Namanya Kamino, memiliki seorang istri bernama Farida. Sehari-hari Kamino bekerja sebagai penggali kuburan. Tinggal di area kuburan bersama istrinya itu. Sudah enam bulan usia kandungan Farida. Kamino sangatlah bahagia, tentunya. Begitupun dengan Farida, sebisa mungkin dia jaga kandungannya tersebut.

Suatu hari, Farida sedang bermalas-malasan di atas ayunan yang dibuatkan oleh Kamino. Sejuknya angin membuatnya tertidur. Namun, mimpi buruk seketika membuatnya terkejut, melompat dan tidak sadar kalau dia sedang mengandung. Akibatnya, ia terjatuh dan mengalami pendarahan hebat.

Tidak ada orang yang tahu. Hanya saja, ketika Kamino mendapati sang istri, Farida sudah meninggal. Alangkah sedih hati Kamino. Hidupnya serasa hancur berkeping-keping. 

Di hari itu juga ia memandikan dan mengafani jasad Farida. Menguburkannya sendiri tanpa ada yang menemani. Melewati kesedihan itu dalam sunyinya kuburan.



Setelah malam benar-benar merayap sepi, Kamino masih terpekur di samping kuburan Farida. Bertanya-tanya di dalam hati, kenapa cobaan yang diberikan begitu kejam? Sungguh, Kamino merasakan dunianya runtuh. Dalam desauan angin, lapat-lapat telinganya menangkap tangisan bayi. Awalnya, Kamino mengira itu adalah suara setan-setan penunggu kuburan, tapi semakin dia dengar, semakin jelas kalau tangisan itu bersumber dari dalam kuburan istrinya.

Siapa yang bisa menolak kuasa Tuhan? Bayi yang dikandung oleh Farida, lahir di dalam makam ibunya. Dalam keadaan prematur tapi sehat wal afiat. Kamino merasa beban berat yang tadi menghimpit bahunya seakan-akan diangkat dan dibuang dari pundaknya.

Dia ciumi bayi tersebut, dan memberinya nama Kinkin. Walau tetap saja ia harus kehilangan istri yang ia cintai.

Sekilas, cerita ini terdengar tidak masuk di akal dan terkesan mengada-ada. Namun, itulah hebatnya kekuatan tulisan. Mampu membuat emosi pembaca seolah-olah diobrak-abrik. Setelah kita disuguhkan dengan adegan kematian yang memilukan, lalu dibuat terharu dengan kehadiran si bayi yang setidaknya membuat Kamino kembali mendapatkan separuh nyawanya yang hilang.

Bukan itu saja, suasana yang dibangun dan penggambaran situasi dramatis tersebut benar-benar mampu mmebuat kita masuk ke dalam cerita. Merasakan bagaimana Kamino menangis-nangis, merasakan bagaimana Farida berjuang ri atas rasa sakit yang menggurita. Walau akhirnya ia kalah. Menyerahkan hidupnya pada kehendak takdir.

Namun, Tuhan itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ingatlah, tidak ada yang bisa melawan kuasa Tuhan.

Sampai di sini, apa yang bisa pembaca simpulkan? Scene yang ada dalam novel Cantik Itu Luka, karyanya Eka Kurniawan benar-benar membuat kita sesak napas, lalu disembuhkan dengan kejadian yang tidak terduga.

Bagi kalian yang belum baca novel tersebut, ane sarankan segera, deh, baca. Sayang, kalau dilewatkan.

Ini bukan review, ya, cuma menyampaikan salah satu adegan yang membuat hati nyeri ketika membayangkannya.

Eka Kurniawan siapa, sih?

Cek aja di mari,