• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Misteri Tak Terpecahkan Tentang Siapa Aku Yang Ikut Naik Sampai Ke Puncak Gunung.

I.W.a.KAvatar border
TS
I.W.a.K
Misteri Tak Terpecahkan Tentang Siapa Aku Yang Ikut Naik Sampai Ke Puncak Gunung.

Waktu itu sekitar sepuluh kilogram yang lalu aku pernah mendaki puncak gunung tertinggi 3142 mdpl di salah satu daerah yang ada di negeri ini. Aku akan menceritakan pengalamanku saat itu tanpa menyebut nama gunungnya tapi jika kalian membaca ceritaku ini kalian pasti akan mudah menebak gunung apa yang kudaki saat itu.

Oh ya perkenalkan namaku Christina, panggil saja Tina.

Begini ceritanya...

Entah bagaimana mulanya waktu itu pukul 7 malam aku dan beberapa orang temanku termasuk seorang guide yang akan mengantarkan kami sampai ke puncak sudah berada di salah satu titik awal jalur pendakian yang paling umum digunakan untuk mendaki gunung ini. Sebenarnya masih ada 1 atau 2 jalur lagi tapi jalur tersebut hanya mencapai bibir kawah saja.

Seingatku jumlah kami saat itu berenam ada aku, Ajeng, Yoga, Alvin, Sugeng dan Pak Wire yang menjadi guide kami. Setelah semua selesai melapor dan mengisi biodata masing - masing di pos polisi dekat sana, pendakian pun kami mulai dengan di awali doa sesuai kepercayaan masing - masing.


Perjalanan kami mulai melalui jalanan beraspal untuk beberapa langkah ke depan yang kemudian berubah menjadi tanah padat yang landai. Pak Wire menginstrusikan kami untuk menyalakan senter karena hari memang sudah gelap. Nampak terlihat di sisi kiri dan kanan bunga - bunga edelweis di trek awal pendakian.

Saat menyalakan lampu senter itulah baru kusadari juga ternyata ada seekor anjing hitam yang mengikuti rombongan kami. Anjing itu kadang berlari ke depan, kadang berjalan di sisi salah satu dari kami dan terkadang dia berjalan di belakang rombongan kami. Yang jelas sedari tadi dia tidak menggonggong sama sekali. Kata Pak Wire anjing tersebut hanya ingin mengiringi perjalanan ini, dia jinak terlihat dari gerakan ekornya.


Setelah kurang lebih 2 jam perjalanan nampak sebuah pohon yang sangat besar di depan kami. Barulah pertama kali anjing tersebut menggonggong terus - terusan ke arah depan seraya menjauhi pohon tersebut. Jika kalian pernah hendak melempar batu ke seekor anjing maka kalian akan tau bagaimana gambaran tingkah anjing hitam yang mengikuti pendakian kami pada saat itu.

Anjing hitam itu masih terus menggonggong seperti yang ketakutan atau entah apa aku tidak mengerti. Sementara itu kami tetap berjalan ke depan dan ketika hampir saja menyebelahi pohon tersebut tiba - tiba Ajeng mengeluh setengah berteriak,

"Aduh, aduh, eh..eh..ini anginnya kenceng banget aku gak bisa maju ini..aduh..eh..eh..tolong, tolong.."

"Kenapa Jeng, kakimu kram atau gimana itu?" Tanya salah satu dari kami entah itu Alvin atau Sugeng, aku lupa.

"Enggak, ini lho anginnya kenceng banget!" Jawab Ajeng yang nampak mulai kewalahan menghadapi angin yang dia rasakan menghalangi langkahnya.

Kami kebingungan melihat teman kami itu, masalahnya hanya dia sendiri yang merasakan adanya angin kencang. Pak Wire berusaha menenangkan kami dan menyuruh kami untuk duduk istirahat sejenak. Sementara dia menuju ke pohon besar itu, menyalakan dupa dan kemudian nampak seperti sedang berdoa di sana.



sumber gambar/ilustrasi

"Maaf, adik - adik ini mungkin ada yang bawa makanan dari daging sapi atau babi kesini?" Tanya Pak Wire kepada kami setelah selesai dari pohon itu.

Kami saling memandang menanggapi pertanyaan Pak Wire lalu kemudian kompak menggelengkan kepala.

"Kami sudah membaca semua pantangan untuk kesini pak, tadi di rumah juga sudah dicek ulang. Kami yakin gak bawa hal yang dilarang pak" Yoga mewakili kami menjawab dan menjelaskan ke Pak Wire.

"Hm..kenapa ya, yang wanita tidak sedang datang bulan juga kan? Terutama dik Ajengnya ini. Atau mungkin ada yang membawa perhiasan emas?"

Aku dan Ajeng kompak menggelengkan kepala namun mendengar pertanyaan terakhir dari Pak Wire, Ajeng terkejut sekaligus tersadar.

"Waduh pak mohon maaf yang sebesar - besarnya, ini saya sumpah beneran gak tau. Saya pakai kalung emas pak. Terus ini bagaimana pak? Haduh pak takut saya pak, tolong pak.."

"Iya dik, gak apa apa karena memang dik Ajeng ini gak tau. Tadi cuma diperingatin aja, dan beruntung adik ini dikasi peringatan soalnya biasanya yang lain gak pakai peringatan apa apa. Dikasi lurus - lurus saja, aman tapi tiba tiba nyasar atau hilang."

Pak Wire kemudian menyuruh Ajeng melepas kalung emasnya. Dia memberikan Ajeng selembar kain putih selebar sapu tangan yang telah berisi sedikit daun, entah daun apa untuk membungkus kalungnya tersebut.

"Kalungnya dik Ajeng simpan dulu di dalam tas atau saku, sekarang kita lanjut lagi. Aman, sudah siap kan semua?" Pak Wire menenangkan dan mengajak kami melanjutkan pendakian.

"Siap!" Jawab kami serempak.

Kamipun melanjutkan perjalanan, Ajeng nampak sudah tak terhalangi angin lagi. Mulai dari situ jalur trek sudah bukan sekedar landai lagi tapi sudah sangat amat miring sekali bahkan seingatku tanahnya cenderung berpasir. Untungnya di beberapa titik sudah ada tali yang bisa kami pakai pegangan untuk mendaki.

Setelah itu kurang lebih sejam masih dengan kondisi trek yang sangat menanjak kami kemudian dihadapi dengan trek jalan setapak yang sudah penuh ditutupi oleh rimbunnya rumput yang tumbuh. Sementara di kanan kirinya adalah jurang. Semenjak itu kami sudah tidak bisa berjalan bersebelahan lagi. Seingatku Pak Wire dan anjing hitam tadi yang kembali muncul tetap saling bersebelahan berjalan paling depan menunjukan jalan untuk kami dan yang paling belakang adalah Yoga.

Kami terus berjalan menyusuri jalan setapak itu kurang lebih 1 jam lamanya dan akhirnya tibalah kami di sebuah tanah bebatuan yang lapang. Saat itu kutengok arlojiku menunjukkan jam 1 dini hari. Tempat itu anggap saja pos kesekian, karena di gunung ini tidak begitu jelas di mana pos posnya. Dimanapun guide mengajak istirahat maka anggaplah di sana posnya.

Pak Wire mengajak istirahat disana, dan mendirikan sebuah tenda tanpa penutup di 2 sisinya untuk kami agar bisa sekedar melindungi kepala dari embun ataupun gerimis. Mengingat pendakian saat itu adalah tektok. Saat itu Pak Wire juga membuatkan kami kopi. Lalu setelah itu dia menyuruh kami istirahat, kalau bisa tidur dulu sebentar mengisi tenaga untuk summit attack nanti.

"Jam 3 nanti kita lanjut, sedikit lagi sudah sampai puncak ini. Kurang lebih 2 jam nyampek. Sekarang tidur aja dulu, nanti saya bangunin." Kata Pak Wire waktu itu.


sumber gambar/ilustrasi

Aku dan yang lainnya sempat mengobrol sebentar sebelum akhirnya tertidur. Masih jelas dalam ingatanku saat itu sebelum benar - benar tertidur aku melihat sekelebat bayangan hitam di sebelah Alvin yang posisinya berada paling luar di salah satu sisi tenda. Sementara yang berada di sisi terluar satunya lagi adalah Pak Wire.

Rasanya setelah beberapa saat tertidur aku merasa ada yang mengguncang lenganku, kupikir Ajeng membangunkanku untuk melanjutkan perjalanan. Saat kubuka mataku damn!! Aku terkejut bukan main ternyata tidak ada siapapun di sekelilingku. Kulirik arlojiku saat itu menunjukan pukul 03.30. Teman - temanku, Pak Wire dan semua tas mereka tidak ada!

Saat itu sejenak kupikir mereka sedang bercanda, aku coba menenangkan diri kemudian keluar dari tenda menyenteri ke segala arah untuk menemukan keberadaan mereka. Bukannya menemukan mereka, saat itu aku malah melihat sesosok makhluk putih di atas bebatuan dengan dua mata yang merah menyala tepat mengarah ke sinar senterku.


sumber gambar/ilustrasi

Sontak aku terkejut berlari masuk ke dalam tenda, aku meringkuk membenamkan kepalaku dengan kedua lututku. Aku merasa makhluk putih itu terus memperhatikanku terlebih saat itu dia berada tepat mengarah ke posisi tenda yang tanpa penutup.

Tidak hanya itu sekilas nampak bayangan hitam di balik tenda yang kulihat dari ujung mataku, suara cekikikan dan mendesis sayup sayup mulai kudengar. Aku takut, aku menangis dan tubuhku bergetar hebat saat itu. Tak habis pikirku saat itu kenapa teman - temanku tega meninggalkanku sendiri. Aku merasa berada di titik terendah dalam hidupku, aku pasrah. Segala doa kupanjatkan entah berapa lamanya akhirnya aku tertidur dalam takutku.

Seingatku aku terjaga pukul 9 pagi saat itu, hari sudah terang. Segera kubuka kedua mataku berharap apa yang terjadi semalam hanya mimpi. Kulihat sekelilingku ternyata masih kosong. Aku kecewa, aku kembali menangis di dalam tenda itu. Kira - kira 30 menit kemudian aku mulai menenangkan diriku, kuputuskan untuk turun sendiri dengan mengingat kembali rute yang telah kulalui semalam.

Baru saja beberapa langkah kakiku menjauhi tenda kulihat Pak Wire dan teman temanku datang dari arah atas. Mereka seperti kaget melihatku.

"Lho Tina kamu bukannya kamu..."

***


Aku skip obrolannya ya intinya aku dan yang lainnya saat ini sudah berada di rumah masing - masing. Langsung saja, jadi begini menurut pengakuan mereka saat itu.

Semalam aku bersama mereka ikut mendaki sampai ke puncak gunung bahkan sempat foto - foto juga bareng mereka. Sebelum summit attack dimulai kata mereka akulah orang yang paling pertama bangun bahkan sebelum Pak Wire. Jadi mereka semua tidak membangunkan aku karena dilihatnya aku sudah bangun.

Mengenai tenda yang kenapa tidak dibongkar adalah karena pada saat akan dibongkar anjing hitam yang selalu mengikuti kami tiba - tiba berubah menjadi galak. Setiap akan dilepas talinya atau di cabut patoknya anjing itu akan menggigit. Dia terus terusan menggonggong seolah tidak mengijinkan siapapun membongkar tenda itu semalam.

Sehari setelah dari gunung tersebut kami masih bermalam di rumah Yoga, mengenai foto - foto yang di ambil pada saat di puncak memang terdapat keanehan. Pada posisi yang seharusnya terdapat gambarku semuanya kosong. Pada salah satu foto nampak ajeng berpose seperti sedang memeluk orang yang ada di sebelah kanannya. Foto itu terlihat lucu sekaligus menimbulkan rasa seram bagi kami. Atas kesepakatan bersama film atau klise foto tersebut kami bakar.

***


Itulah pengalamanku mendaki gunung, walau begitu aku tak pernah kapok untuk selalu datang ke daerah tempat gunung itu berada. Yang penting selalu ingat di manapun bumi dipijak di sana langit dijunjung.

Oh iya bagi yang mau nebak gunung apa yang kudaki ini silahkan saja.

Terimakasih.
sebelahblog
zafinsyurga
nona212
nona212 dan 19 lainnya memberi reputasi
20
3.5K
49
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.