Kembali untuk memenuhi janji saya, saya akan melanjutkan pengalaman saya saat menempuh perjalanan pulang.
(mohon maaf untuk malam suro kemaren saya tidak jadi thread karna ada satu dua hal yang membuat saya mengurunkan niat untuk Thread malam itu)
Dan Dia Mengikuti
-
Quote:
Kembali saya melihat-lihat sekitar.
saya menyadari sesuatu, area dari saya mengantuk berat tadi sudah berbeda jauh, ya, benar, ini jarak yang lumayan jauh dari terakhir saya menyetir dan mengantuk, saya sadar betul itu. Saya terheran-heran
"lha awet mau iki motor mosok iso mlaku dewe??? " (dari tadi masak ini motor bisa jalan sendiri??)
Entah apa yang akan terjadi lagi nanti sudah menyingkirkan dulu fikiran tersebut. Di malam yang semakin larut saya mantap melaju kembali.
Dan benar saja, langit menangis dan juga sangat marah malam itu, tetesan air matanya sangat deras hingga membasahi seluruh tubuhku, dalam hati
"as*, gak gablek mantel(anj***, ngga ada mantel)"
Penyesalan itu yang terbesit dibenak saya karna saya sangka takkan ada hujan hari ini, namun itu hanya berlaku dikota Y********, saya tidak terfikir bila lintas daerah akan beda jadinya. Akhirnya dengan terpaksa saya terjang langit yang menangis ini dengan sekuat tenaga, hanya ada satu tekad bulat
"pokok gak usah mandek sampe tekan ngomah wes(pokoknya ngga bakal berhenti sampe rumah)"
Masih dengan semangat menerjang badai di keadaan langit yang sedih ini, saya melaju kencang hingga sampailah saya di kota S*****. Ada dua opsi pilihan rute dimana satu tinggal lurus menuju kota tersebut atau berbelok dan mengikuti jalan alternatif yang sudah mulai setengah jadi renovasinya, dan pilihan saya jatuh pada rute lempeng lurus tak berkelok-kelok menuju kota S***** dengan alasan agar bertemu keramaian dan juga hiruk pikuk manusia dikota tersebut, juga karna saya mulai bernyali kecil untuk kembali menuju jalan sepi nan sunyi yang hanya ada persawahan dengan jarak pemukiman yang lumayan jauh. Maka dari itu saya tancap gas melaju lurus.
"brrrrrrrtttt.... Wush.. Wush"
Dari baju celana yang basah kuyub hingga kembali hampir kering karna angin-anginan dijalan, dari jalanan sepi hingga bertemu tempat ramai seperti ini, saya mulai menikmati perjalanan ini, hawa dingin setelah hujan membuat sekujur tubuh mulai menggigil, terselamatkan oleh angin dari terjangan motor, membuat tubuh lebi nyaman karnanya, melaju melintasi alun-alun yang ramai akan pengunjung, juga banyaknya jajanan pinggir jalan yang menggoda nafsu mata hidung hingga lambungku. Tapi saya urungkan untuk berhenti dan tetap melaju di kecepatan 60km/jam (jyaaaaaah, mohon maaf agan sista jika diluar ekspektasi kecepatannya, maklum motor legend alias sudah uzur, bisa ngegas masuk 70-80km saja syukur, dan sudah membuat bergetar seluruh bagian motor sampai membuat saya ikut tremor )
Hingga tibalah saya di perbatasan Provinsi, melihat Gapura bertuliskan "Selamat Datang PROVINSI JAWA TIMUR" itu sangat sangat membuat saya berbahagia, berbangga hati juga sangat lega setelah perjuangan 3-4jam kurang lebih melalui banyak rintangan jalan, langit yang menangis juga batuk sesekali uhuk-uhuk, sampai dengan kejadian diluar nalar yang dilalui dalam kurun waktu tersebut membuat saya merasa sangat puas bisa sampai dititik ini, seperti belum pernah berada dalam pencapaian tersebut.
Saya dengan hati yang senang melaju dan terus melaju, hingga melewati pesantren Putri dipinggir Jalan yang Lumayan kondang namanya seantero negri, Sebut Saja Pesantren Go**** Putri I. saya tetap saja melewatinya dengan tujuan lurus untuk cepat sampai kampung halaman, masi tancap gas dan terus tarik lepas gas motor saya
"pokok e gas poll rem poll, g sah mandek-mandek (pokoknya gas poll rem poll g usah berhenti)"
Teriak saya dalam celetuk begitu saja. Hingga tibalah saya melewati sebuah jembatan timbang untuk angkutan barang, banyak truk-truk melintas sebelumnya, namun, jalan yang tadinya ramai banyak pemukiman di kanan dan kiri jalan mulai nampak sepi, begitupun kendaraan yang lulu lalang juga mulai tak seramai sebelumnya. Berganti menjadi pepohonan rindang lebat yang jika dilihat dengan mata telanjang seperti tak berujung, gelap, sangat gelap. Tak terlihat ujungnya saya pandang jauh ke dalam, hanya gelap dan gelap, sunyi sepi mulai terasa, saking heningnya, hanya terdengar suara deru motor saya juga motor lain yang melintas. Penerangan juga mulai minim, hanya ada satu dua penerangan jalan yang kadang redup kadang nyala, juga ada yang mati. Menambah ketegangan yang sedari tadi menyerang, membuat fokus terpecah karna kalah oleh rasa takut. Tak sadar bahwa saya lupa bila setelah melewati jembatan timbang itu saya akan masuk di "Alas" yang lumayan termasyur memakan banyak tumbal dengan banyaknya kecelakaan yang terjadi dirute ini. Yah benar, Alas Man******. (konon ada cerita tentang Bus yang isinya lelembut semua yang bisa membawa petaka bagi yang melihatnya. Hiiiiiiiiii saat saya mengetik bagian ini bulu kuduk saya sampai berdiriiiiii).
Mukaku yang tadinya sumringah mulai mengkerut habis, juga laju kendaraan yang tadinya melenggang santai mulai tancap gas kembali dengan kecepatan penuh. Perasaan tidak enak menandakan bila keadaan sudah tidak bersahabat, saya berfikir untuk lekas lepas keluar dari Alas ini, tanpa berfikir panjang saya langsung melaju kencang sekencang-kencangnya, namun anehnya, motor yang tadinya kencang seolah-olah kehilangan kecepatannya, saya sudah tarik gas sampai mentok, tapi laju motor bukan melaju kencang malah melambat dan terus melambat, bahkan, mulai ada keanehan lain, jok belakang yang hanya ada tas saya menjadi berat dan semakin berat. Layaknya membawa karung padi 3-4karung seperti saat saya disuruh untuk menggilingnya menjadi beras saat dikampung.saya mulai frustasi karna motor yang mengalami keanehan ini
"Dan***, tor motor we ngopo to jane, apane seng rusak iki?????? (Dan***, motor ini kenapa sih, apanya yang rusak ini?????)"
Dan tak lama setelah saya mengumpat
"Hiiiii...hiii..hiiii"
Terdengar jelas suara tawa itu ditelinga kanan saya, benar, itu adalah Mbak Kunthi yang berada dijok belakang alias
SAYA BONCENG.
Saya mencoba melirik dari kaca untuk memastikan apa yang saya rasakan, namun, tak ada sesosok apapun yang nampak dikaca itu, hingga saya mulai merasa ada yang meraba pundak saya, saya mencoba tidak panik terus tarik gas motor ini.
Namun, semakin saya hiraukan, si mbak Kunthi ini semakin menjadi, yang tadinya hanya meraba dia mulai meremas pundak kanan saya, dan tidak sengaja saya menengok?!, apa yang saya lihat takkan pernah saya lupakan, sesosok solid dengan muka banyak belatung, rambut ikal panjang dengan baju abu-abu lusuh penuh dengan cairan yang amat sangat menusuk baunya terbawa angin tapi silih berganti dengan bau wangi-wangian bunga entah apa saya tidak paham namun sangat wangi.
Saya hanya pasrah dan mengucap doa-doa yang bisa saya ucap, tak peduli apapun lagi yang terlintas langsung saya ucap. hanya itu, hanya itu yang terus menerus saya lakukan. Dan ...
Saat melewati sebuah lapangan disebelah kiri jalan,sosok mbak kunthi itu lenyap begitu saja
Namun, motor ini masih saja belum terasa normal dengan kecepatan tak kunjung kembali. Saya terus tarik gas sampai mentok tok tetap tak mengubah apapun, hingga akhirnya saya melewati suatu tempat pengisian bahan bakar kendaraan dikanan jalan, seperti ingin melompat, ini motor menghentak hampir lompat seola-olah lepas dari hal yang menahannya. Saya masih belum bisa berfikir jernih, hanya bengong sejenak diam tanpa sepatah katapun, dan
"Astagfirullah hal adim, Alhamdulillah Gusti taseh diparingi slamet"
Saya bersyukur dan berhenti sejenak di SPBU tersebut. Jalan tinggal sedikit lagi untuk mencapai kampung halaman. namun saya masih belum bernyali untuk melanjutkan perjalanan, saya masih shock syiooooook entah apalah itu pokoknya saya masih terngiang terbanyang dan tak bisa beralih dari kejadian tersebut. Ada kisaran seperempat jam saya bengong dan terduduk lesu lemas tak berdaya.
Jam menunjukan pukul 10 lebih, saya harus kembali melanjutkan perjalanan, mau tak mau, bernyali ciut ataupun trauma saya mencoba mengenyampingkan hal itu, memantapkan tujuan untuk melaju kembali dengan badan menggigil tangan tremor saya melaju pelan pelan dan pelan.semoga di sepertiga perjalanan terakhir menuju rumah ini tak ada lagi kejadian yang membuat saya kembali tak berdaya.
Dan bersama motor supra X 2000an warna merah ini saya pelan amat pelan melaju kembali
To Be Continue.....
Bersambung.....
Oke gan segitu dulu cerita dari saya malam ini, mungkin minggu ini cerita ini akan saya akhiri. Jadi semoga cerita ini dapat menghibur agan sista semua. jika ini cukup menghibur saya akan lanjutkan dengan beberapa cerita yang mungkin kejadiannya tidak jauh dari kejadian ini. Dan saya juga masih butuh koment, masukan untuk kedepannya agar tetap konsisten.
Salam telo dari saya, karna telo selalu enak saat hangat dan mengenyangkan pula, seperti salam telo ini, salam hangat dan bersahabat