humanity26Avatar border
TS
humanity26
Yang Masih Membekas
Di sini, saat ini, hari-hari saya selalu dimulai dengan penyesalan dan diakhiri dengan penyesalan sebelum tidur untuk kemudian bangun dan memulai penyesalan lagi. Saya dihantui rasa bersalah dan ketidaktahuan yang membuat saya tidak berdaya. Kedua hal itu membuat saya merasa hampa dan terus menerus menggerogoti diri saya.

Dulu waktu saya SMP, saya memiliki seorang teman wanita. Setiap hari kami berbagi pengalaman, bertukar pikiran dan sesekali saling menggoda. Tidak jarang pula di waktu bel pulang, kami saling menyempatkan untuk sekadar bertemu. Hubungan kami sangat dekat, bukan?
Tunggu dulu, bukan kedekatan diantara kami yang ingin saya ceritakan.

Tidak pernah terpikirkan secara sadar bahwa kedekatan yang sedekat darah dan nadi justru mengalirkan penyesalan, sampai hari ini.

Itu dimulai saat saya mendengarkan ceramah-ceramah yang mengkerdilkan kepercayaan lain. Bahwa hal demikian adalah cara memperjuangkan kebenaran di bumi, "sebaik-baiknya manusia yang beragama, harus menegakkan dan menyuarakan hal-hal yang benar. Sebagai yang memiliki kepercayaan yang paling benar, kita harus menyadarkan mereka". Belakangan ini, saya baru menyadari bahwa itu adalah doktrin semata.

Kebodohan di masa lalu membuat saya dengan mudahnya terdoktrin pada hal-hal yang seperti itu sehingga dengan pongah dan tengilnya mensesat-sesatkan setiap orang yang tidak satu kepercayaan dan memusuhi yang menolak untuk mengikuti apa yang saya paksakan pada kepercayaan mereka, terutama teman dekat saya. Saya menyakiti teman dekat saya dengan cara "menghajar kepercayaan yang ia yakini".

Tujuh tahun kami berpisah, dalam keterpisahan itu, saya mengutuki diri saya yang bodoh dan gampang terdoktrin pada hal-hal buruk. Menulis ini pun, rasa malu dan sesal masih sangat terasa. Betapa kedekatan yang terjalin, tidak mampu membendung doktrin-doktrin yang merusak diri dan pikiran saya.

Hal lain yang membuat saya tidak berdaya adalah bangku perkuliahan yang pernah saya rasakan sangat sia-sia. Sikap masa bodoh dan anti sosial membuat saya tidak memperoleh apa-apa. Bukan hanya materil, bahkan disiplin keilmuan pun tidak saya dapatkan. Itulah yang menjadikan hari-hari saya diselimuti kekhawatiran mengenai masa depan, perlahan menjadi siklus yang tak bisa saya hindari.

Saya mencoba memulai lagi, mempelajari secara otodidak, membaca buku-buku yang bagi saya penting, tetapi rasanya sama saja. Saya tidak mendapatkan apa-apa, pun saya memiliki ilmu, saya tidak tahu harus berbuat apa. Dua hal yang sangat saya sesali dari hidup ini adalah saya melukai hati teman yang sangat dekat, bukan karena pengkhianatan atau pertengkaran, tetapi keyakinan dan kepercayaan yang ia miliki. Hal lain adalah saya menyia-nyiakan hidup saya dengan segala yang tidak berguna, mengabaikan hal-hal penting sehingga saat ini saya tidak tahu lagi harus bagaimana.

Barangkali, dari cara saya menuliskan segala keresahan, dapatlah terbaca bahwa yang menulis ini adalah seorang yang "hobi mengeluh". Sudi kiranya tuan-tuan yang membacanya menjadi manusia yang memanusiakan sesama, tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang saya alami sehingga menimbulkan kesia-siaan yang hanya akan menyakiti diri sendiri dan sesama.
0
473
12
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Heart to Heart
Heart to HeartKASKUS Official
21.6KThread27.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.