mabdulkarimAvatar border
TS
mabdulkarim
Putri Soeharto Minta Jokowi Berkaca pada Peristiwa 1998


Jakarta, CNN Indonesia -- Siti Hediati Hariyadi atau yang akrab disapa Titiek Soeharto mengingatkan Presiden Jokowi tentang demonstrasi besar pada 1998 silam yang akhirnya menumbangkan Presiden Soeharto. Putri pertama Soeharto itu menganggap pemerintah saat ini perlu berkaca pada 1998.

Titiek mengaku heran mengapa pemerintah saat ini tak berupaya mendinginkan suasana terkait aksi mahasiswa yang digelar sejak Senin lalu (23/9). Menurutnya, pemerintah malah bersikap represif.

Diketahui, pelbagai elemen mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa terkait dengan pelbagai persoalan. Mulai dari kekerasan di Papua, kebakaran hutan, hingga RKUHP dan pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).


Ribuan orang berkumpul di DPR pada Senin dan Selasa lalu mendesak pemerintah dan DPR membatalkan rancangan aturan yang kontroversial. Selain itu, para petani pun turut berkumpul mendesak agar DPR membatalkan RUU Pertanahan.

Titiek menegaskan bahwa dengan aksi dari pelbagai elemen itu, Presiden diminta untuk berkaca pada peristiwa 1998.
Lihat juga: 265 Mahasiswa dan 39 Polisi Terluka Saat Rusuh di DPR
"Pemerintah bisa berkaca dengan situasi 1998. Pak Harto memerintah 32 tahun, kalau mau bisa mempertahankan kekuasaan. Tapi kan ini memikirkan kepentingan yang lebih besar lagi yakni masyarakat," kata Titiek kepada CNNIndonesia.com usai satu simposium di Hambalang, Bogor pada Kamis (26/9).

"Mohon ngaca dari situ," lanjutnya.
Mahasiswa berhasli menduduki Kompleks Parlemen pada 1998 lalu ketika menuntut Soeharto mundur dari kursi presiden dan reformasiMahasiswa berhasli menduduki Kompleks Parlemen pada 1998 lalu ketika menuntut Soeharto mundur dari kursi presiden dan reformasi (REUTERS)
Aksi itu membuat sejumlah mahasiswa terluka, salah satunya mahasiswa Universitas Al Azhar yang kritis dan dirawat di RS Pelni.

Dia adalah Faisal Amir. Operasi di kepala dan bahu kanan harus dijalaninya.

Usai aksi mahasiswa, ratusan pelajar pun menggelar aksi unjuk rasa di depan DPR pada Rabu (25/9). Polisi pun berulang kali menembakkan gas air mata untuk membubarkan aksi.

Titiek mengatakan demo kali ini tidak boleh dianggap main-main karena dilakukan oleh pelbagai elemen. Dia juga meminta Presiden untuk memerintahkan kepolisian untuk tak bersikap represif ke mahasiswa.

"Jangan merepresi dan menekan mahasiswa," tutur mantan politisi Golkar itu.
Lihat juga: Menristekdikti Minta Rektor Cegah Mahasiswa Turun ke Jalan
Sejauh ini, kepolisian menangkap mahasiswa di beberapa daerah yang diduga terlibat kericuhan. Termasuk di Jakarta.

Polda Metro Jaya sempat mengamankan 94 mahasiswa pada Selasa lalu (24/9). Mereka ditahan untuk menjalani pemeriksaan.

Terkini, Polda Metro Jaya telah memulangkan 56 mahasiswa. Masih ada 38 lagi yang masih ditahan pihak kepolisian.

Penahanan mahasiswa juga dilakukan Polda Jawa Barat. Sebanyak 64 mahasiswa ditangkap. Mereka semua lalu dipulangkan kembali kecuali 4 orang mahasiswa yang diduga positif mengonsumsi narkoba. Keempat mahasiswa itu telah ditetapkan sebagai tersangka.
[Gambas:Video CNN] (asa/bmw)
https://www.cnnindonesia.com/nasiona...peristiwa-1998


sementara itu

Bogor - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto meminta agar mahasiswa yang berdemo tak disudutkan. Menurut Prabowo, para mahasiswa itu mempunyai alasan turun ke jalan dan menyampaikan aspirasi.

Hal itu diungkapkan Prabowo dalam simposium 'Strategi Dorongan Besar Mewujudkan Kemandirian Pangan dan Energi dalam Rangka Menciptakan Pertumbuhan Ekonomi Dua Digit' di kediamannya, Hambalang, Desa Bojong Koneng, Bogor, Kamis (26/9/2019).

Baca juga: Demo Mahasiswa-Pelajar Ricuh, Massa Lempar Batu ke Gedung DPRD Sulsel

Prabowo mulanya berbicara tentang tugas-tugas pemerintah dalam membangun suatu negara. Dia menjelaskan pemerintah seharusnya melindungi bangsa, mencerdaskan dan menyejahterakan rakyat. Namun, jika salah satu tugas itu tidak dijalankan, rakyat akan menuntut penyelesaian tugas itu.

"Tugas pemerintah yang utama adalah melindungi segenap tumpah darah, melindungi-mencerdaskan kehidupan bangsa, menyejahterakan rakyat, dan itu tugas negara dan semua pemerintah," kata Prabowo.

"Artinya apa? Kalau negara tak berhasil melindungi rakyatnya, dan negara tidak berhasil sejahterakan rakyat, apa risikonya yang harus diambil? Bahwa negara itu gagal. Kalau semua saluran politik, semua saluran keadilan, semua saluran tempat rakyat kecil bisa menyuarakan kecemasannya, bisa mendapat perlindungan, kalau semua saluran itu tidak bekerja, apakah kita salahkan anak-anak kita turun-turun ke jalan?" imbuhnya.

Baca juga: Turun ke Jalan, Mahasiswa-Pelajar Tutup Jalan Urip Sumoharjo Makassar

Prabowo lantas berkelakar kepada peserta simposium yang mayoritas adalah sivitas akademika Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI), dia meminta mahasiswa UKRI tak memakai atribut UKRI saat melakukan aksi.

"Ini tidak saya anjurkan turun ke jalan, ya. Apalagi pake blazer (almamater) UKRI. Awas, Rektor, kalau demo, jangan bawa blazer UKRI-lah," ucapnya.

Dia pun berharap masalah Indonesia saat ini bisa selesai dengan damai. Dia berharap semua pihak mematuhi aturan hukum yang ada.

"Kita berharap selalu penyelesaian itu damai, itu pegangan saya dari dulu. Karena itu, saya selalu menempuh jalur konstitusi, disakiti tidak masalah kok, baru disakiti. Waktu kita muda saja, kita nggak punya apa-apa saja, nyawa saya silakan diambil untuk bangsa," tutupnya.

https://news.detik.com/berita/d-4722...turun-ke-jalan

kompak ya..
simsol...
tien212700
tien212700 dan simsol... memberi reputasi
2
1.8K
28
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.