janeeta97Avatar border
TS
janeeta97
Seorang Gadis dan Buku Diary
Cerita horor 2019



Suasana yang diimpikan ketujuh sahabat akan segera terwujud. Farrah, Azizah, Barri, Candra, Nasya, Zudan, dan Hisyam. Teman semasa TK yang sekarang sudah berkepala dua. Menciptakan kenangan dimasa yang berbeda adalah suatu harapan.


Sumber gambar: klik disini


Merbabu telah melambaikan tangan menyambut kedatangan mereka. Suasana sejuk nan asri di Provinsi Jawa Tengah menjadi nilai khusus bagi mereka. Pertama kali mereka injakkan kaki di Bumi Merbabu. Waktu mereka dihabiskan di kota pelajar hingga bangku kuliah, meski berbeda Perguruan Tinggi.

"Wis pada mudeng durung? Apa sek dadi larangan nyang kene?"tanya Zudan pada teman-temannya.

" Sampun, Mas ...." jawab Farrah dengan singkat.

Keempat teman lainnya hanya menganggukkan kepala pertanda paham.

"Awas kalau ada yang melanggar aturan!" tutur Zudan.

Mereka mulai mendaki gunung yang katanya kondang dengan suasana mistis.

Perjalanan mengasikkan dengan melihat pepohonan raksasa dengan warna hijau menawan. Sesekali mereka mengambil foto untuk dokumentasi.

Mata Candra menatap tajam sebuah benda yang berada di semak-semak yang telah terlewat. Rasa curiganya berlebihan sehingga membuatnya membalikkan arah. Tanpa basa-basi ia menuju benda yang menjadi center pada penglihatannya.

Segerombolan tetap melanjutkan perjalanan karena tak tahu kalau Candra balik arah. Zudan menoleh ke belakang dan terkejut ketika melihat anggotanya tidak genap tujuh.

"Cah ... Candra nandi?"

"Gak tahu, tadi di sampingku Dan." Barri.

Rasa khawatir menyelimuti ketujuh sekawan. Ide keluar dari sebuah pikiran Barri, supaya berhenti mendaki dulu. Siapa tahu Candra melintas.


Dua puluh menit kemudian ....

Dari arah depan nampak baju biru yang digunakan Candra. Semakin mendekat rasa khawatir mereka terobati ketika wajahnya terpampang di depan mereka.

"Kamu habis dari mana Can?" tanya Hisyam.

Menyodorkan sebuah tas wanita yang biasa digunakan untuk berpergian ala cewek zaman now. Dibukanya sebuah tas itu berisi alat tulis bersama buku diary tanpa nama, tetapi di bawah tulisan tertulis tanda tangan dan tulisan girl.

"Siapa yang suruh ambil? Tolong kembalikan!" tanya Zudan.

"Santai aja, Mas! Aku bakal ngasih semua ini ke pos penjaga saat turun nanti. Siapa tahu ada yang mencari?" jawab Candra dengan santai.

Tak ada yang menyangkal keinginan baik seorang Candra. Kekompakan dan keseruan mereka terjadi saat pendakian mereka lakukan.

Sampai pada suatu titik yang sering digunakan untuk mendirikan tenda para pendaki, ketujuh sekawanpun mendirikan dua buah tenda. Satu tenda untuk bertiga yaitu Farrah, Nasya, dan Azizah. Sedangkan, yang satunya untuk berempat yaitu Zidan, Hisyam, Candra, dan  Barri. Memang tenda dibuat terpisah antara wanita dan laki-laki merupakan suatu kewajiban.

Tak terasa malampun menjemput mereka dengan senyuman manis bulan.

***

Bermalam di hutan berteman dengan alam seisinya, disambut hembusan angin malam yang membuat badan menggigil. Sampai saatnya istirahat, mereka memasuki tenda sesuai jenisnya masing-masing.

"Ayo tidur Can! Jangan mainan mainan handphone terus!" seru Hisyam.

"Entar aku nyusul. Yang penting aku berada dalam tenda." jawab Candra.

Hisyam melihat ke arah Candra dan Barri yang tengah ngorok, iapun sesegera mengambil posisi tidur dan membenahi sarungnya.

Tinggallah seorang Candra yang masih melek. Setelah sang kawan tertidur semua pada pukul 00.15 WIB, ia mengambil tas ia temukan tadi. Mau dibacanya apa isi diary itu, tetapi niatnya terkurung ketika melihat api unggun di depan tenda nyala sendiri. Ia mengintip dari bilik tenda, sorot tajam pada matanya tertuju pada perempuan berabut panjang terurai lebat yang sedang duduk di dekat api unggun. Sesegera ia keluar dari tenda menuju ke tempat wanita itu duduk.

'Mungkin dia Nasya. Dia, 'kan satu-satunya gadis tak berjilbab diantara ketiga temannya.' gerutu Candra dalam hati.

Mulailah mendekat dan jarak antara Candra dan gadis itu tak jauh lagi. Ketika mata mulai menatap wajah gadis dari dekat ternyata dia bukan Nasya. Pertanyaan mulai membasahi bibir Candra,

"Mbak siapa ya? Kog bisa berada disini."

"Wonten kepentingan menapa panjenengan mriki?" Wanita itu balik tanya.

"Lho kog balik tanya!" jawab Candra penasaran.

"Kulo ajrih badhe wangsul. Awi ndereke kulo? Niki sampun dalu." kata wanita itu meminta tolong.

Tanpa berpikir panjang Candra menuruti permintaan gadis itu, jika ditanyai namanya tak pernah mengaku. Berbagai hal yang janggal ditemui seperti bahasa digunakan gadis itu, berbahasa jawa halus setiap menjawab sebuah pertanyaan.

Malam yang sunyi menghiasi perjalanan Candra dan gadis itu, meskipun dalam hatinya ada sebuah ketakutan yang menghantui. Dibuntutinya gadis itu dari belakang.

"Mas, wonten mriki griya kula."

Melihat rumah tampak megah dan indah. Candra dipersilakan masuk dalam istana indah milik gadis itu. Setelah dijamu dengan berbagai makanan, gadis itu mengaku buku diarynya diambil orang dengan menunjukkan ciri-ciri benda itu. Ciri-ciri yang disebutkan gadis cantik itu mirip yang diambil Candra.

"Diary kuwi sak iki wis neng tanganku." sambil memegang buku dan ditunjukkan di depan mata Candra.

"Darimana kamu bisa tahu kalau aku mengambilnya?" tanya Candra dengan ketakutan.

"Aku nginthil kowe. Sak wise buku kuwi mbok jupuk. Hhhh ... hhh ... hhhhhh .... " suara seram keluar dari mulut gadis.


Sumber gambar: klik disini


Mendadak indahnya istana gadis itu menjadi gelap dan kelihatan angker. Kedipan mata Candra membuat semua tersihir menyeramkan, berubahlah rumah indah menjadi sebuah jurang yang sangat terjal dan gelap gulita. Sedangkan, gadis itu berubah menjadi hal yang menyeramkan.

Rasa ketakutan membuat bulu kuduknya berdiri. Tetapi otaknya masih jernih berpikir sehingga berbagai cara ia lakukan untuk menaiki jurang itu. Berhasil keluar dari jurang dan lari dengan ketakutan hingga berkali-kali jatuh dan terkadang menabrak pepohonan.

***

Pagi menyapa segerombolan pendaki dengan hawa yang sangat sejuk.

"Cah, kemana Candra?" tanya Hisyam kepada temannya.

"Cah gedhe ora usah digoleki,paling cari udara  segar." jawab Barri.

Dilihatnya dari kejauhan nampak Candra berlari dengan sempoyoran dan menghampiri mereka.

"Candra kamu kenapa?" tanya Nasya.

Hanya menatap temannya dan menuju tenda. Masih didapati buku diary yang ia temukan di dalam tenda dan dibukanya lagi. Reaksi mengejutkan terjadi, ia langsung melempar buku itu jauh-jauh.

Penasaran Zudan mengambil diary yang sudah terlempar oleh kawannya. Ia mencoba membuka, kaget bukan main semua tulisan bukan berasal dari tinta hitam. Tetapi, darah yang masih segar dan terdapat foto wanita berlumuran darah. Sehingga wajah tak nampak jelas. Lalu Zudan melempar diary itu jauh-jauh dari tenda mereka.

Mereka berenam menenangkan Candra dengan mengobati luka-lukanya ala kadarnya.

Sesekali Candra menyeruput air hangat, sambil bercerita kejadian semalam. Cerita dikupas secara tuntas olehnya.

"Makanya besok jadi orang jangan open (mengambil sesuatu yang tak jelas)!" kata Farrah.

Akibat mengambil sesuatu yang tak jelas di tempat asing membuat kejadian tak diinginkan terjadi. Tetapi, yang paling penting mereka bisa kumpul dan bertemu lagi adalah suatu kebahagiaan.

Cerita ini hanya fiksi belaka. Jika ada kesamaan tempat, nama, dan peristiwa bukan unsur kesengajaan.



Jogjakarta, 28092019.
swiitdebby
ceuhetty
sebelahblog
sebelahblog dan 7 lainnya memberi reputasi
8
760
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.