Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

srinamiAvatar border
TS
srinami
Seberkas Cahaya



Malam itu hujan rintik-rintik. Tak ada satupun yang mau membantuku, membantu keluarga kami.

Hidup kami yang dalam kemiskinan memang menjadi suatu bahan pertimbangan bagi orang-orang bahkan saudara dekat sendiri, untuk memberi pertolongan.

"Jangan pinjam uang sama aku! Memang nanti kamu bisa balikin duitnya pake apa? Pake gigimu?"

Penolakan demi penolakan sudah sering kualami, bahkan sudah tak dapat terhitung lagi.

Cinta, ya, rasa cinta yang sudah membuatku terdampar dalam keluarga suami dan situasi seperti ini. Hidup dalam keadaan serba susah.

Dulu sebelum aku mengenal suamiku, ayah dan ibuku selalu berpesan agar kelak mencari imam yang mapan, yang nantinya mampu mencukupi biaya hidup diriku juga anak-anakku kelak.

Namun, cinta memang buta. Yang ada aku hanya mengikuti kata hati saja tanpa mempedulikan nasehat orang tua.

Waktu itu bukan seberapa banyak harta yang dimiliki yang kulihat, bukan juga seberapa tampan suamiku kini yang kulihat. Tapi ketulusan hatinya, kebaikan kejujuran juga rasa tanggung jawab darinya.

Walau hanya hidup pas-pasan, awal pernikahan kami lalui dengan bahagia, dibalik pro dan kontra darai pihak keluargaku terutama orang tua.

Sehari hari bekerja sebagai petani, sebagai buruh serabutan, tak masalah bagiku dan suami, yang penting bekerja halal untuk makan setiap harinya.

Sampai suatu saat lahir anakku yang pertama, disanalah cobaan dari-Nya mulai datang. Anakku terlahir prematur, dengan panjang 49 cm dan berat 1,6 kg. Terlahir normal.

Namun, miris. Bidan di puskesmas tempatku melahirkan mengatakan anankku harus mendapat perawatan lebih lanjut agar mampu bertahan hidup. Harus di bawa ke Rumah Sakit Umum Daerah. Tentunya dengan biaya yang mahal. Karena akan dirawat dengan inkubator dan obat-obatan lainnya.

Aku menatap wajah suamiku yang seolah penuh rasa cemas. Gelisah.

"Mas, jangan khawatir, anak kita pasti kuat. Kita bawa pulang saja, rawat sendiri di rumah."

Dengan berat hati kami memutuskan tak membawa buah hati ke Rumah Sakit. Ya, karena tak ada biaya. Juga tak ada sanak saudara atau tetangga yang mau memberi uluran tangan. Walau kami mengatakan ingin meminjam bukan meminta. Kala itu di tahun 1990, kami memerlukan uang sejumlah 200 ribu rupiah. Kala itu terbilang nominal yang cukup banyak.

***

Hari demi hari, kondisi anakku semakin memburuk. Badannya kecil, dan menggigil kedinginan walau sudah terbungkus selimut. Dan pintu kamar yang selalu tertutup agar tak begitu banyak udara dibgin yang menelusup ke dalam ruangan. Cukup kami sisakan lubang ventilasi di atas pintu.

Setiap hari aku menitikkan air mata melihat kondisi anakku yang kian ringkih. Hanya Asi yang bisa kuberi.

Suamiku yang juga menjadi buruh serabutan di peternakan ayam di kampung kami pulang selepas bekerja dengan membawa secerca harapan.

"Apa itu, Mas?" aku bertaya pada suami yang meneteng kresek hitam dan terlihat kabel menjuntai dari sana.

Suamiku mengeluarkan bola lampu lima watt sebanyak empat buah, lengkap dengan kabel juga fitting lampunya.

Ada sedikit harapan. Kami membuat inkubator sendiri dari bola lampu itu. Berharap anakku tidak menggigil lagi, karena rasa hangat dari bola lampu yang terpasang menggelantung di atasnya. Yang terikat pada rangka kayu yang dibuat oleh suamiku.

Dia terinspirasi dari alat penetas telur di tempatnya bekerja.

Bersyukur pada-Nya. Anakku bisa bertahan hidup samapai sekarang. Walaupun tiada hidup tanpa cobaan dari-Nya. Anakku mengidap kanker kelenjar getah bening.

Namun tak membuatnya merasa berbeda. Dia selalu dapat dengan mudah bergaul dengan teman sebayanya.

Semoga masa depannya tak sekelam masa lalu kedua orang tuanya.

Hidup kami memang susah, tapi tak pernah berniat menularkan kesusahan kami kepada orang lain.

Apa pun rencana Tuhan. Aku percaya kedepannya akan ada hari dimana kebahagiaan itu datang. Hari dimana semua doa kami terkabul. Untuk kebaikan semua orang.

Hidup dalam kerukunan dan saliang mengormati. Saling tolong-menolong tanpa memandang miskin atau kaya.

10/09/2019
nona212
nona212 memberi reputasi
1
500
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Heart to Heart
Heart to HeartKASKUS Official
21.9KThread28KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.