Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

thatxmineAvatar border
TS
thatxmine
Pengen deh jadi penulis.
“Ice Caramel coffee jelly ukuran Ariana-nya dua yah,” pintaku yang langsung membuat Kakak barista terpaku. Sementara Joy hanya terkikik mengerti apa maksudku. 


“Engga sekalian ella – ella – eh – eh?”

Eh! Suara apa itu? Aku menyahut dalam hati dan seketika itu menoleh ke kiri. “Anjrit! Don-Donny?!” ucapku kaget bertemu dirinya.

“Apa kabar?” sapaku basa-basi.

Sementara Joy membatasi jarak dengan Donny. Dia tidak pernah suka—lebih tepatnya pura-pura—bahkan sejak cowok itu belum kenal diriku. Joy lebih memilih berbincang sedikit dengan kak Yoel, si barista. Katanya aku ini siluman kelinci, jadi hati-hati. Begitu ujarnya yang berhasil membuat Kak Yoel tertawa geli. Untungnya kedai kopi sedang lengang, jadi kaka polem-ala-Asthon Kutcher itu bisa menanggapinya. 


“Sama siapa di sini?” tanya Donny usai bersalaman. 


Namun aku hanya memberi lirikan ke arah Joy. Takutnya, dia mendadak kolaps, teringat dulu pernah ditendang begundal itu tepat di bolanya. Aku jadi terkikik sendiri mengingat kejadian itu. Tapi siapa sangka, Donny malah menyapanya, “Hai Joy…”

Malangnya yang ia dapat hanya senyuman sinis mak lampir. “What on earth is wrong sih Joy? masih dendam aja,” gumamku dalam hati Hello Kitty. 


“Atas nama Kak Nena!” panggil seorang barista lain dari kejauhan. Aku dan Joy pun bergegas menghampirinya.

Bulir-bulir dingin itu membuat kami ingin segera meneguknya. Seruput manis karamel yang melewati tenggorokan mampu menyapu bersih penat dan seribu pikiran yang tak pantas dipikirkan. 


AWW! Tiba-tiba Joy menyenggol lenganku dengan siku.


”Gue nyenggol lu pake siku ya! Bukan pake pisau emaklu!” sewot Joy seketika.

Aku hanya tertawa manja dan ternyata aku lupa masih ada Donny di belakang. 


“Masih lenje aja yah si Nena ini,” ujar Donny mengkonfirmasi ke Joy dengan tatapannya. Sementara aku terpaksa tertawa malu-malu.

“Duduk di sana yuk!” ajakku ke mereka. 


“Bertiga?” tanya Joy sedikit panik.


“Ber-enam!” ketusku sebelum melanjutkan, “Sama bayangan kita!” 


Donny tertawa girang, namun aku langsung menutup mulutnya. 
”Gimana kerjaan kamu? Ku dengar sudah jadi manajer yah?” tanyaku kembali basa-basi.


”Gak nyangka,” ucapnya kemudian tersenyum sepertiingin tertawa. 


Aku pun memutar bola mata dan menariknya ke kanan. Penasaran apa maksudnya. Namun Joy sama sekali tidak peduli. Dirinya sibuk membolak-balik lembaran majalah yang kutahu bukan topik-nya banget. Pasti dirinya sangat membatin, harus pura-pura menyukainya.


Donny menyeruput Americano-nya kemudian berkata, “Gak nyangka aja, kamu masih suka kepo-in aku.”


Aku tercengang, dalam hati berteriak sialan. Aku kira pertanyaan itu cukup basi tapi kenapa jawabannya menohok gitu. Seakan tiba-tiba Joy mencekikku dan berteriak, “Jangan gangguin co….”


“Nena… Na…”



---------------------------


“Kenapa sih dia mesti muncul setelah abad berganti…” keluh Joy. 


“Biarin aja sih! Donny juga manusia yang sama-sama hidup di bumi,” timpalku sembari membersihkan make-up di wajah. 


Joy bergeming, sebelum akhirnya berkata lagi, “Kenapa sih tadi lu pake bengong segala kaya ayam tetelo di depan Donny?” 


“Sorry,…” jawabku kemudian menghela napas. 


Hidup ini bukan penuh lika-liku, tapi penuh—kenapa sih? Joy hanya menatapi langit yang tak berbintang. Angin malam semilir masuk ke kamar menyentuh kulit kami yang lembab. Joy memutuskan untuk bermalam di kamarku yang mungil. Kasur Hello Kitty ukuran single harus dibagi tiga—Aku, Joy dan si Putri. 



Ponselku tiba-tiba berdering. Sebuah panggilan tidak dikenal. Joy yang mengangkatnya. Aku menyuruhnya karena aku males berurusan dengan orang jahil. “Halo!” jawab Joy ketus.

Tut! Panggilan diputus sepihak setelah beberapa detik tanpa sapaan balik. Dasar orang gila! 


“Siapa?” tanyaku.


“Orang yang baru punya HP,” jawabnya santai kemudian merebahkan tubuhnya di kasur.

Tubuhnya berhadapan dengan si Putri yang sudah tertidur pulas. Kemudian dipeluknya. 
Kucing putih yang manjanya melebihi manusia.

Bayangin aja, dia tidak pernah mau digendong olehku sampai akhirnya dia menyerah. Karena Donny ketika itu harus kuliah di luar kota, mau tak mau dia harus hidup denganku. Gajiku yang seberapa kubagi berdua dengannya. Kalah Ratu Inggris hidupnya. 


Tak lama setelah Joy tertidur pulas, ponselku kembali berdering. Nomor yang muncul di layar tetap tidak ku kenal. Aku penasaran apa sih maunya? Siapa sih dia? Kuputuskan untuk mencoba menerimanya.

“Halo…”




Baca cerita selanjutnya di sini!
Diubah oleh thatxmine 10-09-2019 04:47
0
447
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Buku
BukuKASKUS Official
7.7KThread4KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.