robbyrodhAvatar border
TS
robbyrodh
4 HAL YANG MENYEBABKAN UMAT KEHILANGAN JATI DIRI NYA


Yook diputar dulu musiknya gan....



Indonesia sedang dilanda krisis kepercayaan.

Kepercayaan di negeri ini sudah hampir tidak ada. Krisis kepercayaan diakibatkan karena menghilangnya kejujuran di hati individu bangsa, terutama dikalangan pemimpin.

Lantaran krisis kepercayaan sudah sedemikian parah dan hampir punah, masyarakat atau umat hampir MEMASABODOHKAN siapa yang bakal memimpin mereka. Bagi mereka siapapun yang akan memimpin bangsa ini akan sama saja!

Jelas keadaan ini sangat bahaya. Jelas sangat bahaya ! Bahaya ! Karena robohlah sudah hampir keseluruhan tiang Negara.

Akan sangat jauh berbahaya lagi bila wujud ketidakpercayaan itu berubah wujud menjadi anarkisme yang akan melahirkan ‘robot-robot’ perusak yang bisa dikendalikan bahkan menjadi gerakan massa perusak di luar kendali akibat dari keputusasaan.

Faktanya, memang begitu.

Siapapun yang ‘maju’ ke depan, masyarakat seakan berpandangan bahwa yang ‘maju’ ke depan seakan haus kekuasaan dan berburu kilauan harta. Tetapi nampaknya ada sesuatu yang dilupakan masyarakat dan ini harus diingatkan. Sesuatu yang bisa jadi sangat esensial sifatnya mendasar.

Bahwa sebenarnya kepemimpinan yang buruk itu sebenarnya berawal dari keburukan masyarakatnya sendiri. Bahwa pembodohan yang dilakukan oleh para penghacur Negara adalah lantaran kebodohan masyarakat itu sendiri. Dan bahwa kehancuran sebuah Negara adalah juga bermula dari kehancuran individu per individu anggota masyarakatnya.

Tulisan ini, sejatinya lebih kepada upaya peringatan dan upaya pengembalian tingkat kepercayaan umat kepada seluruh komponen bangsa. Kalau umat tidak mau berbenah diri, maka akan terus-menerus dipimpin oleh pemimpin-pemimpin yang zalim. Siapa pun pemimpin yang berada di garis terdepan, ia akan terus-menerus berubah buruk.

“Tidakkah engkau perhatikan orang-orang (munafik) yang menjadikan suatu kaum yang telah dimurkai Allah sebagai sahabat? Orang-orang itu bukan dari (kaum) kamu dan bukan dari (kaum) mereka. Dan mereka bersumpah atas kebohongan, sedang mereka mengetahuinya.” (Q.S Al-Mujadillah : 14)

Mari kita cari, apa akar dari permasalahan ini !

Di dalam era proses globalisasi sekarang ini, timbul pergesekan budaya antara Islam dan nilai-nilai lainnya, seperti nilai moral, sosial, kesopanan dan lain-lain. Situasi ini terjadi di saat kondisi umat Islam yang belum terlalu siap.

Dalam sudut pandang politik, kesiapan yang diharapkan dalam rangka menghadapi era globalisasi dan modern ini adalah, umat harus mengetahui dengan baik basis identitasnya dan mengetahui secara baik elemen-elemen yang membentuk kepribadian kolektifnya sebagai umat.

Sehingga apabila basis identitas umat secara kolekif dan jati diri sudah sangat kuat, maka dengan sendirinya akan menghadirkan pemimpin-pemimpin yang kuat dari basis identitas umat secara kolekif itu sendiri ketika bergaul, berinteraksi, memberikan solusi dan tetap bertahan ketika umat sedang mengalami masa yang sangat rumit.

Bagi sebahagian umat yang masih memasabodohkan calon atau pemimpin mereka, diperparah dengan tidak melihat latar belakang keilmuan syiasah agama yang dimiliki, maka itu menjadi suatu permasalahan.

Hal itu disebabkan tidak adanya pemahaman yang utuh tentang ajaran Islam sebagai basis identitas diri dan imunitas umat.

Nah, yang dimaksud dengan imunitas disini ialah umat ini dengan dasar identitasnya, yaitu ISLAM, bisa memilah mana yang harus diambil, dipilih, dan mengkaderisasi serta hal apa yang akan diberikan pada umat lainnya.

Celakanya, karena saat ini umat tidak memiliki imunitas tersebut, maka kita sedang berada dalam posisi menerima tanpa syarat semua yang datang dari Barat, baik berupa kebijakan politik ,ekonomi dan sebagainya. Padahal, dengan mempunyai imunitas yang kuat, insyaAllah kita akan berada dalam posisi yang seimbang, bahkan kuat.

Ketika kita dipimpin, ada saatnya kita menerima dan kita mengetahui apa yang kita terima dari sang pemimpin. Tetapi pada saat yang sama, kita juga mengetahui apa yang kita berikan ketika menjadi sang pemimpin.

Nah, imunitas seperti itulah hanya bisa kita dapatkan kalau umat memahami betul ajaran Islam secara basis. Ketika kita hanya menerima apa adanya yang diberikan oleh pemimpin tanpa mengetahui pesan dari maksud pemberian tersebut, disinilah letak masalahnya. Sekarang umat bisa dengan mudah terbelah kepribadiannya. Jadi tidak punya jati diri.

Ada beberapa hal yang menyebabkan umat kehilangan jati diriya :

Pertama, karena umat Islam jauh dari agamanya sendiri. Islam yang banyak dianut oleh mayoritas adalam Islam warisan, bukan Islam yang merupakan pilihan hidup. Hingga tidak banyak pengaruhnya dalam membentuk dan mewarnai kehidupan.

Di dalam dunia perpolitikan, sangat mungkin bila umat akan ikut terwarnai oleh cara, gaya serta kebijakan dari seorang pemimpin ditengah-tengah masyarakat, apabila seorang pemimpin dapat menyebarkan virus-virus kebaikan dan memberikan kebermanfaatan ditengah-tengah umat ,maka dapat dipastikan pula masyarakat tersebut pun takkan jauh sifat serta sikapnya dari pemimpin tersebut, begitu pula sebaliknya.

Kedua, para ulama yang ada dalam tubuh umat belum mampu menjalankan fungsinya secara optimal. Bahkan, tampak bahwa para ulama kita tidak berdaya memimpin umat ini. Dampaknya, umat Islam dalam menyikapi masalah politik, ekonomi misalnya, tidak lagi dipengaruhi oleh para ulama. Akan tetapi lebih banyak dipengaruhi media massa. Ini berarti, para ulama tidak lagi memimpin umatnya. Akhirnya umat pun berjalan tanpa arah.

Ketiga, suksesnya kaum imperialis dalam mengangkat para pemimpin negeri-negeri Islam yang telah tersekulerkan. Realitas membuktikan, hampir rata-rata negeri-negeri Islam dipimpin oleh anak bangsanya yang sekuler.

Sekuler yang bukan hanya jauh dari agama, tapi (juga) memusuhi agama. Sebagai contoh, bagaimana sikap negeri-negeri Islam terhadap invasi Amerika ke Afghanistan. Rata-rata bersikap mendua: Pemerintahnya mendukung serangan. Sedangkan rakyatnya berkehendak membela saudaranya. Jadi, sebagai satu kesatuan, umat Islam split, terbelah antara rakyat dan pemerintah. Meski pemerintah terdiri dari orang-orang Islam, tapi tetap menunjukkan bahwa kendali kepemimpinannya masih ada di tangan para imperialis.

Keempat, adanya usaha-usaha sistematis yang dilakukan Negara-negara besar untuk mendominasi seluruh negara-negara Islam dan menyebarkan nilai-nilai kehidupan mereka ke dalam kehidupan umat Islam, sehingga pengaruh budaya hedonis-materialis sudah tampak jelas merasuki masyarakat kita. Walaupun sebenarnya kehidupan hedonis lebih banyak terjadi di kalangan masyarakat kota dengan kelompok menengah ke atas yang cenderung elitis dan hanya merupakan bagian kecil saja dari mereka.

Saya ingin mengatakan bahwa hedonisme dikalangan elitis kelas menengah ke atas adalah suatu hal yang tidak bisa diubah. Nah, bila kita melihat dan memperhatikan kondisi umat Islam saat ini, ternyata masih banyak yang tidak tersentuh dengan peradaban barat ini.

Tinggal yang diperlukan adalah para ulama dan para aktivis Islam yang harus mengetahui dengan baik, bagaimana cara memilah umat serta memilih dan mentarbiyah mereka untuk menjadi pemimpin yang sholeh/hah dan benar-benar tahu bagaimana cara menyelesaikan persoalan umat dengan menggunakan pendekatan politik dakwah dan gerakan siyasah yang moderat.

Setelah dipilah dan dipilih, kemudian diorganisasi. Mulai dari mana ? cara paling bagus adalah dengan mengambil segmen dari umat yang tidak terlalu terkontaminasi dengan budaya barat. Fitrahnya masih jernih, akalnya masih sehat dan kesadaran agamanya masih tinggi.

Sekarang, misalnya, kita melihat ada banyak anak muda yang hidup di tengah zaman modern dewasa ini, ditengah masyarakat yang hedonis. Akan tetapi mereka tidak melakukan pelanggaran syariat, tidak berzina, dan seterusnya. Namun demikian, dia juga tidak mendukung dan bekerja untuk kejayaan Islam.

Nah, mulailah dengan orang-orang seperti demikian. Walaupun secara keseluruhan untuk membangun sebuah umat secara universal, kita tidak bisa langsung. Kita harus mencoba kembali ke lapisan terkecil, yaitu individu.

Dari invidu-individu ini, kita bangun semangat solidaritas di dalam masyarakat. Karena kita adalah umat yang satu.

Insya Allah dengan mengubah individu, praktis perubahan secara sistematis di dalam tubuh umat akan terwujud. Inilah momentum yang harus kita manfaatkan yang merupakan investasi umat dan bangsa, agar optimal.

Sekali lagi, kita tidak bisa mengubah masyarakat secara sekaligus, tetapi bertahap. Dan tahapan pertama itu mengubah komponen kecil dari masyarakat itu, individu. Kalau individu tidak berubah, maka masyarakat tidak bisa berubah.

Supaya proses perubahan individu cepat berpengaruh pada perubahan masyarakat, maka individu yang akan kita ubah itu adalah individu yang mempunyai dua kualitas. Yaitu kualitas yang siap berubah dan mampu mengubah.

Ayo Bangun!

Bangun!

Bangun!

Bangunlah dari tidur yang berkepanjangan!

Sudah saatnya kita tidak memasabodohkan siapa bakal pemimpin kita. Itulah yang harus diteriakkan, ditujukan bagi hati yang mau mendengar. Agar kita sadar dan benar-benar mau membenah.

Sumber : Situs Pribadi TS

heidychan
heidychan memberi reputasi
1
1.2K
10
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.9KThread82.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.