KangmatasuryaAvatar border
TS
Kangmatasurya
Benarkah banyak anak banyak rezeki?
Orang-orang dahulu,punya suatu pandangan unik tentang anak yang dimiliki.makin banyak anaknya,maka makin bahagia rasa hati orang tua.maka tidak perlu heran bila dalam satu rumah tangga anakya ada yang berjumlah 5 orang,6 orang,bahkan ada yang memiliki anak sampai 11 dan 12 orang anak.



Bisa dibayangkan bila dari satu keluarga yang memiliki 7 orang anak,kemudian setelah anak-anak tersebut dewasa dan kemudian berumah tangga,masing-masing anak tersebut memiliki rata-rata 6 0rang anak,itu artinya keluarga besar tersebut mempunyai jumlah jiwa hampir 60 orang.

Apalagi ketika ada acara keluarga,semua anak keturunan berkumpul di suatu tempat acara dalam waktu bersamaan.alangkah ramai dan riuhnya suasana pesta atau acara lainya di zaman itu.

Karena orang dahulu punya prinsip,"banyak anak banyak rezeki" maka memiliki anak banyak adalah sebuah kebanggaan.setiap berjumpa dengan orang lain,apalagi sahabat lama,maka pertanyaan yang tidak pernah terlewatkan adalah,"berapa anakmu?,berapa cucumu?."

Soal rezeki? Itu bukan masalah yang terlalu di risaukan.dalam pandangan orang-orang zaman dulu,setiap anak yang lahir sudah punya jatah rezeki masing-masing.sehingga bila ayah-ibu punya 7 orang anak,berarti punya 9 sumber rezeki yang pasti.

BENARKAH BANYAK ANAK BANYAK REZEKI?



Suatu keyakinan pasti menimbulkan hubungan di dalam jiwa dalam memahami cara pandang kehidupan.memang benar tuhan telah menjamin setiap jiwa yang terlahir kedunia perihal rezekinya.tapi rezekipun harus di cari.tidak mungkin rezeki akan datang sendiri menghampiri orang yang kerjanya ongkang-ongkang kaki.

Itu artinya setiap orang tua yang punya anak banyak harus lebih giat lagi dalam bekerja.pekerjaan apapun asal halal,maka itulah cara orang tua menjemput rezeki yang telah di sediakan tuhan.

Maka bisa kita lihat dan saksikan para orang tua di zaman dahulu punya etos kerja yang luar biasa.banyaknya anak yang harus diberi nafkah,membuat semangat dan tekat orang tua dalam mencari nafkah seakan punya energi yang lebih.

Sesungguhnya inilah cara orang dulu memahami arti "banyak anak banyak rezeki".keyakinan yang seiring jalan dengan tekat dan semangat untuk mencari nafkah.sehingga pandangan setiap anak yang di lahirkan pasti punya rezeki sendiri,ternyata berdampak positif dalam kehidupan.

TAKUT PUNYA ANAK KARENA TAKUT MISKIN



Tapi zaman terus beredar,makin modern keadaan ternyata berimbas pada perubahan perilaku para manusianya.para orang tua di zaman sekarang,lebih cenderung untuk memiliki sedikit anak.

Apalagi sejak program keluarga berencana (KB) mulai di gencarkan kampanyenya oleh pemerintah,lambat laun masyarakat punya pemahaman yang berbeda tentang memiliki anak.

Apalagi slogan "dua anak cukup" perlahan tapi pasti mampu menggusur prinsip "banyak anak banyak rezeki".dan imbasnya adalah,rata-rata kwluarga muda sekarang hanya memiliki satu atau dua orang anak saja.bahkan punya anak banyak sudah seperti aib yang memalukan.

Dan di suatu saat nanti, mungkin setiap orang yang berumah tangga akan ketakutan memiliki anak bila segala keperluan dan kebutuhan hidup belum tercukupi.padahal standart hidup semakin tinggi,mungkin ini pula yang menyebabkan banyak pasangan menunda-menunda punya momongan.

Apakah kondisi ini juga indikasi manusia zaman sekarang sudah luntur kepercayaanya kepada tuhan sebagai penjamin rezeki?sehingga pedoman hidup akhirnya berubah."BANYAK ANAK ADALAH BANYAK MASALAH,SEDIKIT ANAK AWAL BAHAGIA".

Benarkah banyak anak banyak rezeki? Tentu terpulang kepada pemahaman kita masing-masing dalam memaknai kehidupan.

Bagaimana menurut anda?......

Salam dari Kangmatasurya
Sumber foto : pixabay.com
0
1.5K
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.