Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Bendera Bintang Kejora, Bendera Mimpi Warisan Kolonial (Bagian Pertama)

i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Bendera Bintang Kejora, Bendera Mimpi Warisan Kolonial (Bagian Pertama)


Bendera Bintang Kejora, Bendera Mimpi Warisan Kolonial (Bagian Pertama)

Ada kesedihan ketika Papua, bumi Cendrawasih bergolak. Ada kemarahan ketika api membakar segalanya, memporakporandakan ketenangan. Ketenangan yang memang menyimpan bara api, dimana apapun juga yang menyakiti hati warga asli Papua, maka akan dibalas dengan teriakan merdeka dan isu referendum.

Tulisan ini adalah tulisan khusus yang disusun TS yanh dirangkum, disusun, dan dirangkai dengan kalimat dari TS, dan menjadi tulisan panjang. Untuk itu TS sengaja membagi tulisan ini menjadi 3 bagian agar pembaca tidak jenuh. Disamping itu agar tulisan ini dapat menjadi referensi di Kaskus, bagi semua Kaskuser dan tentunya bagi seluruh generasi muda, khususnya generasi muda Papua yang peduli dengan tanah kelahirannya, bahwa mengetahui sejarah itu penting agar kita dapat mengambil hikmah, mengambil pelajaran dari sana, kemudian mengambil yang baik membuang yang buruk, agar kita tidak tersesat dikemudian hari.

Bendera Bintang Kejora, menjadi simbol perlawanan warga Papua yang setengah hati menerima Indonesia menjadi Ibu Kandungnya, Ibu dari jutaan warga negara Indonesia yang terdiri berbagai macam suku bangsa di negeri yang indah dan besar ini, yang membentang dari Miangas sampai Pulau Rote, dari Sabang sampai Merauke.

Namun, benarkah bendera Bintang Kejora adalah bendera budaya? Ataukah sebenarnya selembar kain bermotif gambar bintang dan garis dengan paduan warna merah, putih, dan biru itu sebenarnya adalah bendera separatis seperti bendera GAM atau RMS?

Ini sejarahnya.

Sejarah Bendera Bintang Kejora dan Penciptanya

Berdasarkan sejarah yang tertulis dari berbagai sumber yang TS himpun, Bendera Bintang Kejora memiliki nama lain Bendera Papua Barat atau Bendera Bintang Fajar (Morning Star Flag).

Bendera Bintang Kejora terdiri atas sebuah bintang putih berlatar belakang merah dengan stip horizontal tujuh garis biru dan enam garis putih.

Spoiler for Bendera Mimpi Warisan Kolonial:


Bintang Kejora memiliki makna sebagai bintang fajar atau bintang yang muncul di langit pada subuh sebelum matahari terbit.

Biasanya, bintang kejora menjadi penuntun navigasi untuk para nelayan yang berada di tengah lautan untuk menentukan arah pulang.

Ada pula sumber lain yang mengatakan bahwa bintang kejora berasal dari mitos Manarmakeri dari Biak.

Manarmakeri kala itu menderita penyakit kucil yang membuatnya dikucilkan di kampungnya.
Kemudian Manarmakeri bertemu dengan Sampari (bintang fajar/bintang kejora) yang kemudian menyembuhkan penyakit Manarmakeri.

Selain itu, kesaktian Sampari juga berhubungan dengan Koreri, keadaan hidup sejahtera dan abadi.
Sehingga bintang kejora dianggap sebagai simbol kesejahteraan.

Namun apapun mitos dan fakta mengenai arti bendera Bintang Kejora, hanya penciptanyalah yang tahu. Sayangnya pencipta bendera tersebut telah tiada pada tahun 2017, 7 tahun setelah beliaun kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

Siapakah tokoh pencipta bendera Bintang Kejora? Ini dia.

Tokoh di balik penciptaan Bendera Bintang Kejora ini adalah Nicolaas Jouwe, salah seorang elite terdidik Papua.

Nicolaas Jouwe adalah seorang alumni sekolah pamong praja Jayapura yang didirikan Residen Belanda, Jan Pieter Karel van Eechoud pada tahun 1944.

Spoiler for Nicolaas Jouwe:


Nicolaas Jouwe (lahir di Jayapura, Papua, 24 November 1923 – meninggal di Jakarta, 16 September 2017 pada umur 93 tahun).

Nicolaas Jouwe adalah pemimpin Papua yang terpilih sebagai wakil presiden dari Dewan Nugini yang mengatur koloni Belanda, Nugini Belanda. Sementara itu yang bertindak sebagai presiden dari Dewan Nugini adalah seorang pegawai negeri Belanda, Frits Sollewijn Gelpke.

Jouwe adalah politisi Papua yang mendapat jabatan tertinggi di koloni tersebut. Setelah koloni tersebut diserahkan ke UNTEA pada Oktober 1962 dan enam bulan kemudian diserahkan ke Indonesia, Jouwe meninggalkan Papua dan pergi ke Belanda, disana ia menetap di kota Delft. Dia bersumpah tidak akan pernah kembali ke tanah kelahirannya jika masih diduduki oleh Indonesia, tetapi pada tahun 2010 ia kembali ke Papua Barat dan kembali menjadi WNI. Pada saat itu Jouwe berubah dari seorang yang pro-kemerdekaan Papua menjadi pro-Indonesia.

Padahal tahun 2008, dalam sebuah film dokumenter yang ditayangkan di Belanda, Jouwe bersumpah tak akan pernah kembali ke Papua, tanah kelahirannya, selama kuku Indonesia masih mencengkeram tanah Papua. Dia menganggap bahwa Indonesia adalah penjajah, yang menjajah Papua. Begitu bencinya Jouwe pada Indonesia hingga melabeli Indonesia dengan predikat penjajah, padahal dalam Dewan Nugini, Jouwe hanya diangkat sebagai Wakil Presiden, sementara yang menjadi Presiden adalah warga negara asli Belanda. Ini jelas memberi fakta bahwa Papua memang negara boneka Belanda, dibentuk demi kepentingan Belanda, dan warga pribumi Papua tetap dianggap warga kelas 2. Dan Belanda berbuat seperti itu agar Indonesia tidak dapat memperoleh kembali tanah Papua ke pangkuan Indonesia yang jelas-jelas berhak sesuai dengan perjanjian bahwa seluruh tanah jajahan Belanda di Nusantara adalah tanah air Indonesia.

Setelah tayangan dokumenter tersebut, pemerintah Indonesia tergerak untuk mengundang Jouwe melihat tanah kelahirannya. Ini dimaksudkan agar Jouwe tidak hanya mendengar dari sebelah pihak, bahwa Papua ditelantarkan Indonesia, dikuasai dengan kejam, diperas sumber daya alamnya, dan tidak diberikan hak-haknya sesuai dengan hak suku bangsa di Indonesia lainnya.

Maret 2009, Jouwe datang ke Papua sesuai undangan pemerintah Indonesia. Dan ketika Jouwe sampai di tanah kelahirannya, beliau melihat dengan mata kepala dia sendiri bahwa apa yang dia dengar selama ini ternyata bertolak belakang dengan kenyataan yang ada. Alhasil pada tahun 2010 beliau kembali datang ke Indonesia, ke tanah Papua dan berikrar setia dengan Indonesia!

Mantan petinggi OPM, orang yang paling penting dalam isu kemerdekaan Papua, pencipta bendera Bintang Kejora, kembali ke pangkuan Indonesia. Lantas kenapa mereka-mereka yang pastinya tahu soal sejarah bendera Bintang Kejora, sejarah hidup Nicolaas Jouwe, justru mengingkari dan tetap memainkan isu kemerdekaan Papua? Ini yang jadi pertanyaan. Dan ini hampir mirip dengan kembalinya Daud Beureuh dengan GAMnya di Aceh yang akhirnya kembali kepangkuan Indonesia. Kenapa saat itu isu kemerdekaan Aceh tetap didengungkan? Tak lain dan tak bukan adalah kepentingan segelintir orang yang menjual masa lalu, menjual mimpi sesat, menjual emosi masyarakat, ditambah lagi kepentingan negara lain yang mengincar sumber daya alamnya. Dan kembali lagi kita diingatkan oleh lepasnya Timor-Timur dari pangkuan Indonesia yang hampir 90% penghidupan warga negaranya dipasok dari Indonesia. Apa jadinya jika Indonesia menutup perbatasan, menstop suply bahan pokok, dan lain-lain kepada negara bekas propinsi di Indonesia itu? Mati kelaparan!

Sekian dahulu trit pembuka ini yang ane anggap sebagai Trilogi Bintang Kejora, bagian pertama dari 3 trit tentang apa-apa yang berhubungan dengan bendera Bintang Kejora yang jadi perdebatan, apakah bendera Bintang Kejora hanya sebagai bendera budaya, ataukah nyata-nyata bendera separatis.

Sumber :

Disini
Disini


Yang Akan Datang : Pejuang Papua Yang Tersesat, Ditipu Belanda Selama Puluhan Tahun!







nona212
MirrorBoy
gpandita
gpandita dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.6K
10
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.