tanseifanAvatar border
TS
tanseifan
Kecerdasan Emosional: Pelajaran Mencari Jati Diri & Ke-damai-an


Spoiler for OPENING:


Kecerdasan Emosional yang biasa kita kenal dengan Emotional Intelligence adalah kemampuan seseorang untuk mengontrol emosinya sendiri maupun orang lain. Hal ini 2x lipat lebih penting ketimbang kecerdasan intelektual dalam kontribusi kesuksesan seseorang.

Quote:


Tapi gimana sih cara mengukur tingkat kecerdasan emosional kita?



Kecerdasan Emosional tidak memiliki pengukuran yang eksak seperti IQ, namun sebaliknya, sangat mudah dirasakan.
Kalo saat kita ngobrol dengan seseorang kita merasa lebih mampu, lebih tenang, dan lebih paham, berarti lawan bicara kita memiliki tingkat kecerdasan emosional yang diatas rata rata. Namun sebaliknya, kalo kita ngobrol sama seseorang kita malah jadi merasa bingung, ngerasa ga bisa, atau bahkan merasa diperdaya, dapat dipastikan kecerdasan emosional orang tersebut jeblok GanSis.

Lalu, apakah kecerdasan emosional itu bisa dilatih? Atau jangan-jangan itu adalah bakat dari bawaan lahir?



Yang pasti hal ini tidak dapat diajarkan di dalam kelas seperti belajar matematika GanSis. Namun hal ini berkaitan dengan lingkungan sekitar. Bagaimana dia dilahirkan, bagaimana keluarganya, orang tuanya, sampai lingkungan ia dibesarkan. Orang tua yang sudah berfokus pada keluarganya, yang sudah selesai dengan dirinya sendiri, akan membantu perkembangan anaknya, khususnya dalam hal kecerdasan emosional.

Quote:




Lalu mengapa kesadaran diri itu penting? Hal ini dikarenakan kalo kita tidak mempunyai pemahaman dimanakah tingkat kesadaran kita saat ini, akan sangatlah berbahaya. Hal ini akan berujung tidak ter-kontrol-nya diri kita, terutama dari emosi yang kita rasakan.



Pada saat kita sedang marah kita dapat tidak sadar bahwa kita sedang marah. Orang yang sedang marah namun dia sadar, dia tidak akan meluapkannya secara berlebihan. Orang yang bersedih namun dia sadar, dia tidak akan menjadi depresi.
Orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang dapat mengontrol dirinya.

Mengontrol diri bukan berarti menolak apa yang sedang dirasakan ya GanSis… kayak misalnya, sekarang ini yang biasa dilakukan saat kita sedang sedih, adalah kita suggest ke diri sendiri bahwa kita sedang tidak bersedih. Banyak yang mengatakan hal ini ampuh untuk mengendalikan emosi. Namun nyatanya hal ini malah menimbulkan efek counter-productive. Bukannya meninggikan kesadaran tapi malah merendahkan kesadaran. Untuk mengatasi hal ini, wajib hukumnya untuk kita memiliki kesadaran terhadap diri kita masing-masing. Kita harus ingat betul bahwa apa yang kita rasakan sekarang hanya bersifat sementara.



Dan yang wajib kita ketahui adalah mematuhi bagaimana sebuah rasa itu bisa muncul.
Apakah dimunculkan dari faktor eksternal atau dari kita sendiri yang memilihnya. Yang sering kali menjadi problem dari kita adalah memilih rasa berdasarkan apa yang terjadi disekitar kita.
(Hayo siapa yang suka begini? Gue juga gitu kok kalo lagi khilaf hehehe)

Kondisi apapun bisa terjadi GanSis. Kondisi mungkin terjadi yang baik ataupun yang buruk. Mulai dari yang dapat kita pikirkan sampai yang belum dapat kita bayangkan.
Kalau Masa lalu sudah jelas tidak dapat kita ubah lagi, walaupun kita semua seringkali complain tentang masa lalu,
namun yang pasti dapat kita usahakan sebaik mungkin adalah masa depan.
Tapi kebanyakan dari kita lebih terbiasa untuk mempersiapkan hal terburuk yang akan terjadi ke depannya.
Mengapa demikian?
Apakah memikirkan hal yang terburuk yang akan terjadi merupakan bagian dari mempersiapkan plan?
Sayangnya tidak.



Hal ini akan membuat kita dipenuhi dengan ke-khawatir-an. Karena pada faktanya kondisi apapun dapat terjadi di masa depan, tidak dapat kita kendalikan.
Dan masalah berikutnya yang akan muncul adalah rasa digantungkan akan kondisi.
Yang lagi galau, yang lagi baper, mungkin paham betul kondisi ini emoticon-Embarrassment
Contohnya, saat kita sedang membaca Hot Thread di KASKUS dan membaca ada berita buruk kita tidak memiliki alasan untuk merasa baik.
Kita akan mengekspresikan rasa tidak baik itu. Dan kata-kata seperti “Ya… Mau gimana lagi…” lah yang sering keluar dari mulut kita.



Maka dari itu sangat penting bagi kita untuk berhati-hati dalam memilih rasa.
Karena rentetannya…
Rasa itu akan diekspresikan lewat bahasa…
Lalu rasa itu akan di-logika-kan oleh akal…
Kemudian rasa itu akan diwujudkan oleh badan…
Dan akan dijadikan oleh semesta…

Nah disinilah kita harus memiliki Self Regulation. Self Regulation berfungsi untuk me-mampu-kan kita memilih rasa kita masing-masing.
Kita memiliki regulasi terhadap diri kita masing-masing. Jadi kita tidak akan dikendalikan oleh sekitar kita.

Sebagai contoh, GanSis pasti uda pada nontonkan film Titanic?
Inget gak GanSis, saat kapal itu hampir tenggelam, ada sekelompok musisi yang terus bermain musik. Dan jujur yang pertama kali gue pikirin waktu pas nonton adalah: ini orang uda mau mati kenapa masih pada main musik yah?



Tapi ternyata mereka adalah orang-orang yang memiliki self regulation yang tinggi. Mengapa demikian? Karena mereka tau bahwa yang akan diselamatkan terlebih dahulu adalah wanita dan anak-anak, sehingga tidak ada lagi yang dapat mereka lakukan selain tetap bermain musik untuk membuat suasana di sekitar mereka menjadi lebih baik.



Self Regulation akan membantu GanSis untuk dengan bijaksana memilih dan mengontrol rasa yang ada. Sehingga saat GanSis sedang merasa happy, tidak akan menjadi lupa daratan, dan saat GanSis sedang bersedih tidak menimbulkan depresi yang berkepanjangan. Sehingga dengan memiliki Self Regulation yang baik dapat menimbulkan rasa damai di dalam diri kita masing-masing.



Orang yang seringkali “mengkambing hitamkan” mood atas keadaan yang terjadi merupakan ciri-ciri manusia yang tidak memiliki self regulation. Karena moody adalah bagian dari kita masing-masing.

Untuk menutup pembahasan ini, gue mau mengutip omongan Coach Rene Suhardono terkait orang-orang paling positif dalam hidupnya…



“Orang-orang yang paling positif dalam hidup saya bukanlah orang-orang yang berpikiran positif, melainkan orang-orang yang dapat menerima, mengakui, dan me-lalu-kan (membiarkan berlalu apa yang mereka rasakan)…”
“Karena tidak ada emosi yang permanen. Orang tidak mungkin marah setiap saat, tidak mungkin sedih setiap saat, dan tidak mungkin gembira setiap saat. Nah orang-orang yang sadar diri, mereka memiliki pemahaman akan tingkat kesadarannya dan senantiasa berupaya meninggikan kesadarannya.”


“Karena saya bukanlah emosi saya. Saya pun bukan intelligence saya, bukan gelar saya, dan bukanlah jabatan saya, saya adalah kesadaran yang saya pilih.”

Jadi kenapa sadar diri itu penting?
Karena di situlah kita benar-benar bisa mengetahui dan merasakan jati diri kita sesungguhnya.

Quote:


Spoiler for Source:

_______________________________


Diubah oleh tanseifan 27-05-2018 15:25
nikohaus
falin182
falin182 dan nikohaus memberi reputasi
2
19.8K
225
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.