taofikkillsAvatar border
TS
taofikkills
Kekeringan, Harga Jagung Lokal Lebih Mahal Dari Jagung Impor

Spoiler for kekeringan:



Musim kemarau yang diprediksi akan berlangsung lebih panjang dari biasanya pada tahun ini, akhirnya menunjukkan ancaman yang nyata pada areal pertanian.

Kekeringan telah mengancam dan berimbas pada turunnya produksi jagung dalam negeri. Akibatnya, harga jagung lokal tercatat lebih tinggi dibanding jagung impor.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Volume Impor Jagung sepanjang Januari-Juni 2019 mencapai 580.599 ton, dan nilai impornya sebesar US$123 juta.  Artinya harga rata-rata jagung impor sebesar US$211 per ton. Ini setara dengan Rp296.602 per kwintal (asumsi kurs 1US$ = Rp14.000).

Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita, menanggapi ancaman kekeringan dan produksi jagung dalam negeri. Selain itu, salah satu persoalan yang krusial adalah soal daya saing produk jagung dalam negeri dengan jagung impor.

Adapun data perdagangan internasional UN Comtrade, harga rata-rata jagung impor sejak 2015-2018 sebagai berikut: Rp298.469 per kwintal (2015), Rp283.665 per kwintal (2016), Rp308.617 per kwintal (2017) dan Rp302.984 per kwintal (2018)

Sementara itu, berdasarkan data dari Kementerian Pertanian, harga rata-rata Jagung pipil nasional di tingkat produsen adalah: Rp377.807 per kwintal (2015),  Rp409.434 per kwintal (2016), Rp427.370 per kwintal (2017) dan Rp453.126 per kwintal (2018).

Pemerintah siap mengimpor jagung pada tahun ini untuk mengantisipasi dampak penurunan produksi domestik akibat kemarau kering yang panjang. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengaku siap mengeluarkan izin impor jagung dalam waktu dekat.

Meski akan lebih dahulu menunggu rekomendasi dari kementerian teknis yakni Kementerian Pertanian (Kementan).

"Kita minta rekomendasi, yang tahu kementerian teknis, yaitu Kementan. Bahwa akan terjadi kekeringan. Harga jagung kita lebih mahal daripada harga jagung impor dari Brasil yang perjalanannya 3 bulan. Artinya harus ada sesuatu yang kita harus introspeksi, kenapa biaya produksi mahal," tegas Enggar seperti dikutip dari Tempo.co, kemarin.

Sumber 1

Enggar bilang, saat ini dengan terbatasnya pasokan dan mahalnya harga jagung domestik membuat para produsen pakan ternak mengalihkan bahan bakunya dari jagung ke gandum. Padahal, harga gandum impor lebih mahal dibandingkan dengan jagung impor.

Lngkah impor merupakan kebijakan yang terpaksa dilakukan para produsen pakan ternak agar tidak terpengaruh tekanan tingginya harga bakan baku di kancah lokal. Sebab, apabila hal itu terjadi maka bukan tidak mungkin harga ayam juga ikut meningkat.

Jagung sendiri merupakan salah satu komponen terbesar pakan ternak. Sangat vital perannya, kira-kira 40% biaya produksi ternak ayam ada di pakan jagung.

Kementan menolak rencana impor jagung yang diusulkan oleh Kemendag. Kementan beralasan produksi jagung nasional saat ini stabil meskipun dilanda kekeringan. Data Kementan menunjukkan, setiap tahun produksi jagung selalu meningkat. Pada 2018, produksi jagung nasional naik 3,91% menjadi 30 juta ton dibandingkan 2017 yang sebesar 28,9 juta ton.

Target produksi jagung pada 2019 mencapai 33 juta ton atau naik 9,8% dari tahun sebelumnya. Sementara itu, volume impor jagung ke Indonesia sejak 2016 kurang lebih 1 juta ton. Pada tahun tersebut, impor jagung mencatat penurunan terbesar yakni 65,12% menjadi 1,1 juta ton dibandingkan 2015 yang mencapai 3,2 juta ton. Namun, pada 2018 impor jagung ke Indonesia meningkat 42,46% menjadi 737,2 ribu ton dari 517,5 ribu ton pada 2017.

Sumber 2 



Spoiler for impor:


nona212
nona212 memberi reputasi
1
728
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.7KThread40.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.