ewaneyla99Avatar border
TS
ewaneyla99
Sambutan 'halus' dari gunung lawu






Quote:




" Pendakian kali ini akan cukup berbeda dengan pendakian kita sebelumnya teman- teman. Ingat jaga sikap, jaga pikiran dan selalu berhati- hati. " Ucap Bagas dengan nada sedikit tinggi. Teman satu kampusku ini yang akan memimpin perjalanan mendaki.

Kami berempat jauh hari telah berencana untuk mendaki ke Gunung Lawu di hari sabtu dan balik hari minggu. Masing- masing kami berkumpul di rumah Bagas untuk mengecek kembali bawaan kami untuk memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal dan logistik di caril kami cukup untuk persediaan.

Aku, Bagas, Evan dan Bois sepakat akan mendaki melalui jalur pendakian melalui Candi Cetho. Meski jalurnya sedikit panjang dibandingakan dengan jalur pendakian dari Cemoro Kandang ataupun Cemoro Sewu, kami ingin melihat padang sabana yang katanya luas dan indah.

Perjalanan dari Solo ke Candi Cetho tidak kurang dari satu jam, kami berboncengan dengan dua motor agar tidak membawa banyak kendaraan. Estimasi kami adalah berangkat pagi dan sampai puncak sebelum matahari terbit. Tapi tidak, kami akhirnya berangkat dari rumah Bagas pukul 10pagi menunggu Evan yang tak kunjung datang karena ban bocor dijalan.

" bois, udah kelihatan tu di depan candinya." Ucapku ke Bois yang memegang kendali motor di depan, dan diikuti motor yang ditunggangi oleh Bagas dan Evan dibelakang kami.

" Yoi lah, santai bro. Udah panas juga tangan gue pegangin si Bison, hahhaha. " Jawab Bois dengan santainya.

Tepat pukul 11, menjelang siang kami sudah tiba di basecamp Candi Ceetho, kami berempat sempat beristirahat sebentar menghilangkan pegal selama perjalanan. Bois dan Evan saling mengobrol, Bagas memainkan ponselnya sambil sesekali kulihat dia senyum, mungkin sedang berkirim pesan dengan pacarnya, sedangkan aku mulai menyalakan rokokku untuk menghilangkan penat.

***


" Lha kok tumben ga ngajak aku? " Tanya Lina saat aku bercerita akan mendaki Gunung Lawu

" Nggak ada cewek yang ngikut dan diajak Lin, kali ini privat khusus laki- laki aja, hehehe." Jawabku untuk menghibur kekesalan Lina karena tidak aku ajak mendaki. Sebelum aku ngomong ke Lina, jujur aku sudah menduga jawabannya karna aku tau dia paling suka mendaki, dan lagi dia care kepada teman- teman ketika sedang mendaki.

" Oke, oke ngga papa. Yang penting selalu berhati- hati dimanapun kalian berada. Aku juga belum pernah ke Lawu sih, bukanya mau nakut- nakutin, tapi denger- denger aura mistisnya kental. Jadi ingat, selalu berperilaku sopan, jangan bicara kotor ataupun berpikiran yang tidak- tidak, selalu berdoa pada tuhan. "

" Assiiiiiapppp!!! "

" Asyem, kamu bikin aku kaget! "Ucap Lina sambil mengernyitkan dahi, tangannya bersiap memukul pundaku namun aku berhasil menangkisnya.

" Jadi besok berangkatnya?" Tanya Lina lagi.
" Iya. Yok pulang. "

***


" Woy, jangan ngalamun dong, tu udud udah mau abis masih mau lo isep aja!" Celetuk Bois membuyarkan lamunanku, seketika lamunanku bertemu Lina kemarin terganti dengan tampang Bois yang memasang wajah sotoy.

" Yok jalan!" Ajak Bagas

Kami memulai pendakian dari basecamp menuju pintu masuk sekitar 15menit. Kemudian kami lanjut dengan perjalanan menuju pos pertama. Jujur aku merasa pendakian kali ini terbilang sepi, hanya segelintir pendaki yang kami temui yang juga akan naik. Mungkin memang lagi pas sepi aja pikirku menghibur diri.


Sepanjang perjalanan dari basecamp, pintu masuk, post 1 dan 2 kami lebih banyak diam. Langit semakin gelap, hari sudah memasuki malam ketika kami berada di pos 3 menuju pos 4. Perjalanan menuju pos 4 kurang lebih 2 jam dan kami memutuskan untuk memasang tenda disini.

" Guys, gimana mau lanjut apa istirahat dulu? " Tanya Bagas yang berada di barisan paling depan. Mukannya terlihat lelah meski dia berusaha menutupinya dengan tarikan nafas yang dalam.

" Boleh deh isitirahat dulu. Lagian ini udah mo gelap. " Jawab Evan.

Kami kompak menurunkan caril yang nampaknya semakin terasa berat seiring kelelahan kami. Udara terasa mulai dingin. Bagas dengan sigap mengeluarkan kompor untuk memasak air panas untuk menyeduh minuman. Sedangkan aku, Bois dan Evan mendirikan tenda di tahan yang sedikit lapang.

" Aku energen jagung, segerrr eram rek!! " Ucap Bois dengan ceplas ceplosnya.

" Yo monggo hahaha ( ya silahkan). " Timpal Evan diiringi gelak tawa.

Aku mungkin yang paling diam diantara kami berempat. Itu karena perasaanku mulai tidak enak, segelas susu hangat habis kuteguk tidak bisa menghilangkan gelisahku.

Semilir angin berhebus diantara kami berempat yang sedang duduk didepan tenda. Tiba- tiba tengkukku terasa hangat seperti hembusan nafas yang sengaja ditiup. Aku segera menoleh dan tidak menemukan apapun dibelakangku selain tenda dan kegelapan. Aku masih penasaran dan kulihat sekeliling tenda yang dibelakangnya pohon- pohon yang nampak menjulang tinggi seakan tak mengizinkan sedikitpun cahaya bulan menerangi tempat kami.

Tunggu, aku mendengar suara. Ya suara yang sayup- sayup namun terus- menerus kudengar itu seperti suara tangisan.

" Van, lu denger sesuatu ga? " Bisikku kepada Evan yang duduk disebelahku.

"Stt.. Iya aku denger. " Jawab Evan dengan nada menutupi ketakutannya.

Bagas dan Bois sepertinya berkebalikan dengan kami. Mereka tampak menikmati segelas susu dan Energen hangat yang dibuat Bagas.

" Laper gue, ada yang mau mie gak sekalian gue bikin? " Bagas menawarkan diri membuat mie. Tapi hanya aku yang menolak dengan alasan aku masih kenyang. Selera makanku hilang kala mendengar suara tangisan tadi. Dan itu masih terngiang dikepala.

" Gue rebahan di tenda dulu guys, capek rasannya. " Pintaku pamit ke mereka yang masih asik duduk menunggu Bagas memasak mie.

Tenda hanya sekitar 2 meter dari mereka duduk. Dan aku merebahkan tubuh ini semata untuk menghilangkan lelah. Tiba- tiba dari belakang tendaku tersorot cahaya putih senter yang sepertinya sengaja di sorotkan pada tendaku. Aku cuek, namun semakin lama kubiarkan cahaya itu seakan memainkan sorotannya ke tendaku. Aku bergegas keluar dan apa yang terjadi, aku tidak menemukan apapun dan sorotan senter tadi hilang.

Jantungku berdegub kencang, karena jelas jelas dibelakang tenda adalah rimbunan pohon gelap yang menampakan kesunyian.

" Cahaya apa itu tadi? " Aku berpikir keras sambil berdoa menghilangkan ketakutanku. Ingin bercerita pada teman- teman namun aku khawatir akan menakuti mereka.

Aku kembali masuk tenda berharap tidak ada lagi cahaya itu. Benar sudah tidak ada, namun beberapa saat kemudian teror itu datang lagi. Cahaya seperti sorot senter sengaja dimainkan kearah belakang tendaku. Tidak itu saja, sayup- sayup kudengar suara tangisan mirip dengan suara tangisan yang kudengar bersama Evan tadi.

Seketika aku berlari menuju tempat duduk teman- teman, hingga menimbukan keheranan dari raut wajah mereka.

" Eh, ngapa lu lari kebirit- birit kek nahan boker? " Tanya Bois sambil ketawa

" Iya lu, kek dikejar emak kos nagih utang, wkwkwk." Timpal Bagas

Aku tidak menjawab, kubiarkan mereka puas mengetawaiku. Kuambil hp disaku celana dan jam sudah menunjukan pukul 8 malam.

" Padahal jam segini masih sore kalau dirumah. Kok aku... " Aku menghentikan batinku yang mulai kacau untuk menepis semua dugaan terburukku.

Kucoba menoleh lagi kebelakang tenda, tidak jauh dari tenda kami berdiri terdapat satu pohon yang bergoyang diantara pohon- pohon lain yang diam.
Dengan pelan tapi pasti kulihat bayangan putih diatas pohon yang bergoyang, disusul suara tangisan, dan berganti senyum menyeringai, dengan mata melotot dan senyum menyeringai. Tak hanya satu, ternyata dibalik rimbunnya pohon beberapa cahaya merah yang mengintip.

Inikah sambutan dari mereka??

Quote:
Diubah oleh ewaneyla99 28-09-2019 16:42
sebelahblog
ningka
zafinsyurga
zafinsyurga dan 10 lainnya memberi reputasi
11
897
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.8KThread82.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.