ogik17Avatar border
TS
ogik17
Indonesia Dihina Malaysia Karena Gojek ?

Membaca sebuah berita yang dirilis oleh media daring Suara.com dengan judul Tolak Gojek: Bos Taksi Malaysia: Indonesia Negara Miskin membuat saya mengernyitkan dahi. Dan rasa nasionalisme saya seperti ditendang di atas kepala. Apakah Indonesia sudah begitu miskin menurut Malaysia? Sampai-sampai dikatakan Gojek laku di Indonesia karena negara kita ini miskin?
Penghinaan ini karena Gojek sebagai sebuah aplikasi ride sharing yang sangat berkembang di Indonesia serta sudah mendapatkan status decacorn itu ingin berekspansi ke Malaysia setelah sukses di Vietnam dan Thailand. Meskipun ekspansi Gojek ke Malaysia sudah mendapatkan restu dari pihak terkait di Malaysia, namun ada pihak-pihak tertentu yang masih menolak kehadiran Gojek di Malaysia.Salah satu pihak yang menolak kehadiran Gojek di Malaysia adalah pendiri perusahaan Big Blue Taxi Services Shamsubahrin Ismail. Masalah tolak menolak adalah hal yang biasa terjadi pada sebuah bisnis yang merasa terancam dari kehadiran sebuah bisnis yang sama dan lebih modern. Begitu juga dengan Shamsubahrin yang merasa terancam bisnisnya atas kehadiran aplikasi Gojek di negara mereka.

Hal tersebut memang kita pahami. Tak ada yang rela bisnis mereka diganggu oleh pendatang baru apalagi dari negara lain. Tetapi yang menjadi masalah adalah penghinaan yang dialamatkan kepada Indonesia. Indonesia masih dianggap sebagai negara miskin oleh negara tetangga kita tersebut.


"Gojek berhasil di Indonesia karena angka kemiskinan mereka sangat tinggi, tidak seperti di Malaysia," ujar Shamsubahrin.

Apakah benar tingkat kemiskinan Indonesia lebih tinggi daripada Malaysia? Apakah benar Indonesia lebih miskin daripada Malaysia seperti yang dikemukakan oleh Shamsubahrin tersebut?

Menurut BPS tingkat kemiskinan di Indonesia pada bulan Maret 2019 hanya sekitar 9,41% dari total penduduk Indonesia. Tetapi Malaysia menurut PBB kemiskinan di Malaysia diduga mencapai 15% seperti yang ditulis oleh bisnis,com dengan judul berita PBB: Tingkat Kemiskinan Malaysia Jauh Lebih Tinggi dari Data resmi.

Kehadiran Indonesia di forum ekonomi G-20 juga mengisyaratkan bahwa ekonomi Indonesia diperhitungkan di kancah dunia. Bahkan Indonesia pertumbuhan ekonominya tertinggi kedua dibandingkan dengan anggota G-20 lainnya, dan hanya kalah dari China. Dibandingkan dengan Malaysia, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga lebih baik. Jika di Indonesia pertumbuhan ekonomi sekitar 5,07%, di Malaysia hanya sekitar 4,3% pada bulan Januari-Maret 2019

Membaca sebuah berita yang dirilis oleh media daring Suara.com dengan judul Tolak Gojek, Bos Taksi Malaysia: Indonesia Negara Miskin membuat saya mengernyitkan dahi. Dan rasa nasionalisme saya seperti ditendang di atas kepala. Apakah Indonesia sudah begitu miskin menurut Malaysia? Sampai-sampai dikatakan Gojek laku di Indonesia karena negara kita ini miskin?

Penghinaan ini karena Gojek sebagai sebuah aplikasi ride sharing yang sangat berkembang di Indonesia serta sudah mendapatkan status decacorn itu ingin berekspansi ke Malaysia setelah sukses di Vietnam dan Thailand. Meskipun ekspansi Gojek ke Malaysia sudah mendapatkan restu dari pihak terkait di Malaysia, namun ada pihak-pihak tertentu yang masih menolak kehadiran Gojek di Malaysia.

Salah satu pihak yang menolak kehadiran Gojek di Malaysia adalah pendiri perusahaan Big Blue Taxi Services Shamsubahrin Ismail. Masalah tolak menolak adalah hal yang biasa terjadi pada sebuah bisnis yang merasa terancam dari kehadiran sebuah bisnis yang sama dan lebih modern. Begitu juga dengan Shamsubahrin yang merasa terancam bisnisnya atas kehadiran aplikasi Gojek di negara mereka.

Hal tersebut memang kita pahami. Tak ada yang rela bisnis mereka diganggu oleh pendatang baru apalagi dari negara lain. Tetapi yang menjadi masalah adalah penghinaan yang dialamatkan kepada Indonesia. Indonesia masih dianggap sebagai negara miskin oleh negara tetangga kita tersebut.

"Gojek berhasil di Indonesia karena angka kemiskinan mereka sangat tinggi, tidak seperti di Malaysia," ujar Shamsubahrin.

Apakah benar tingkat kemiskinan Indonesia lebih tinggi daripada Malaysia? Apakah benar Indonesia lebih miskin daripada Malaysia seperti yang dikemukakan oleh Shamsubahrin tersebut?

Menurut BPS tingkat kemiskinan di Indonesia pada bulan Maret 2019 hanya sekitar 9,41% dari total penduduk Indonesia. Tetapi Malaysia menurut PBB kemiskinan di Malaysia diduga mencapai 15% seperti yang ditulis oleh bisnis,com dengan judul berita PBB: Tingkat Kemiskinan Malaysia Jauh Lebih Tinggi dari Data resmi.

Kehadiran Indonesia di forum ekonomi G-20 juga mengisyaratkan bahwa ekonomi Indonesia diperhitungkan di kancah dunia. Bahkan Indonesia pertumbuhan ekonominya tertinggi kedua dibandingkan dengan anggota G-20 lainnya, dan hanya kalah dari China. Dibandingkan dengan Malaysia, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga lebih baik. Jika di Indonesia pertumbuhan ekonomi sekitar 5,07%, di Malaysia hanya sekitar 4,3% pada bulan Januari-Maret 2019.

Jadi, jika dikatakan bahwa Gojek itu bisa bertumbuh di Indonesia karena rakyatnya miskin, maka itu adalah sebuah pelecehan oleh orang yang tidak tahu menahu dengan Indonesia. Selain pelecehan soal kemiskinan, Shamsubahrin juga melecehkan perempuan Indonesia. Dikatakan bahwa perempuan Indonesia boleh dan tak keberatan memeluk driver ojol yang memboncengnya.

"Juga budaya mereka berbeda. Di Indonesia, perempuan bisa memeluk pengemudi, tetapi bagaimana di Malaysia? Apakah kita ingin perempuan-perempuan kita memeluk ojek?" imbuh dia.


Ini sudah sangat keterlaluan. Dia anggap perempuan Indonesia itu serendah itu. Memeluk pengemudi yang bukan muhrimnya. Saya kira perempuan Indonesia tidak akan melakukan itu kepada orang yang tidak dikenalnya. Perempuan Indonesia masih punya etika dan adab yang dipegang. Dan tidak akan sembarang memeluk laki-laki yang bukan muhrimnya. Bukan begitu?

Jika memang Malaysia menolak aplikasi besutan Indonesia itu di negaranya. Kita juga bisa melakukan hal yang sama terhadap aplikasi ride sharing milik pengusaha kaya Malaysia Anthony Tan.

Seperti kita ketahui bahwa aplikasi ride sharing Grab adalah besutan dari pengusaha kaya Malaysia tersebut. Meskipun markas besarnya ada di Singapura. Dan sekarang Grab telah merajai ride sharing di Indonesia dan hampir semua kota-kota besar di Indonesia sudah dimasuki oleh Grab.

Jika Indonesia sangat terbuka dengan kehadiran Grab dan perusahaan taksi seperti Blue Bird tidak memprotes atas kehadiran mereka, kenapa kedatangan Gojek di Malaysia harus ditolak oleh perusahaan taksi di sana? Jika mau fair seperti di Indonesia, Malaysia juga harus menerima kehadiran Gojek di sana.

Jika tidak mau menerima kehadiran Gojek di Malaysia. Dan menganggap Gojek sebagai ancaman atas usaha mereka. Mengapa kita tidak bisa mengusir Grab dari Indonesia? Kita juga bisa berbuat hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Malaysia bukan? Masak setelah kita dihina, kita mau diam saja?

Bukan begitu kura-kura?
Gimana pendapat agan2 sekalian ? Ini merupakan opini dari kang daniel. Source suara.com
Diubah oleh ogik17 24-08-2019 14:53
54m5u4d183
cilaleksingo
cilaleksingo dan 54m5u4d183 memberi reputasi
2
3.4K
64
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.1KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.