Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

16mdplAvatar border
TS
16mdpl
Gunung Slamet Dan Sosok Tak Kasat Mata


Jakarta awal 2019, ada pesan masuk ke Whats app ane..

Bang dale: oii ger muncak yuk ke slamet
Ane: lah ayok bang kapan ?
Bang dale: minggu depan ger, bisa gak lu
Ane: sabi bang, siapa aja orangnya? udah beli tiket kereta belom?
Bang dale: reno, lisa ama cyntia, pake mobil gua aja
Ane: lah siap bang emoticon-Cool

Setelah hari hari H kita semua kumpul di lokasi yang di tentukan, jam 10 pagi kita berangkat menembus terik nya jakarta menuju sebuah kota di bawah kaki gunung slamet

Sekitar 8-10 jam perjalanan tibalah ane dan rombongan di base camp bambangan, di base camp seperti biasa kami berbagi canda tawa dengan pendaki lain yang juga ingin ke puncak slamet dari berbagai daerah, tak lupa ane mengeluarkan sebungkus gudang garam filter dan memasak kopi menggunakan kompor yg ane bawa

Di sela sela obrolan santai dengan pendaki lain ane, bang dale dan reno mulai sibuk packing ulang peralatan dan logistik apa saja yg harus kami bawa selama pendakian.

Ternyata setelah bongkar keril masing masing di temukan 3 tenda, punya ane 1 dan punya bang dale 2, akhirnya bang dale memutuskan bawa 2 tenda aja dengan asumsi supaya gak berat dan nanti kita tidurnya yg cowok bertiga sementara lisa dan cyntia di tenda yg lain nya, akhirnya tenda punya ane di titipin di base camp, setelah selesai packing suara suara obrolan para penghuni base camp lambat laun menjadi redup seiring dengan jam yg menunjukan pukul 02.30 pagi, ane pun dan yg lain nya memutuskan tidur sejenak agar bisa memulihkan tenaga untuk esok pagi

Pagi pun tiba, lisa dan cyntia membangunkan kami untuk sarapan dan segera bersiap siap, terlihat lisa dan cyntia habis selesai mandi terlihat dari peralatan sabun yg masih basah di samping mereka, dalam hati ane gila nih cewek cewek bisa aja mandi di udara sedingin ini emoticon-Big Grin maklum gan ane kalo naek gunung paling anti mandi di base camp paling cuma gosok gigi dan cuci muka emoticon-Ngakak (S)

Jam 7 pagi kami semua memulai pendakian seperti biasa awal awal pendakian masih landai di hiasi perkebunan warga tapi cuaca di perkebunan sangat panas, di perjalanan menuju pos 1 dan 2 yg jauhnya minta ampun, gak ada cerita menarik yg harus di ceritain selain rasa lelah kami, menuju pos 3 rombongan mulai terpisah ane sengaja mengambil istirahat lebih lama untuk menikmati sebatang rokok sambil mulai menikmati suasana alam gunung slamet, ane liat cynthia juga masih bersandar di bawah pohon, ane suruh dia jalan duluan tapi dia bilang masih capek mau bareng ane aja, sementara reno, lisa dan bang dale sudah terlebih dahulu melanjutkan perjalanan, bagi ane sebenernya ane lebih suka menikmati jalan sendirian ketika melakukan pendakian karna ane lebih dapat feel nya di dalam hutan, lagi enak enak nya menikmati setiap hembusan asap yang ane keluarkan ane bertemu 2 pendaki yg ikut beristirahat di samping ane, ternyata mereka dari indramayu, mereka terpisah dari rombongan nya yg sudah terlebih dahulu pergi ke atas, namanya mas agus dan mas pendi, ane ngobrol dah tuh sama mereka berdua sampe ngalor ngidul sambil menikmati asap rokok emoticon-army , hampir 45 menit kami istirahat ane dan cynthia pun beranjak pergi melanjutkan perjalanan kembali, sementara mas agus dan mas pendi menyuruh kami jalan duluan dan berpesan ke kami untuk menunggu mereka di pos 3 guna menyambung pembicaraan kami tentang gunung gunung yang pernah kami daki.

Sampai di pos 3 sekitar pukul 4 sore, bang dale, reno dan lisa udah nungguin di warung pos 3 dan setelah berdiskusi kami memutuskan membangun tenda di pos 3 untuk bermalam di karnakan waktu sudah mulai sore, lisa dan cyntia juga sepertinya kelelahan jika terus di paksakan, selain itu kami juga mendapat kabar dari pendaki yg turun bahwa di pos 5 (tempat biasa pendaki nge camp) sudah penuh dan di pos yang lain pun sudah penuh selain juga karna lahan nya yg tidak seluas pos 3 dan 5.

Setelah selesai mendirikan 2 tenda ternyata lisa agak sakit dan bang dale terpaksa harus nemenin lisa di dalam tenda yang sama (mereka ini memang pasangan)

Sementara ane ,cyntia dan reno masuk kedalam 1 tenda lain nya lagi, tapi tenda ini terlalu sesak karna kapasitas nya hanya untuk 2 orang sementara tenda yg besar sudah di tempati oleh lisa dan bang dale

gak habis akal ane pun teringat dengan keberadaan mas agus dan mas pendi yg juga mendirikan tenda di pos 3 karna teman temanya sudah tidak terkejar lagi (sudah camp di pos 5), daripada ane harus ganggu bang dale dan lisa untuk tukeran tenda lebih baik ane ngungsi aja ke tenda mas agus dan mas pendi, pikir ane waktu itu.

Akhirnya setelah menjelaskan kronologi yg ane alami, mereka pun dengan senang hati mempersilahkan ane untuk tidur di dalam tenda mereka, jam 7 malam bang dale dan reno menyusul ke tenda kami sekedar untuk berkenalan dengan mas agus dan mas pendi dan mengajak mereka berdua (mas agus dan mas pendi) untuk summit bersama, dan mereka pun menyetujuinya. Akhirnya malam itu ane, mas agus dan mas pendi berada dalam 1 tenda yg sama dengan kapastitas tenda dome 5 orang yg jauh lebih besar dan nyaman untuk di tempati, sementara reno sama cyntia ane biarkan mereka dalam 1 tenda karna ane percaya mereka gak akan berani macam macam di tengah hutan seperti ini, setelah mengisi perut dan ngobrol naglor ngidul soal politik (mas agus suka banget ngomongin politik, padahal lagi di hutan masih aja ngomongin politik) tentunya sambil menikmati berbatang batang rokok kamipun akhirnya terlelap sekitar pukul 10 malam

Jam 3 pagi kami semua (ane, bang dale, reno, mas agus, mas pendi, lisa dan cyntia) bangun untuk persiapan summit atack karna mengingat jarak kami di bawah estimasi pos tempat camp (pos5) yg seharusnya, maka pagi buta kami sudah harus melakukan pendakian kembali, cuaca pagi yg dingin tentu menjadi tantangan tersendiri di tambah jarak pandang yang terbatas setelah berjam jam berjalan akhirnya kami tiba di puncak sekitar jam 9 pagi.

Puas foto foto dan menikmati udara panas di puncak gunung slamet emoticon-Big Grin, sekitar jam 10 kami memutuskan untuk turun kembali ke pos 3, di perjalanan turun mas agus mengeluh sakit pada kaki nya ketika sampai di batas akhir turunan berpasir (pos 9) kalo gak salah, yg ada bendera indonesia nya (kalo masih ada). Bagian bawah tubuh mas agus bergetar hebat mulai dari paha sampai bawah kaki nya, setelah kami tanyakan ke mas agus tentang kondisi nya dia hanya menjawab mungkin efek kecapaian dan meminta istirahat sejenak, kami pun memberika obat obatan dan salep yg kami bawa dan juga memijat kaki mas agus.

Sekitar 30 menit beristirahat, mas agus belum juga menunjukan tanda2 membaik. Akhirnya kami memutuskan membentuk 2 tim, bang dale, reno, lisa dan cyntia turun terlebih dahulu ke pos 3, sementara itu ane dan mas pendi menemani mas agus sampai bisa jalan kembali.

Lumayan lama mas agus memijat mijat kakinya akhirnya dia berkata untuk segera melanjutkan perjalanan turun dengan catatan dengan berjalan turun perlahan lahan, ane dan mas pendi pun paham dengan kondisi dan maksud mas agus saat itu, kami pun mempersilahkan mas agus untuk berjalan terlebih dahulu sembari memberikan tracking pol kepada mas agus sebagai penunjang langkah kakinya, di ikuti ane dan mas pendi di posisi belakang

Perjalanan kami terasa sangat lama karna harus mengikuti irama langkah kaki mas agus, di tambah cuaca yg sangat panas membuat kami menjadi cepat lelah, sialnya perbekalan minum kami pun hanya tersisa kurang dari setengah botol aqua ukuran 1,5 liter, kamipun berusaha menghematnya sebisa mungkin karna stock air yang lain nya termyata terbawa oleh rombongan pertama yg turun.

Belum juga sampai pos 8 kami melihat pohon kecil yg cukup rindang dan memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon kecil dan ilalang yang cukup meneduhkan kami dari terik matahari.

Ane lihat sekilas mas agus memejamkan matanya, melihat hal itu ane pun segera memejamkan mata ane berharap setelah itu energi ane akan terisi kembali, sementara mas pendi terakhir ane lihat masih terjaga sambil membakar rokok di tangan kirinya.

Entah berapa menit ane tertidur ketika ane terbangun ane lihat mas agus dan mas pendi ternyata tertidur juga dengan santainya, ane pun segera membangunkan kedua nya mengingat sedari tadi kita turun sudah banyak sekali pendaki yg turun melewati rombongan kita dan juga waktu yg semakin sore.

Kamipun melanjutkan kembali perjalanan turun dengan berpuasa minum, untungnya ketika sampai di pos 8 kami bertemu rombongan pendaki yg mau muncak dan ternyata mereka mau mendirikan tenda di pos 8 padahal lahan di pos 8 tidak terlalu luas, setelah meminta sedikit perbekalan minum mereka, kami melanjutkan kembali perjalanan turun ke pos 3.

Dan di mulai dari sinilah kejadian kejadian aneh dan horor yang ane alami, ketika sampai di pos 7 kami tidak beristirahat dan terus berjalan perlahan mengingat track turun nya sudah tidak terlalu terjal sehingga mas agus bisa melangkah dengan konsisten, masih dengan posisi yg sama mas agus, ane dan mas pendi berjalan beriringan hingga pada satu kesempatan entah kenapa rasanya ane sangat ingin menengok kebelakang tapi bukan ke arah mas pendi melainkan ingin melihat suasana belakang

Dan ane melihat sosok anak kecil perempuan, usianya sekitar anak anak sekolah dasar kelas 5 , memakai kaos dan celana panjang, di belakang nya ia terlihat membawa tas yg ia gamblok di punggungnya, anak itu persis berada di belakang mas pendi dengan muncul secara tiba tiba dengan penampilan agak sedikit kucel dan seperti sedang kebingungan mengikuti mas pendi yg berjarak hanya beberapa centi meter di belakang mas pendi.

Meskipun meraskan sedikit kejanggalan dengan kehadiran anak kecil tersebut yang hadir secara tiba tiba, karna kondisi tubuh yg lelah dan ingin cepat sampai di pos 3 ane pun seolah olah seperti gak mau ambil pusing, cuek dan tidak peduli dengan kehadiran sosok anak kecil tersebut.

Ketika sampai di pos 6 kami istirahat sebentar dan ane pun mulai bertanya dalam hati ane kemana perginya anak kecil tersebut, bukan nya ia tadi tepat ada di belakang mas pendi ? seketika ane mulai menerawang bahwa selama ane naik dan turun ane gak melihat ada yg mebawa anak kecil dan berperawakan seperti anak kecil tersebut, terlebih jarak kami dengan rombongan yg di belakang kami pun sangat jauh karna sebelum kami tertidur tadi kami banyak di lewati oleh pendaki lain yg juga ingin turun dan menginfokan bahwa hanya tersisa 1 kelompok rombongan pemdaki dari tangerang saja yang masih ada di puncak (ane tau rombongan tangerang ini karna beberapa kali kami ngobrol bareng di track dan setahu ane tidak ada anggota mereka yg merupakan sosok anak kecil yg ane lihat tadi)

Sebenarnya ane ingin segera menanyakan dan mengkonfirmasi langsung kepada mas pendi tentang sosok anak kecil yg ane lihat saat itu juga, tapi karna ane meraskan bahwa anak kecil tersebut bukan dari golongan kita, maka ane tunda pertanyaan tersebut untuk ane simpan dan tanyakan ketika kami sampai di base camp nanti.

Di tengah rasa penasaran dan lamunan ane terhadap sosok anak kecil tersebut tiba tiba mas agus berdiri sambil memberikan kode untuk melanjutkan kembali perjalanan turun.

Melanjutkan perjalanan hingga kami sampai di pos 5 kami melihat ada beberapa warung yg buka dan Banyak pendaki yg sedang bersantai di warung tersebut sambil menikmati jajanan yg tersedia, kita bertiga pun akhirnya memutuskan istirahat di salah satu warung tersebut membeli air mengingat kami kehabisan air dan menikmati sebatang rokok, tanpa sengaja saya mendengar pembicaraan sekelompok pendaki yg nampaknya sedang bercerita hal hal mistis di gunung slamet, dalam hati ane berkata padahal hal hal seperti ini harusnya jangan di ceritakan saat ini, setidaknya nanti saja ketika sudah ada di basecamp

Gak mau ambil pusing dengan sekelompok pendaki yg sedang berbicara hal mistis di gunung slamet ane pun coba mengalihkannya dengan bercengkrama bersama mas pendi karna mas agus terlihat sedang tegeletak akibat kecapaian

Di rasa cukup istirahatnya setelah membayar kamipun melanjutkan kembali perjalanan dari pos 5 menuju pos 3 untuk bertemu teman teman kami yg menunggu di pos 3.

Sebelum sampai di pos 4 yg terkenal seram itu tiba tiba perut ane kontraksi hebat menandakan ane harus segera mencari tempat untuk BAB, ane pun meminta izin kepada mas pendi dan mas agus untuk buka jalur sebentar.

Tapi cukup sulit mencari lahan tertutup di sekitar area ini, ane lihat di depan ada sebuh pohon yg sangat besar ane pun memberikan kode kepada mas pendi kalo ane akan ke arah pohon besar itu dan menuntaskan nya di dekat pohon itu, disini tidak ada kejadian aneh selain pohon ini yg terlihat lebih besar dan tua dari pohon yg lain nya

Setelah nya kami melanjutkan hingga sampai pos 3 dan bertemu kembali dengan rombongan teman kami yang menunggu di pos 3 sekitar jam 4 sore. Kami memutuskan merebahkan tubuh sebentar dan bergegas turun kembali sekitar jam setengah 6 sore setelah sebelumnya telah selesai packing untuk pulang.

Di perjalanan turun dari pos 3 menuju pos 2 mas agus yg kondisi kaki nya sudah jauh lebih baik memutuskan untuk jalan di posisi depan sementara ane di belakang mas agus, dan sisa yg lain nya tertinggal sekitar jarak 10-15meter di belakang ane.

Maghrib pun tiba, ane langsung memberitahukan mas agus untuk berhenti sejenak sampai suara azan selesai dan menunggu rombongan di belakang sampai di posisi kita agar jarak kita tidak semakin menjauh.

Setelah menunggu kami mendengar suara rombongan di belakang kami sudah semakin dekat, saya dan mas agus memutuskan melanjutkan kembali perjalanan menu pos 2.

Baru beberapa langkah berjalan terdengar suara teriakan wanita yg sangat keras dari arah belakang saya dan mas agus emoticon-Takut, sontak saya dan mas agus kaget dan sudah bisa mengira bahwa itu suara orang kesurupan, saya pun semakin panik dan takut seandainya cyntia ataupun lisa yg kesurupan, saya dan mas agus segera berlari kecil ke arah sumber suara dan untungnya bukan berasal dari rombongan kami melainkan dari rombongan lain yg berjalan di belakang rombongan kami.

Setelah selesai membantu pendaki wanita yg kesurupan, kami semua melanjutkan perjalanan turun, posisi mas agus masih di depan di susul ane, sementara mas pendi, cyntia, reno, lisa dan bang dale tertinggal sekitar 10 meter di belakang ane.

Sekitar 20 menit berjalan terdengar suara bang dale menginstruksikan untuk break sebentar karna lisa dan cyntia kelelahan.

Mas agus dan ane melihat sebuah pondokan semacam warung karna di terangi bola bola lampu disisinya sekitar 20 langkah di depan kami, mas agus dan ane pun sontak teriak ke rombongan belakang untuk istirahat di depan saja karna ada sebuah pondokan atau warung.

Ane dan mas agus langsung mempercepat langkah melewati jalur yg berkelok untuk segera sampai di pondokan tersebut lebih dahulu.

Jreng.. jreng..
Ketika kami berdua sampai.. pondokan itu tidak ada, hanya sebuah pohon besar yg sedang kami pandangi, ane langsung lemes begitupun mas agus terlihat raut wajahnya berubah menandakan ketidak percayaan atas yg kami alami berdua emoticon-Takut. Tapi mas agus tidak bersuara, justru ane yg menanyakan kejadian tersebut ke mas agus, tapi dia tetap diam sambil menurunkan keril nya dan duduk di rerumputan.

Reno dan cyntia yg baru tiba langsung bersuara menanyakan keberadaan warung yg kami maksud dimana. Ane dan mas agus yg masih tidak percaya dengan kejadian tersebut hanya bisa diam saja sambil terduduk dan memutuskan istirahat di rerumputan. Mereka pun ikut istirahat disitu, ane bakar rokok dan mulai mencerna dalam hati ane atas kejadian ini dan kejadian tadi sore tentang sosok anak kecil yg ane temuin ada di belakang mas pendi.

Merasa ada yg aneh ane pun jadi lebih waspada lagi jikalau ada kejadian aneh yang ane temuin kedepan nya lagi.

Waktu isya sepertinya sudah lewat, ane lupa waktu itu setelah istirahat 15 menitan kami jalan kembali hingga akhirnya kami sampai di pos 2 dan berhenti di sebuah warung.

Di pos 2 ini mas pendi dan mas agus bertemu teman teman rombongan nya yg ternyata memutuskan untuk camp 1 malam lagi di samping jalur pos 2 dekat warung karna ada 2 anggotanya yg terkilir dan akan melanjutkan kembali perjalanan saat subuh tiba, mas agus dan mas pendi akhirnya memutuskan untuk camp 1 malam lagi karna merasa tidak enak jika harus meninggalkan teman teman nya.

Saat itu ane sedang menikmati asap asap yg keluar dari mulut ane sambil bersandar di kursi bambu yg ada di warung. Tiba tiba mas agus menghampiri ane dan berpesan selama melanjutkan perjalanan jika melihat hal hal yg aneh tidak usah menghiraukan nya. Ane yg belum paham dengan maksud omongan mas agus hanya diam saja dan dalam hati ane berkata 'apaan sih nih mas agus pake nasehatin gua segala, kan dia di depan gua terus, otomatis kalo gua lihat hal aneh dia juga akan lihat karna pasti dia posisinya di depan gua' (disini ane belom tau gan kalo mas agus dan mas pendi ternyata udah ketemu rombongan nya yg terpisah sejak kemarin siang saat melakukan pendakian)

Selesai istirahat di warung kami bersiap melanjutkan perjalanan turun ke pos 1, Tapi ada yg aneh tiba tiba Mas agus dan mas pendi menyalami ane dan tidak ikut berjalan turun, setelah ane amati ternyata ane baru tahu kalo mereka berdua sudah bertemu dengan teman temannya.

Sial... gumam ane dalam hati, kalo mas agus dan mas pendi gak ada otomatis ane yg jalan paling depan. Dengan pede nya ane tetap jalan paling depan karna sebenarnya jadi navigator saat malam hari seperti ini bukan hal baru buat ane, hanya saja yg membedakan nya suasana malam ini sangat tidak bersahabat di tambah sejak meninggalkan pos 2 beban keril yg ada di pundak ane semakin menjadi jadi terasa beratnya

Ane cuma bisa do'a dalam hati semua surat yg ane hafal di sepanjang jalan turun agar beban keril saya kembali normal dan tidak menemukan hal hal aneh lagi.

Meskipun ane kelelahan karna beban keril yg aneh nya justru semakin berat, ane coba konsisten dengan langkah kaki ane karna ane tau kalo ane mengimbangi langkah kaki teman di belakang ane maka akan kebanyakan istirahat dan berhenti justru akan tambah menyiksa tidak kunjung sampai, sementara cyntia, reno, lisa dan bang dale agak tertinggal beberapa meter di belakang ane.

Sadar posisi ane terlalu jauh dari mereka, ane pun memtuskan beristirahat di bawah pohon besar di samping jalur turun menuju pos 1, dengan harapan bisa bersandar di batang pohon tersebut yg sangat besar, ane mulai menurunkan keril dan duduk bersandar, tidak lupa sebelumnya dalam hati ane berucap asalmualaikum dan meminta izin beristirahat sejenak di bawah pohon tersebut karna saat itu perasaan ane yakin ini bukan pohon biasa dalam artian ada sosok yg menempatinya karna aura nya sangat tidak enak.

Sekitar 3 menit ane istirahat, ane lihat cyntia berjalan mendekati ane, di ikuti reno, lisa dan bang dale di belakangnya, kemudian cyntia bersuara "aduuuuuuuh... !!!" Sontak ane bangkit dari duduk berniat mencari mencari tahu apa yg terjadi dengan cyntia, sialnya ketika ane bangkit dari duduk, jadi ane kan saat duduk mengadap ke arah cyntia dan melihat cyntia, terus ketika ane coba bangun ane kan coba pegangan sama batang pohon yg besar untuk menopang badan untuk bangun, otomatis badan ane berputar dan pandangan ane juga berputar ke arah depan pohon, nah cahaya headlamp yg ane gunakan menangkap gumpalan gumpalan asap yg anehnya makin lama membentuk wujud seorang perempuan berambut panjang dan berbaju putih (mukanya ane gak sempet perhatiin, yang jelas baru bentuk setengah badan kakinya belom terbentuk) sadar dengan apa yg akan terjadi kedepan nya jika ane terus memandangi sosok tersebut buru buru ane buang pandangan ane dari arah sosok tersebut dan berlari kecil ke arah cyntia yg menangis mengeluarkan air mata seperti menahan rasa sakit di kakinya karna kesandung sesuatu. emoticon-Frown(Ane waktu ngetik bagian si mbak kunti langsung merinding gan hahaha)
0
1.3K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Catatan Perjalanan OANC
Catatan Perjalanan OANCKASKUS Official
1.9KThread1.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.