan indah bersama mantan tunangannya itu. Sebuah kenangan yang tak lagi menyenangkan dan harus dilupakan.


sumber: idntimes.com

Ditengah perjalanannya tiba-tiba tetes air jatuh dari langit dan mengenai hidungnya. "Hujan" ucapnya pelan. Fiersapun berlari kecil untuk mencegah hujan yang semakin deras. Sebenarnya dia bisa saja mencari tempat perteduhan sementara, namun dia takut hujan itu semakin deras dan dia belum sempat mendirikan tenda.

Tetesan air hujan turun semakin cepat. Rintik air sudah membasahi sebagian bajunya. Dia percepat langkahnya dengan tujuan bisa segera sampai pos berikutnya. Namun baru saja memalingkan pandangan dari jalan setapak yang harus dilaluinya, Fiersa melihat sebuah tenda kecil di tepi jalan. "Siapa sih yang diriin tenda di jalur ?" gumamnya dalam hati.


sumber: travel.detik.com

Dihampirinya tenda itu dengan niatan numpang berteduh hingga hujan reda. Kalaupun tidak diizinkan, ya terpaksa dia harus melanjutkan perjalanannya.

Dari jarak 3 meter, diperhatikan tenda tersebut. Terlihat di dalamnya ada seorang pria dengan kacamata yang jadul sekali sedang menyeduh minuman.

"Permisi mas, boleh saya numpang neduh? Saya kelupaan bawa jas hujan" kata Fiersa pelan.

"Oh, silahkan mas, monggo monggo" Jawab pria itu.

"Makasih" Fiersa memasukkan tubuhnya dan menyisakan kakinya untuk melepaskan sepatu gunungnya.

"Ini mas, disimpen disini aja sepatunya biar ga basah" Kata pria itu sambil menyodorkan kresek hitam yang sangat tebal.

"Makasih mas" Ucap Fiersa untuk kedua kalinya. Setelah selesai membungkus sepatunya, Fiersa membalikan tubuhnya.  Diamatinya pria tersebut dengan kemeja kotak-kotak dan celana bahan bewarna krem. Seperti pakaian orang-orang zaman dulu. Merasa tidak enak karena sudah dua kali diberi bantuan, Fiersa mencoba untuk membuka obrolan.

"Ngedaki sendirian juga?"

"Iya mas. Lagi pengen sendiri" Jawab pria ith singkat.

"Ohh, sama" Saut Fiersa pelan.

"Saya seduhin kopi ya mas" Ucapnya sambil menuangkan air panas dari termos yang berada di sebelah kaki kirinya.

"Ma-makasih" Fiersa semakin tak enak hati pada pria itu, sudah diberi tumpangan untuk berteduh, dikasih kopi pula.

"Hujannya tambah deres ya" Kata Fiersa kembali membuka pembicaraan.

"Iya mas, bakal awet ini hujannya" Balasnya.

"Tau dari mana? Kan langitnya udah gelap?"

"Saya sudah hafal mas" Jawab pria itu sambil tersenyum.

"Udah sering ya daki gunung ini?" Tanya Fiersa penasaran.

"Engga sih, baru tiga kali kok mas"

Tiba-tiba bunyi perut Fiersa memecah keheningan malam itu. "Kruuuuuuukkk..."

"Laper mas?" Tanya pria itu.

"Ah, eh enggak kok, cuman bunyi doang itu, biasalah" Jawab Fiersa malu-malu.

Mengetahui jawaban dari Fiersa yang tampak palsu, pria itu mengambil barang dari tasnya dan membukanya di depan keduanya. Sebuah bungkusan dari daun jati yang sudah mulai mengering. Dan setelah bungkusan itu di buka, ada berbagai macam umbi-umbian yang telah dikukus. Mulai dari singkong, talas, rambak dan pisang. "Monggo mas, silahkan dimakan aja" Tawar pria itu sekali lagi.


sumber: tripadvisor.ie

Pikiran dan perut Fiersa yang tidak singkron membuat dirinya dengan sigap mengambil singkong rebus yang dihidangkan itu. Sambil malu-malu, dimakannya aedikit demi sedikit singkong rebus itu.

"Enak mas, masih anget juga singkongnya" Ucap Fiersa dengan mulut masih mengunyah".

"Iya itu singkong hasil panen sendiri, kebetulan tadi baru saya panasin sebelum berangkat tadi"

"Kok ngedaki sendiri mas?" Tanya Fiersa kembali mencoba pembicaraan.

"Iya, saya lagi pengen menyendiri" Jawab pria itu pelan.

"Kalo masnya?"

"Sama mas, tapi saya juga lagi pengen ngelupain tunangan saya. Makanya saya naik gunung biar bisa lupain itu semua"

"Emang kenapa sama tunangannya mas?"

"Saya ditinggal dia, dia lebih milih pria lain. Makanya saya pengen ngelupain semuanya" Jawab Fiersa.

"Oohh, yang sabar ya mas"

Dan Fiersapun hanya bisa menangguk pelan. Tiba-tiba dia baru sadar kalau belum sempat berkenalan dengan pria itu. Dan memperkenalkan dirinya pada pria itu

"Oiya, saya Fiersa, kalo boleh tau nama mas siapa ya?"

"Saya Sutopo mas" Jawab pria itu. Mendengar nama yang sangat asing itu membuat alis Fiersa naik sebelah. Setelah berkenalan, keduanya mulai berlanjut pada pembicaraan lainnya. Hingga tak terasa sudah hampir jam 10 malam Fiersa masih terjebak di tenda itu. Padahal niatnya hanya ingin singgah sebentar. Namun mau dikata apa, hujan yang turun tak berhenti dan semakin deras.

"Tuhkan apa saya bilang, hujannya bakalan lama. Udah berteduh disini aja mas"

"Wah jadi gaenak saya, udah ngerepotin dari tadi" Ucap Fiersa.

"Gapapa mas, masih muat kok buat berdua" Jawab Sutopo santai.

Akhirnya Fiersapun memutuskan untuk bermalam di tenda itu. Sebenarnya bila tidak ditawaripun dia akan meminta izin untuk numpang bermalam ditenda itu. Ya  daripada memaksakan melanjutkan perjalan dengan jalan yang becek dan dingin.

"Mas, mas bangun mas" Mata Fiersa terbuka ketika dirinya merasa ada  seseorang mengguncang-guncang badannya. Dan Fiersapun terkaget begitu mengetahui dirinya berada di dekat jalur pendakian.

"Masnya sakit? Kok tidur disini?" Tanya beberapa pendaki yang kebetulan baru saja lewat jalur tersebut. Bukannya menjawab, Fiersa masih kebingungan sama apa yang baru terjadi pada dirinya. Di cek jam tangannya dan menunjukkan pukul 10 siang.

"Lihat tenda disini ga tadi?" Tanya Fiersa pada para pendaki itu.

"Engga mas, pas kita sampe sini cuma lihat mas yang lagi tidur. Tadi kami kira mas sakit atau kenapa-kenapa jadi kami bangunin" Jawab salah satu pendaki.

"Oke, makasih ya"

Pendaki itu sempat menawarkan untuk membantu Fiersa turun, hanya saja Fiersa menolaknya dan mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja. Setelah beberapa menit ditinggal para pendaki itu, Fiersa baru menyadari bahwa daerah di sekitarnya kering sedangkan daerah lainnya masih basah karena hujan. Dan dia sempat terkejut begitu melihat kantong kresek yang membungkus sepatunya berubah menjadi daun pisang. Menyadari ada yang aneh dari tempat itu, Fiersapun memutuskan untuk turun dan tidak melanjutkan pendakiannya. Namun baru berjalan sekitar 5 menit, dirinya bertemu dengan para pendaki tadi yang membangunkannya.

"Loh kok malah turun?" Tanya Fiersa kebingungan.

"Iya mas, jalannya rusak, susah buat dilewati, kayaknya gara-gara hujan deras semalam" Ucap seseorang diantara mereka. Hal itu membuat dirinya terkaget. Seandainya dia tidak berteduh di tenda itu mungkin saja dia sudah masuk kejurang atau tidak bisa turun karena jalannya rusak. Fiersa baru menyadari bahwa mungkin yang ditemuinya kemarin bukanlah manusia, melainkan jin, namun jin yang baik. Entah bagaimana cara dia berterimakasih pada jin baik itu, dia hanya bisa berterimakasih pada jin baik itu dari dalam hatinya.

The End.

ps: Sebenarnya kisah jin baik ini terinspirasi dari pengalaman kakek saya yang bertemu jin baik saat di hutan. Kebetulan kakek saya adalah orang yang senang berburu. Bila pergi berburu, kakek saya bisa tidak pulang hingga seminggu. Namun walau begitu kakek saya dikenal sebagai orang yang baik oleh orang-orang di desanya. Karena biasanya hasil buruan itu dibagikannya kepada penduduk desa. Disini saya mau mengingatkan bahwa tidak semua jin itu jahat, karena ada juga jin yang baik.

ceuhetty
sebelahblog
zafinsyurga
zafinsyurga dan 6 lainnya memberi reputasi
7
1.8K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.9KThread82.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.