lapar.bangAvatar border
TS
lapar.bang
Opini Dan Harapan Ane Tentang Pendidikan Di Indonesia


Pendidikan, pasti yang terbesit dalan pikiran kita adalah "Pendidik" dan "Peserta didik" kasarannya sih guru dan murid. Bener gak.

Dalam beberapa kasus yang ada di negri kita, masalah pendidikan memang tidak ada habisnya untuk kita bahas, baik yang membanggakan atau juga yang memalukan. Beberapa contoh yang sempat viral yaitu pengeroyokan seorang siswa terhadap guru, atau pembakaran piagam penghargaan bocah SD karena tidak bisa masuk ke sekolah favorite akibat sistem zonasi.

Dan kali ini saya akan membahas satu persatu permasalahan tersebut, lebih tepatnya saya akan memberikan sedikit opini saya sebagai masyarakat yang bisa dibilang "peduli" (mungkin).



Tentang pengeroyokan siswa terhadap guru, ini adalah salah satu kasus yang memalukan. Mungkin di jaman kita saat melakukan kesalahan di lingkungan sekolah, kitalah yang akan dihukum, terlebih lagi jika orang tua dirumah tau tentang kenakalan kita. Namun tidak dengan di generasi Z ini, orang tua lebih membela anaknya padahal dia tau bahwa anak tersebut membuat kesalahan di lingkungan sekolah.

Harapan saya tentang banyaknya kasus kekerasan guru terhadap anak didik atau juga sebaliknya adalah, melakukan sebuah peraturan tegas. Ingat, Tegas bukan keras. Karena apa, hukum pendidikan di negri ini seperti hukum karet. Selain itu sekolah juga harus berani mengambil tindakan seperti Skors atau DO dari sekolah, dalam hal ini pihak sekolah juga harus mempertimbangkan bobot kesalahan anak didik.

Kejadian tempo hari lalu adalah salah satu bukti bahwa sekolah belum bisa memberlakukan tindakan yang tegas, pengeroyokan terhadap seorang guru yang kemudian viral dan kasusnya berujung damai dan diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Padahal di kasus ini dengan jelas siswa memukuli seorang guru, bisa saja anak didik tersebut masuk bui. Namun jika dinalar dengan logika faktor usia juga mempengaruhi anak didik yang belum masuk usia dewasa.

Atau sok - sokan merokok di dalam kelas, kejadian tersebut dilakukan dengan sengaja di jam belajar bahkan saat ada guru yang sedang mengajar.

Atau juga yang terbaru, guru sedang sibuk menjelaskan ini itu namun ada beberapa siswa yang sedang asik menenggak minuman keras di dalan keras.

Dalam ketiga kasus tersebut masalahnya hanya satu, sopan dan santun. Ujung ujungnya apa? DAMAI



Disinilah pihak sekolah yang harus berperan, buatlah peraturan setegas - tegasnya untuk keberlangsungan pendindakan di Indonesia, seperti harapan saya di atas tentang Skorsing atau Drop Out minimal untuk sekolah mereka sendiri. Tujuannya apa? Agar siswa/i yang "belum" ketahuan merasa jengah saat tau kawan nya di drop out.

Hal seperti inilah yang biasanya sedikit diabaikan terutama sekolah - sekolah swasta.

Percayalah, baik sekolah swasta atau negri jika peraturan yang mereka buat benar - benar diterapkan, anak didik semacam itu akan berpikir kedua kali untuk melakukan perbuatan yang tak sepantasnya.

Memang ada beberapa sekolah yang menerapkan aturan semacam itu, terlebih jika sekolah tersebut dan sekolah lain saling bekerja sama untuk mem-blacklist siswa/i yang menurut mereka sudah sangat keterlaluan dan tidak akan menerima sekolah di tempat lain.

Hal ini juga menjadi pelajaran untuk beberapa anak didik agar tidak melakukan satu kejadian konyol yang akan membuat masa depan mereka rusak akibat ulah mereka sendiri.



Lalu yang kedua adalah sistem zonasi.

Mungkin sebagian ada yang pro-kontra terhadap kebijakan ini.

Saya mempunya dua sudut pandang tentang sistem zonasi ini.

  • Mereka yang pro atau setuju akan bilang jika sistem ini sangat baik diterapkan di pendidikan negri ini, kenapa? Karena sistem ini bertujuan untuk membuat sistem pendidikan merata sampai di plosok - plosok negri.
  • Dan mereka yang tidak setuju menilai sistem ini tidak akan membuat pendidikan di negri ini baik, malah sebaliknya.


Lalu saya masuk ke golongan mana?

Dalam hal ini saya berada di pihak yang kontra alias tidak setuju.

Mungkin jika sistem zonasi di terapkan di Jakarta cocok, karena di Jakarta sendiri sangat banyak sekolah yang tersebar di berbagai daerah, namun tidak jika di terapkan di kota - kota kecil atau di daerah plosok.

Karena jika itu benar - benar diterapkan akan menmbelenggu kreatifitas anak didik, pilihan untuk bersekolah di sekolah favorite sirna, lingkungan sekolah hanya itu - itu saja dan mereka - mereka lagi. Keinginan untuk memperluas teman di daerah yang mungkin belum mereka jammah akan pupus.

Jikalau saya yang berada di generasi tersebut mungkin saya akan menjadi satu dari sekian banyak siswa/i yang menolak akan kebijakan tersebut.

Zona prestasi tidak akan berlaku, piagam - piagam penghargaan hanya akan menjadi sebuah kenangan berdebu. Jujur saja saat saya bersekolah di sekolah favorite saya sempat menyelipkan beberapa piagam penghargaan dan itu juga yang menjadi penolong saya saat masuk kesekolah tersebut. Lalu apa gunanya piagam tersebut jika ada sistem zonasi.

Agar siswa/i yang berprestasi tidak berkumpul di satu titik.

Bisa saja, namun kreatifitas anak didik pasti akan terbatas, mengingat beberapa sekolah juga belum mempunyai fasilitas seperti sekolah - sekolah favforite.


Drmikian sedikit opini dari saya, semoga bermanfaat.
Selebihnya jika ada kata - kata yang kurang berkenan, mohon maaf.
Salam damai.


Sumber artilel: pemikiran pribadi
Sumber gambar: google
risky.jahat
risky.jahat memberi reputasi
1
597
3
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Education
EducationKASKUS Official
22.5KThread13.4KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.