Barangkali GanSis semua sudah pernah baca atau dengar kisah cinta Qais dan Laila.

Ya, kisah percintaan umat manusia dari tanah Arab ini begitu melegenda di berbagai negara.

Sebuah kisah cinta paling memilukan yang pernah terjadi sepanjang sejarah peradaban manusia.



Cerita yang berasal dari Persia (Iran) sejak abad ke-9 ini dituturkan secara turun temurun, dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.

Meski setiap cerita yang dikarang oleh penulis yang berbeda, melahirkan corak dan versi yang berbeda pula, tapi inti cerita tetaplah sama.

Dan cerita ini semakin populer ketika dirangkai ulang dengan jalinan kata yang indah oleh seorang pujangga asal Persia, bernama Nizami Ganjavi, pada abad ke-12.

Selain itu, karya Nizami ini dianggap sebagai versi yang orisinal dari cerita Qais dan Laila, sehingga penerjemahan pada abad berikutnya banyak merujuk kepada karya Nizami ini.
****
Qais adalah seorang pemuda yang teramat tampan. Dalam satu versi ia dikatakan berasal dari keluarga sangat miskin, namun versi lain menyebutnya dari kalangan hartawan. Ia jatuh cinta pada gadis tercantik di tanah Arab bernama Laila.



Cinta mereka sebenarnya bak gayung bersambut, namun terhalang oleh ketiadaan restu dari orang tua Laila, yang menginginkan putrinya tersebut menikah dengan seorang bangsawan.

Terhalangnya cinta itu membuat Qais akhirnya menjadi ‘gila’, sehingga ia disebut ‘Majnun’ (Madman), maka kisah cinta mereka kadang juga disebut ‘Laila dan Majnun’.

Meski disebut gila, namun justru dalam kegilaannya itu Qais menjadi pujangga besar, yang mampu merangkai kata-kata cinta yang teramat indah yang didedikasikannya buat Laila.
***
Rasanya tak perlu saya ceritakan ulang kisah cinta mereka. Di sini saya lebih fokus untuk membahas cintanya Majnun kepada Laila, sebagai wujud atau manifestasi cinta Tuhan di muka bumi.

Diceritakan, seorang ulama sufi bermimpi bertemu Qais sang Majnun. Dia bertanya, ‘apa yang dilakukan Tuhan terhadapmu?’

‘Tuhan mengampuni dosa-dosaku’, jawab Qais teramat senang.

‘Gerangan apakah sehingga Dia mengampunimu?’

‘Itu semua karena kisah cintaku terhadap Laila, menjadi ibrah & ibarah(pelajaran & perumpamaan) bagi umat manusia dalam mencintai Tuhannya’, sahutnya.

Sufi itu terbangun dan merenung. Apa dan bagaimana sih cinta Qais kepada Laila?

1. Tuhan hanya bisa dicintai tapi tak bisa dimiliki. Atau hanya bisa dimiliki secara batin di dalam hati, namun tidak bisa secara fisik. Begitulah cinta Qais kepada Laila, meski tak bisa memiliki raganya, namun jiwa dan batin mereka menyatu dalam ikatan cinta yang teramat kuat.

2. Jika seseorang mendapatkan dan merasakan cintanya / mencintai Tuhan, walaupun hanya setetes, maka ia akan menjadi gila, yakni tenggelam dalam kenikmatan cinta tersebut, dan tidak peduli lagi dengan apa kata dunia.

Kejadian ini pernah terjadi pada seorang pemuda dari umat Nabi Isa as. Dan kejadian ini pula yang terjadi pada Qais dalam mencintai Laila.

3. Untuk dapat bertemu dan menyatu dengan Tuhan yang dicintai, maka hanya bisa melalui jalan rohani, yakni setelah kematian.

Qais dan Laila baru bisa bersatu dalam keabadian cinta, setelah kematian keduanya dan dimakamkan berdampingan.

4. Tuhan adalah milik semua umat manusia, dan boleh dicintai oleh siapa saja. Karena itu, Laila juga dicintai dan diperebutkan oleh banyak pemuda.

Namun hanya orang-orang yang tulus mencintai-Nya saja yang berhak mendapatkan balasan cinta-Nya.

5. Tuhan itu tak dapat disentuh atau diraba. Karena itu, sampai akhirnya hayatnya Laila masih perawan meski ia punya suami.

Banyak lagi pelajaran dari kisah Qais dan Laila, sebagai manifestasi cinta Tuhan di muka bumi. (*) Ref