Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

Β© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Mendaki Gunung Raung Bertemu Dengan Badarawuhi Penguasa Desa Penari

.r4hma.Avatar border
TS
.r4hma.
Mendaki Gunung Raung Bertemu Dengan Badarawuhi Penguasa Desa Penari







sumber gambar

Gunung Raung merupakan gunung api yang masih aktif berada di jajaran pegunungan ijen, dan terkenal dengan gunung tipe sulit kalau untuk menggapai puncaknya. Disinilah perlu keahlian tinggi dan tentu saja beberapa tehnik mendaki harus di kuasai, terlebih bagi yang suka uji adrenaline sebagai pemanjat tebing, maka gunung raung menjadi salah satu gunung yang asik untuk di daki.



sumber gambar

Gw, Bram, dan Juna berencana akan mendaki melewati daerah Kalibaru, kami bertiga asal dari Jakarta dari daerah kalibaru ini kita akan mampu naik sampai puncak gunung raung yang paling tinggi disebut puncak sejati dengan ketinggian 3.344 mdpl. Gunung ini bukan gunung kacangan karena untuk mencapai puncak sejati bagi pendaki pemula lebih baik mundur daripada harus jatuh ke kaldera yang besar. Nyawa sebagai taruhannya, dan kami semua sudah siap untuk itu. Berbagai peralatan climbing juga sudah kami siapkan.

Quote:


Suara kokok ayam membangunkan kami dari mimpi, semua penghuni losmen pun nampak beraktifitas mereka terlihat sibuk dengan urusannya masing-masing. Kami bertiga segera melangkahkan kaki untuk melanjutkan perjalanan kami. Terlihat olehku Andri dan kawan-kawannya sibuk untuk mempersiapkan logistik demi mencari tempat dimana KKN yang menjadi bencana dengan kisah mistisnya, tapi aku tak perduli toh selama ini naik gunung tak ada gangguan apapun dari mahluk astral yang penting kita sopan demit pun segan.

Lalu kami memesan ojek untuk menuju base camp kalibaru, terlihat rombongan Andri pun melewati kami nampak Andri melambaikan tangannya dan kubalas juga dengan lambaian tangan. Rombongan ojek kami berjalan santai melewati deretan rumah penduduk dengan pemandangan kebun warga yang tertata rapi, hingga akhirnya sampailah kami di tempat registrasi desa Wonorejo Kalibaru wetan.



sumber gambar

Disini untuk memperoleh simaksi agak rumit karena harus ada surat kesehatan sebagai tambahan, bahkan diharuskan menggunakan guide dengan tarif saat itu 400 ribu rupiah. Kami pun menyewa cak Har sebagai pemandu agar meminimalisir kecelakaan di atas gunung. Setelah membayar simaksi 35 ribu rupiah kami dan cak Har segera melanjutkan perjalanan.

Dari base camp ke pos 1 kami melalui perkebunan kopi milik perhutani, entah hampir 3 jam kami berjalan dan barulah tiba di pos 1. Di pos ini disebut juga pos Pak Sunarya karena terdapat warung yang dimiliki oleh Pak Sunarya, seorang warga desa Kalibaru.



sumber gambar

Sebelum kita mendaki kita berdo'a dulu lalu mulai pendakian menuju camp-camp yang harus kita lewati dari camp area 1 hingga camp area 9 disinilah perjalanan terberat mulai disajikan vegetasi hutan yang rapat dan juga pinggiran jurang menjadi pemandangan yang akrab selama mendaki di area camp ini, di setiap camp kami tak lupa untuk berkata "permisi kami numpang lewat"

Hingga di camp IV dengan vegetasi hutan yang semakin lebat kami pun beristirahat dan mendirikan tenda disitu aku kebelet pipis, aku pun pamit pada kawan-kawan untuk menunaikan hajat yang sudah mendesak, cak Har hanya mengigatkan agar hati-hati dan permisi, lalu aku pun mengarah ke pohon yang besar di dekat camp tersebut hingga tubuhku pun terasa lega.



sumber gambar

Sebelum aku kembali aku tersontak kaget melihat ular yang agak besar, namun terkulai lemas kulihat ada sobek di sekitaran tubuhnya dengan darah yang masih segar. Sepertinya sang ular baru saja terkena duri atau benda yang tajam, akupun merasa iba dan langsung memberikan pertolongan dengan alat P3K yang kubawa. Ular itu pun kembali menggeliat dengan lemah seperti mengucapkan kata "terima kasih" ular itu mulai berjalan perlahan meninggalkan diriku.

Lalu aku kembali ke tenda yang sudah berdiri, berhubung waktu sudah hampir memasuki malam hari dan perjalanan kami mendaki gunung raung ini santai tidak terburu-buru maka kami lebih banyak beristirahat untuk menikmati sang alam. Nyanyian burung malam bersahutan dengan suara jangkrik, hembusan angin pun serta kabut tipis selalu menyertai perjalanan kami. Hingga tiba-tiba terdengar suara gending, ya suara gamelan yang syahdu.

Quote:


Tepat jam 11 malam suara gamelan tak terdengar lagi, semua kawanku dan cak Har sudah tidur mungkin hawa gunung yang dingin membuat mereka langsung terlelap. Malam itu aku merasa gelisah, dan kembali kebelet pipis lalu aku pun berjalan ke arah tempat dimana aku tadi sore pipis. Tapi kali ini kabut tipis menghalangi pandanganku, setelah menunaikan hajat tak lupa bilang permisi akupun kembali melangkahkan kaki. Tapi tiba-tiba seperti ada yang menarikku, aku terjatuh dan merosot kebawah untungnya bukan di tepian jurang bisa-bisa aku pulang tinggal nama.

Ketika aku bangkit berdiri, aku merasa heran ada jalan setapak namun berbeda dengan jalan ketika menyusuri area camp, jalan setapak ini di penuhi tumbuhan beluntas, rasa penasaran menghantuiku hingga aku menyusuri jalan setapak itu entah sudah berapa lama aku berjalan dengan di temani banyak tumbuhan kecil namun rimbun, anehnya tumbuhan itu berbau bunga melati semakin aku melangkah semak belukar semakin lebat hingga ada sebuah pohon besar yang menghadang , di bawahnya seperti di tumbuhi tanaman beluntas yang rimbun aku berfikir sepertinya jalan ini buntu.

Hingga angin menerpa dari arah semak belukar itu, akupun melihat sebuah undakan batu yang di susun miring, ada rasa semakin penasaran turun atau jangan. Namun kata turun lebih menyelimuti hawa nafsuku,

"Maaf ya aku numpang lewat bila ada salah mohon maaf, tidak berniat menganggu.. " kemudian ku ucapkan "bismillah.. "

Aku mulai turun dan menjajak kaki dari batu ke batu sembari berpegang kuat pada sulur akar yang ada di tepian lereng tanah ini, hingga akhirnya aku pun tiba di bawah dengan baju yang agak kotor terkena partikel-partikel tanah.

Aku berjalan turun mengikuti jalan setapak yang kiri kanan di penuhi dengan tumbuhan beluntas, terdengar dari sini suara riuh rendah banyak orang. Aku bingung ternyata ada kehidupan tak jauh dari gunung raung ini ? Entahlah aku tak mengerti juga kenapa bisa terdampar disini, nyaliku pun seketika ciut bagaimana dengan kawanku, apa mereka tahu kalau aku sekarang sudah berjalan agak menjauhi dari camp IV. Keputusan bodoh, aku mengutuk diriku sendiri karena rasa penasaran yang membuatku sekarang seperti ini.

Hingga akhirnya aku mulai melihat kehidupan, di depanku kini terdapat sebuah sanggar atau bangunan besar yang lebih terlihat seperti balai pertemuan di sebuah desa, di depannya ada sebuah tanah lapang tempat banyak orang berkumpul, bahkan kulihat bangunan ini sangat eksotis karena atapnya yang bergaya khas atap kerajaan Jawa.

Di sisi ujung balai pertemuan ini ada pemain musik dengan baju khas Jawa yang kembali memainkan kidung dari gamelan dan kendang yang tersusun rapih.

Kulihat banyak sekali orang, di tanah lapang mulai dari orang tua, hingga yang muda, bahkan anak-anak kecil hingga mereka yang remaja, terlihat mereka sedang menikmati sesuatu hingga berkumpul didepan sebuah sanggar besar tersebut, kembali alunan musik gamelan pun dimainkan, musik itu mengalun sangat merdu para pemainnya begitu lihai hingga tak terasa aku tak percaya kata-kata cak Har yang bilang tak ada desa di sekitar sini, lalu ini apa buktinya.

Kemudian kulihat tepat berada ditengah sanggar, seorang wanita dengan pakaian khas penari berwarna hijau lengkap dengan selendang dengan warna yang serupa, penari itu sangat cantik ia keluar dari balik pintu sanggar tersebut. Ia kini mulai menari tariannya itu sangat lentur dan lemah gemulai, aku seakan terhipnotis untuk melihat pertunjukan tersebut. Namun aku melihat yang menari itu seperti sosok yang ku kenal, perempuan itu.. ya sosok itu adalah "Ayu" wanita yang ada di losmen saat itu. Kenapa ia menari menghibur orang desa disini ?

Dari wajahnya yang menari ayu terlihat sangat tertekan walau tariannya sangat gemulai, seperti tari Bedaya dan Srimpi sebuah tarian jawa kuno yang di pertontonkan hanya untuk kalangan kerajaan.

Aku hanya terdiam di barisan paling belakang dari warga desa yang sedang asik menonton hiburan tarian, dimana Andri ? Itu pertanyaan yang ada dalam benakku saat itu.



sumber gambar

Quote:


Tak lupa aku pun sungkem kepada Nyi Dawuh, lalu aku diantar oleh pak Gondo dan mulai berjalan menjauh dari sanggar, saat itu kulihat air mata nampak mengalir dari wajah Andri maupun Ayu. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa, suara gamelan dan tarian Ayu mengiringi langkahku hingga akhirnya aku pun menjauh dari tempat itu dan kerumunan banyak orang, dalam perjalan aku melewati seperti sebuah pemakaman desa dengan kain hitam di sangkutkan di batu nisan mereka.

"Ini kenapa Pak kok dipakaikan kain begini..?"

"Mereka yang jiwanya tak kan pernah kembali lagi....karena telah bertindak melanggar norma dan adat desa" ucap Pak Gondo.

Hingga tibalah aku ditengah dua pohon Jati kembar yang besar, aku pun pamit pada pak Gondo ia berpesan agar aku hati-hati. Tanpa pikir panjang aku segera melewatinya terlihat samar-samar rupa pak Gondo berubah seperti berbulu, matanya merah dan tinggi besar.

"Mahluk apa itu..? Gonderuwo kah ? "

Ahhh terasa mataku nanar pandanganku pun menjadi gelap, tubuhku lemah aku seperti orang yang baru bangun dari tidur. Lambat laun aku mulai membuka mata sinar mentari membuat mataku sakit dan entah kenapa aku kini berada di sebuah lingga, ya batu besar di antara kebun kopi. Sayup-sayup terdengar namaku seperti di panggil oleh banyak orang.

Quote:


Cak Har dan warga desa tahu maksudku mereka pun diam dan segera membubarkan diri, begitu juga Pak Polisi desa ini nampaknya warga disini menutupi keganjilan yang ada di daerah ini. Biarlah misteri menjadi misteri tak usah kita ganggu, sebab dunia kita sudah berbeda.

"Jadi desa penari itu memang ada ?" Ujar kawanku

Aku hanya mengangguk lemah..sembari memeriksa uang gobog wayang dari dalam saku celanaku.

#####


Epilog.

Di rumah keluarga Andri nampak orang berkerumun, entah sudah berapa paranormal di panggil untuk menyembuhkannya tidak ada yang mampu. Terlihat wajah Andri yang pucat dengan tatapan kosong, sesekali kejang-kejang dan berkata lirih walau sangat kecil suaranya "ular... ular".

Sementara di tempat lain tabur bunga dilakukan di sebuah tempat pemakaman. Pemakaman itu nampak tanah liat yang masih basah dengan nama papan nisan "Ayu Laraswati" setelah sempat beberapa lama di obati baik dari tenaga medis maupun non medis nyawa Ayu tak tertolong. Sebelumnya tubuh Ayu hanya bisa terdiam tak bergerak seperti kaku, suaranya hanya menggeram mata pun tak bisa tertutup sempurna, hingga akhirnya datanglah malaikat maut yang membawa Ayu lepas dari penderitaan dunia.

Setelah orang meninggalkan pemakaman Ayu, terdengar suara gamelan yang cukup merdu. Sayup-sayup suara itu ingin memberikan tanda janganlah mencari-cari hal gaib dengan keputusan sembrono, junjunglah adat setempat, sopan dan juga santun dalam bersikap.

**********

Penulis .r4hma.

Tulisan ini hanya rekayasa, dan cerita ini ada karena terinspirasi dengan sekuel cerita KKN Di Desa Penari.

πŸ™πŸ™πŸ™πŸ™πŸ™











Diubah oleh .r4hma. 20-09-2019 13:46
anasabila
Gresta
4iinch
4iinch dan 14 lainnya memberi reputasi
15
11.3K
65
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThreadβ€’83.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
Β© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.