Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

n4z1.v8Avatar border
TS
n4z1.v8
Ricuh Aksi Unjuk Rasa di Papua, 1 TNI Tewas, Massa Rampas 10 Senjata Aparat


Ricuh Aksi Unjuk Rasa di Papua, 1 TNI Tewas, Massa Rampas 10 Senjata Laras Panjang Aparat

TRIBUNNEWS.COM, JAYAPURA - Kerusuhan terjadi di sela aksi unjuk rasa massa di Wagethe, Ibu kota Deiyai, tepatnya di halaman Kantor Bupati setempat, Rabu (28/8/2019).

Kapendam XVII/Cendrawasih, Letkol Eko Daryanto mengatakan, kerusuhan itu menewaskan seorang anggota TNI akibat tertancap panah.

Bahkan, lanjut Letkol Eko Daryanto, 10 pucuk senjata api laras panjang jenis SS1 V2 lenyap dirampas massa.
“Ada yang rampas senjata api milik anggota di lapangan, 10 pucuk hilang,” ujar Kapendam dalam keterangan pers yang diterima, Rabu (28/8/2019).

Letkol Eko Daryanto mengatakan, perampasan senjata terjadi saat massa menyerang aparat keamanan.
“Aparat terdesak dan massa merampas senjatanya,” kata Kapendam.
Sementara, aparat yang tewas dan terluka serta demonstran yang terluka sudah dievakuasi dari lokasi kejadian menuju Paniai.
“Telah tiba di RSUD Paniai, korban dari demonstrasi bertema rasisme di wilayah Distrik Waghete Kab. Deiyai,” ujarnya.
Adapun identitas korban berasal dari 2 institusi yaitu dari TNI dan Polri sebagai berikut:
TNI Serda Ricson (meninggal dunia dengan luka bagian kepala terkena senjata tajam/sejenis parang dan luka panah pada bagian kepala), Sertu Sunendra (terkena panah pada bagian belakang dan punggung sebelah kanan, Serka Arif Y (terkena luka senjata tajam/sejenis parang di bagian kepala dan pelipis).

Anggota POLRI yang terluka, Bripda Dedi (terkena panah pada bagian leher), Bripka Rifki (terkena panah pada bagian tangan kiri), Barada Akmal (terkena panah di bagian punggung belakang).
“Direncanakan besok akan di evakuasi ke Nabire atau Timika menggunakan Pesawat terbang atau pun Helikopter,” kata Eko Daryanto.

Kronologi kejadian

Dilansir Tribun Timur, satu anggota TNI dikabarkan tewas terkena panah dan sabetan parang.

Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, Mabes Polri mengonfirmasi tewasnya seorang personel TNI Angkatan Darat dalam baku tembak dengan kelompok kriminal bersenjata di wilayah Deiyai, Papua, Rabu (28/8/2019).
Selain itu, lima personel Polri juga dilaporkan terluka.

"Satu anggota TNI AD gugur dan ada tambahan lima anggota Polri terluka (akibat) panah," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo ketika ditemui di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, Rabu (28/8/2019).
Berikut Kronologi lengkap, yang Tribunnews rangkum dari Kompas.com:
Awalnya, ada 500 orang yang tengah melakukan unjuk rasa di depan kantor Bupati pada Rabu (28/8/2019) pagi, tepatnya pada pukul 09.00 WIB.

Saat dihubungi Kompas.com, Koordinator aksi, Yul Toa Motte menyebut jika aksi ini masih terkait tindakan rasisme yang dialami mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur beberapa waktu lalu.

Sementara menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo, pendemo meminta bupati menandatangani persetujuan referendum.
Aparat sempat berhasil melakukan negosiasi.
Namun, tiba-tiba massa dalam jumlah yang lebih banyak datang dari segala penjuru sambil membawa senjata tajam.

Kerusuhan mulai pecah Rabu siang.
Pada pukul 13.00 WIB, aparat menembakan gas air mata.

”Kemudian dilanjutkan dengan timah peluru. Saya lihat sendiri dengan mata sendiri,” kata Yul, saat dihubungi Kompas.com, Rabu.
Dia menyebut, ada korban dalam kejadian ini.
”Situasi sampai saat ini peluru masih bunyi, masih memanas,” tambah dia.

Sebelumnya, kontak senjata terjadi di wilayah Deiyai, Papua, Rabu (28/8/2019).
Satu prajurit TNI AD dikabarkan tewas, sementara dua anggota Polri terluka.

Sementara menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo, pendemo meminta bupati menandatangani persetujuan referendum.
Aparat sempat berhasil melakukan negosiasi.
Namun, tiba-tiba massa dalam jumlah yang lebih banyak datang dari segala penjuru sambil membawa senjata tajam.

Kerusuhan mulai pecah Rabu siang.

Pada pukul 13.00 WIB, aparat menembakan gas air mata.

”Kemudian dilanjutkan dengan timah peluru. Saya lihat sendiri dengan mata sendiri,” kata Yul, saat dihubungi Kompas.com, Rabu.
Dia menyebut, ada korban dalam kejadian ini.
”Situasi sampai saat ini peluru masih bunyi, masih memanas,” tambah dia.

Sebelumnya, kontak senjata terjadi di wilayah Deiyai, Papua, Rabu (28/8/2019).
Satu prajurit TNI AD dikabarkan tewas, sementara dua anggota Polri terluka.

Setelah dikonfirmasi, seorang sumber di Kodam XVII Cendrawasih membenarkan kabar gugurnya satu Anggota TNI AD ini.

Anggota TNI AD meninggal akibat terkena panah, demikian pula dua anggota Polri yang berasal dari brimob dan dalmas.
"Kapolres Paniai dan tim masih kontak tembak," aku Irjen Pol Rodja yang dihubungi Antara melalui telepon selularnya dari Jayapura, Rabu.
Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih Letkol Cpl Eko Daryanto mengatakan, saat ini jenazah tengah dievakuasi ke Nabire untuk dibawa ke Jakarta besok, Kamis (29/8/2019).

"Saat ini jenazah sedang dievakuasi ke Nabire untuk dibawa ke Jakarta besok, Kamis (29/8/2019)," kata kata Eko ketika dihubungi lewat telepon oleh Tribunnews.com pada Rabu (28/8/2019).

Selain itu, ia juga mengatakan tiga anggota TNI lainnya terluka akibat sabetan senjata tajam dan parang.
"Tiga orang terluka akibat senjata tajam dan parang," kata Eko.

Hingga berita ini diturunkan, Tribunnews.com masih menunggu identitas lengkap dari satu prajurit TNI AD yang gugur tersebut dari Penerangan Kodam XVII Cenderawasih. (*)
(Tribunnews.com/ Siti Nurjannah Wulandari/ Kompas.com)
sumber

===========

Harus bagaimana sekarang?
Haruskah semua diam ketika mereka berteriak-teriak meminta kemerdekaan disetiap sudut jalan kota di Indonesia?
Tak bolehkah kita bertindak?

Haruskah kita hanya memberi senyum.
kepada mereka?
Atau berpura-pura menerima semua kekurangajaran mereka dan ngelunjaknya mereka? Lalu menari dan bernyanyi dengan mereka?

Apa mereka menghargai usaha kita?
Menerima ketulusan hati kita?
Tidak.
Mereka tidak akan pernah bisa menerima ketulusan hati kita, sebab hati mereka telah menjadi batu!

Bolehkah sekarang seluruh pemuda Indonesia menangkap semua mahasiswa yang menyerukan Referendum dan kemerdekaan Papua?


Diubah oleh n4z1.v8 28-08-2019 16:35
knoopy
rajkapoor
tien212700
tien212700 dan 16 lainnya memberi reputasi
15
6.4K
116
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.1KThread41KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.