Rencana pemindahan Ibukota Negara turut dijadikan propaganda negatif oleh mereka yang tak paham mengenai visi Indonesia Maju.

Sejumlah pihak mengkritik dengan serampangan rencana tersebut. Sayangnya, kritik yang diajukannya tidak berpegang pada nalar dan logika yang kuat.

Seperti kritikan millenial influencer Sherly Annavita, misalnya. Ia mengatakan alasan Presiden Joko Widodo memindahkan ibu kota seolah mengonfirmasi kegagalan dalam janji kampanyenya.

Dari kritik tersebut, Sherly tampaknya tak paham soal rencana pemindahan Ibukota tersebut. Karena masalah itu bukan hanya terkait dengan pemerintah pusat saja, melainkan juga berurusan dengan kepala daerah, yaitu Gubernur.

Apalagi, kinerja Gubernur saat ini tidak memberikan harapan bahwa DKI Jakarta bisa menjadi kota yang lebih baik lagi.

Sebelum mengkritik, Sherly harusnya paham bahwa wacana pemindahan Ibukota ini tidak muncul sekarang saja, namun sudah ada sejak zaman dulu.

Keputusan pemindahan ibukota sudah menjadi keputusan tepat, mengingat Jakarta tidak kondusif sebagai Ibukota yang merepresentasikan Indonesia.

Pihak yang tidak setuju dengan rencana itu harusnya jangan cuma nyinyir saja. Tetapi juga harus memberikan alternatif.

Kita berharap kritik dapat dilakukan dengan sehat dan obyektif, tak hanya sekadar nyinyir saja.